Cium... cium... cium... ah!
Bibirnya segera merengut. Mobil Arga sudah meninggalkan rumah barunya. Dan suaminya itu, tidak meninggalkan satu kecupan pun di dahinya atau bibirnya atau pipinya. Hey, mereka masih satu minggu menikah dan ini pertana kali Arga berangkat kerja setelah menikah.
Tuyul nggak peka! Merawanin nggak becus, bersikap manis juga enggak bisa!
Sebuah mobil berhenti di depan rumahnya. Kaca diturunkan dan seorang wanita melongok keluar, tangannya melambai pada Naomi. Mood-nya seketika berubah menjadi bahagia.
"Hey!" serunya antusias.
Wanita itu keluar dengan seorang putra di gendongannya, diikuti lelaki dewasa yang menggendong seorang putri.
"Kembaaar!" seru Naomi semakin antusias.
Ia merebut sang putra dari Ayna. Abinanda tampaknya enggak begitu suka dengan Naomi. Tubuhnya segera meronta meminta digendong papanya. Lelaki itu menyerahkan Anindhya kepada Ayna, lalu menggendong Abinanda, mengecup pipinya kanan dan kiri sebelum memberikan nasehat seperti kepada satpam.
"Baik-baik sama mama, jagian adik. Oke, Boy?"
"Oke."
"Papa tinggal."
Abinanda mengecup pipi papanya sebelum turun dari gendongan. Ugh... Sweet sekali! Naomi membayangkan suatu saat kalau ia punya anak, Arga akan menjadi ayah yang seperti apa. Kayaknya enggak akan seperti Bara Budiman, karena jelas saja sifat dua orang itu berbeda.
Namun, jangankan punya anak. Sekarang saja Naomi masih menjadi perawan ting-ting. Suaminya itu sangat lembut hati sampai-sampai tak kuasa menyakiti Naomi. Padahal, hey, untuk punya anak memang harus disakiti dulu.
Sudahlah. Naomi gemas-gemas kesal kalau ingat soal perawan dan perjaka. Betapa ia amatir dan Arga jauh lebih amatir. Masa sih, sudah nikah seminggu main cuma gesek-gesekan di luar saja? Aih, kalau dua sahabatnya tahu, Naomi akan ditertawakan.
Sayangnya kedatangan sahabatnya selain untuk mengunjungi rumah barunya, juga untuk kepo soal malam pertama. Waktu telah beranjak siang, Abinanda dan Anindhya sudah tidur setelah bermain, waktu yang tepat untuk ketiga wanita itu ngobrol cantik.
Lingkaran pizza yang masih utuh tersaji di meja. Naomi menghidangkan juga minuman dingin dan beberapa jenis camilan yang kemarin ia beli. Ayna anteng-anteng saja di kursi, mungkin sebab ia telah menjadi ibu dan sifat dewasanya datang paling duluan. Sementara Gia belum bisa diam.
"Jadi... jadi jadi... aku enggak sabar deh dapat keponakan baru lagi."
Duh, kayaknya Gia menganggap keponakan seperti objek yang bisa disebut barang baru dan barang lama.
"Gimana, Nyonya Arga?" tanya Gia dengan mata mengedip. "Kayaknya ya, Arga itu tipe-tipe yang cool dan macho abis. Irit ngomong, badan bagus, tahan berapa lama dia?"
"Paling lama 25 menit," sahut Naomi dengan gaya masih santai. "Bara Budiman berapa lama, Ay?"
"Kepo!" Wanita beranak dua itu mendengus sinis.
"Ya elah, pelit amat jadi temen, Ay. Ini kalau misal laki lo betah sejam juga gue nggak minat nyobain, Ay."
"Berani nyobai gue gantung lo."
Gia geleng-geleng kepala melihat Ayna dan Naomi yang saling sinis. Ia segera mengalihkan topik pembicaraan. Persoalan berapa lama itu biar jadi urusan masing-masing saja.
"Jadi kamu bakalan dapat lingerie sama makan siang gratis enggak, Mi?" tanyanya dengan wajah serius.
Naomi berdecak. Sebetulnya, ia bisa berbohong. Aduh, memangnya kalau ia bilang berhasil di malam pertama mereka bakalan enggak percaya? Pasti percaya dong.
"Kayaknya gagal deh, Ay," celetuk Gia jenaka. "Tuh, wajah udah kayak sayur asem."
Kontan saja Ayna menepuk-nepuk bahu Naomi dengan prihatin. "Enggak apa-apa, Mi, yang nggak berhasil di malam pertama itu banyak kok. Emang susah-susah gampang."
Masalahnya gue nggak berhasil sampai sekarang!
"Bener, Mi, katanya emang sakit sih. Jadi ya wajar." Gia menambahkan dengan nada yang dibuat-buat.
"Ya, namanya pemula, Mi. Kalau langsung bisa kan malah kayak gimana gitu." Ayna meneguk minumannya sedikit, lalu memberi nasehat lagi. "Tapi sampai sekarang masih sakit enggak, Mi?"
Sakit apanya? Sampai sekarang suami gue masih betah gesek-gesek permukaan doang!
"Ada yang sakitnya sampai seminggu sih, katanya," tambah Ayna lagi, sebagai perempuan yang paling berpengalaman di antara mereka. "Kamu gimana?"
"Nggak sakit kok," jawab Naomi sembari berpaling.
"Ih, serius. Udah enak dong?!"
Aduh Gia... "Cobain gih sama Ken, biar tau."
"Astaga, Mimi. Kan enggak boleh kayak gitu. Nyoba mah kalau udah sah."
"Jadi Gia sama Ken belum pernah nyoba?" Naomi bertanya congkak. "Kalau raba udah pernah, kan? Baru raba bagian atas apa udah sampai bawah?"
Wajah Gia merona malu. Ia pernah dipergoki sedang ciuman parah sama Ken di mobil oleh Naomi. Waktu itu, Naomi bilang masih butuh beberapa menit untuk selesai kerja, jadi Gia dan Ken menunggu di mobil. Siapa sangka setan hadir di antara mereka sampai ia ciuman dengan Ken.
"Kan lagi ngomongin kamu sama Arga, jangan bahas aku sama Ken dong." Gia menggelengkan kepalanya malu. "Jadi sakitnya berapa lama, Mi?" tanyanya lagi.
"Nggak lama, cuma bentar. Iya kan, Ay?"
Ayna mengangguk setuju. Naomi bertanya lagi dulu Ayna mengalami sakit berapa lama, dan wanita itu menjawab dengan suara yang malu. "Enggak lama kok, beneran cuma sebentar. Pertama kali udah bisa sampe."
"Pak Bara hebaaat!"
"Itu laki gue, Gi. Jangan macem-macem."
"Butuh berapa kali percobaan sampai berhasil Ay?" tanya Naomi lagi, mengorek informasi.
"Dua, jebol." Ayna nyengir. "Pertama kali aku nggak tahan, kedua kali dia agak tega. Tapi langsung jebol."
Itulah lelaki! Batin Naomi meronta keras. Lelaki, agak maksa dan agak tega enggak apa-apa. Sungguh, suaminya berhati Hello Kitty. Melihat Naomi meringis saja langsung mundur, enggak jadi.
"Kalau kamu berapa kali bisa berhasil, Mi?" tanya Gia antusias, yang membuat Naomi merengut lagi.
Jujur nih, atau bohong terus aja? Jujur malu, bohong enggak tahan pengin jujur. Naomi mengusap hidungnya, lalu menatap kedua sahabatnya yang menunggu tak sabar. Tepatnya, Gia enggak sabar dan Naomi masih tenang-tenang saja.
"Gue belum." Naomi mengerutkan kening. "Sampe sekarang, gue belum jebol."
Naomi kira ia akan menerima tawa mengejek, rupanya kedua sahabatnya justru prihatin dan menanyakan persoalan yang terjadi.
"Pisah ranjang? Arga kasar? Nggak cinta? Arga nggak mau atau kamu yang nggak mau? Jangan bilang, Arga nikahin kamu terpaksa dan nggak mau sentuh kamu?"
Duh, drama sekali. Naomi menggeleng sambil menyengir. "Dia lembut, enggak tegaan juga," katanya bercerita. "Saking baiknya, dia enggak bisa merawanin karena tau gue bakalan sakit."
Tiga detik yang hening digantikan dengan suara tawa Gia yang keras dan menggelegar. Ayna segera menegur karena anaknya masih tidur. Naomi hanya bisa pasrah diejek sepanjang hari itu. Sore datang begitu cepat, Ayna dijemput oleh Bara, sementara Gia baru pamit pulang setelah Arga sampai di rumah.
Itu pun, ia mengedipkan mata dulu pada suami sahabatnya. Bibirnya tersenyum, lalu berkata genit. "Mas Arga, semangat ya!"
Naomi hanya menopang dagu melihat itu. Pasti suaminya enggak paham dan menganggap itu semangat biasa. Padahal maksudnya semangat membobolkan keperawanan istrinya.
Duh Gusti, suamiku....
Tbc...
Bab 3 cus! Hahaha
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Suamiku: Jangan Lupa Banyak Bicara Hari Ini
RomanceSaudari Naomi Priska Sastraperwira, maukah kamu melihat saya setiap bangun tidur? Lalu ketika pulang kerja, eh ada saya lagi, saat makan malam, saya muncul lagi. Begitu mau tidur, ternyata saya lagi yang disamping kamu. Ketika kamu lagi PMS dan ngga...