22. Di Bawah Naungan Senja

47 14 0
                                    

Setelahnya, Lukas mengajak Knela bermain di pinggiran danau hutan dekat bangunan tingkat dua kuno. Laki-laki itu tak meminjamkan jubah hitam penyihirnya lagi demi melindungi gadis itu dari sinar matahari. Kali ini Lukas memberikan Knela jubah sendiri, berwarna kuning gelap polos bertudung.

Mereka berdua tiba di pinggiran danau itu usai tadinya menaiki kuda putih Lukas bersama, dengan Knela di depan. Hutan tempat mereka berada sangatlah hijau. Pepohonannya besar-besar. Air danau area situ juga jernih. Ikan-ikan bisa terlihat lebih mudah dari atas. Udara sejuk saat itu begitu menyegarkan. Angin sepoi-sepoi menenangkan indra pernapasan.

Lukas dan Knela sudah duduk di tepian. Knela, dengan jubah kuning pemberian Lukas tampak terlihat bersinar bersamaan cahaya yang menyentuh kain jubah kuningnya. Terang mentari yang menelusup dari sela daunan atas pohon tempatnya dengan Lukas duduk.

"Tuan, kenapa Anda mengajak saya ke sini?" Knela bertanya. Barangkali, Lukas hendak menunjukkan cerita apa. Barangkali, area tepi danau tempat mereka duduk ini punya sejarah atau menyimpan memori di dalamnya.

"Tidak ada apa-apa. Aku hanya sedang ingin bersantai. Kau keberatan bersamaku ke mari?" Lukas memutarbalikkan pertanyaan, yang sontak dibalas Knela dengan gestur gelengan kepala.

"Tidak, Tuan. Tapi saya kira pagi ini kita akan melanjutkan perjalanan dengan pembacaan masa lalu. Saya kira Anda punya maksud berkaitan dengan itu." Knela merapatkan kedua kakinya. Tepian danau tempatnya berada ialah tanah dengan rerumputan jarang di sekitarnya. Dari area danau itu, Knela bisa melihat langit putih terang angkasa di hadapannya. Awan-awan bergumul mesra dan bergerak penuh suka cita. Tempatnya duduk dipenuhi bayangan pohon, membuat pandangannya tidak tersilaukan.

"Kita lanjutkan nanti malam setelah petang. Pagi sampai sore, aku ingin kita di sini. Ada banyak hal yang ingin aku tanyakan. Hal yang tak bisa kuketahui dengan pembacaan masa lalu, dan hal yang jawabannya hanya dari kau saja aku ingin tahu." Lukas mengulurkan tangannya ke belakang menyentuh tanah, menumpukan badannya sambil memandang gerakan tenang air danau di hadapan.

Laki-laki itu diam sebentar. Sorot matanya menunjukkan dia sedang sibuk berpikir. Sedetik kemudian, laki-laki itu bangkit, menuju ke kuda yang dia talikan di belakang pohon dekatnya. Laki-laki itu mengambil sebuah plastik berisi entah apa dari kantong kain yang terpasang di tubuh kuda. Laki-laki itu membawanya, kemudian berjalan mendekati Knela, duduk di sisinya lagi.

"Makanan. Karena sampai sore, aku menyiapkan roti-rotian supaya tidak lapar." Lukas sudah pada posisi semula. Laki-laki itu menaruh plastik berisi roti-rotian ke tengah di atas tanah, antara dia dan Knela duduk. "Baik, Knela. Aku akan memulai dengan pertanyaan yang sederhana dulu."

Knela menunggu. Gadis itu menatap muka terang Lukas yang atas kepalanya ditutupi tudung jubah hitamnya. Tuan serigalanya itu tampak menawan saat ini. Mata hitam legam lelaki itu sarat akan banyak ambisi, petualangan, dan ... kasih sayang. Knela bisa merasakan ketika Lukas sekilas meliriknya dengan dalam. Lirikan yang entah mengapa membuat dada Knela terasa sesak. Knela jadi teringat akan tangan hangat Lukas yang mencegahnya beranjak dari ruang makan kerajaan untuk mengajaknya makan bersama. Tangan itu, tangan yang entah sejak kapan berhasil membuatnya terpaku di tempat.

"Aku ingin bertanya. Pertama soal permainan pianomu. Sejak kapan kau bisa memainkan itu? Apalagi, bermain piano juga butuh waktu lama untuk benar-benar indah didengarkan." Lukas bertanya sambil menoleh ke arah Knela. Gadis itu tampak menyimak pertanyaan yang dinantinya. Mata biru teduh Knela memandangnya lurus, tampak berpikir.

"Soal itu, Tuan." Knela mengarahkan tatapannya lagi ke air danau. "Saya bermain baru sejak setahun yang lalu. Itu hanya bagian dari terapi perasaan saya yang larut dan kacau usai banyak kisah kesedihan menyapa. Anda tahu, musik bisa menenangkan siapapun yang mendengar, terutama jika saya bisa memainkan. Sejujurnya itu hanya pengalihan rasa sedih. Saya langsung belajar ke contoh-contoh lagu yang permainan pianonya sulit, supaya saya bersikeras fokus ke situ, tidak fokus ke masalah saya. Permainan yang bisa saya mainkan tidak banyak." Knela membentuk segaris lengkungan tipis di bibirnya. "Menurut Anda, apakah permainan saya cukup baik?"

Beauty and The CurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang