4. Namanya

24 5 0
                                    


Di hari itu.

Aku terbangun dengan mata setengah terbuka di sebuah rumah sakit, kepalaku di balut perban, tanganku di infus dan ingatan ku yang rasanya sedikit, hilang.

(Percakapan disini menggunakan bahasa Indonesia)

“Mamah mamah!!! Mata kakak terbuka….” Terdengar dari sampingku seorang wanita kecil.

Aku mengingatnya, dia adalah adikku.

Lalu, seorang wanita yang sudah berumur itu terkejut saaat melihatku, ya aku juga mengingatnya, dia adalah ibuku.

“Dokter dokter…!” Teriaknya memanggil dokter.

Sepertinya aku masih sangat mengingat mereka.

Namun…

Ada satu potongan dari sebuah sesuatu dalam ingatan ku yang hilang.

Saat berusaha mengingat, yang terjadi adalah, aku malah kebingungan.

Kenapa aku ada disini, apa yang terjadi padaku, aku tidak ingat sama sekali.

Tiba tiba saja air mataku keluar.

Dokter lalu datang dia memeriksa aku bersama para suster.

Aku hanya terbujur kaku saja dengan badan lemas.

Setelah selesai memeriksa, dokter lalu meninggalkan ku sendirian di ruangan ini.

-

“Sepertinya dia mengalami trauma di kepalanya, sehingga membuat potongan kecil ingatan nya sedikit hilang.” Ucap seorang dokter menjelaskan.

Wanita itu hanya diam saja mendengar kalimat dokter.

“Potongan ingatan dari waktu yang mana dokter??” Tanya wanita itu.

“Dari insiden yang membuat dia mengalami trauma yang berat, dia tidak akan mengingat kejadian itu, dan juga siapapun orang yang bersamanya waktu itu.”

Terlihat dokter sangat berat menjelaskannya pada wanita itu.

“Tidak mungkin… berarti dia tidak akan mengingat laki-laki itu dok.” Wanita itu menangis terisak saat mendengarnya.

“Uhukk Vena, Damian.” Terisak wanita itu

Dokter hanya bisa diam saja.

“Ibu… tapi selain kejadian dan seseorang yang bersama dia waktu itu, dia masih ingat siapa identitas dia, dia masih ingat apapun selama hidup nya dan bahkan keluarga dia saat ini.”

“Ibu harus memberikan dorongan semangat kepadanya.” Ucap dokter sambil menenangkan wanita itu.

-

Seseorang.

Ada seseorang yang ingin ku temui.

Siapa.

Siapa ya.

Namanya.

Gelisah hatiku saat sedang duduk di ranjang.

Tiba tiba, pintu ruangan terbuka, terlihat ibuku dan adiku masuk kedalam.

“Ibu… Aika… sini sini…” Aku memanggil mereka dengan sangat ceria.

Entah kenapa suasana hatiku sedang campur aduk

“Vena… kamu ga boleh banyak gerak dulu loh…” Ucap ibuku menyuruhku tenang.

“Kakak… kenapa kakak tidur nya lama sekali…” Ucap adikku menggoyangkan tanganku.

“Ehhh, memangnya selama apa Aika…” Ucapku

“Lama banget loh… Aika hitung sampai 6 bulan, benar kan mah.” Ucap Aika menghitung jarinya.

Ibuku lalu tersenyum.

“Ehmm, gimana keadaanmu Vena?” Tanya ibuku

Ibuku terdengar sangat lembut suaranya.

“Aku sudah sehat kok bu…”

“Beneran? Ibu seneng dengarnya.”

“Hehehe.”

“Emm bu, sebenarnya apa yang terjadi padaku.”

Saat aku menanyakan itu, ibuku terdiam beberapa saat, berubah wajahnya menjadi sangat sedih.

Dengan menarik nafas dia berusaha menjelaskan nya padaku.

“Waktu itu, kamu akan pergi ke Jepang untuk pergi kuliah.” Ucap ibuku pelan.

“Namun… pesawatnya-- pesawatnya terjatuh di laut…” Ibu berucap sambil gemetar.

Aku sangat terkejut, saat mendengarnya,

Saat ibu mengucapkan itu tiba tiba kepalaku seperti di tinju oleh sesuatu.

Rasanya seperti ingatan yang ingin masuk kembali.

“Beruntung banyak penumpang yang selamat… termasuk kamu.”

“Tapi, dia masih hilang.”

Aku sedikit bingung, apa yang ibu maksud.

“Dia?? Siapa dia bu!!??” Tanya ku dengan nada lesu.

Ibu lalu sedikit menahan mulutnya.

“Damian, dia adalah pacarmu.”

Pupil mataku membesar saat mendengar itu, aku semakin terkejut lagi.

“Pacarku!!??”

“Yaa Vena… dia adalah seseorang pergi ke Jepang bersama mu untuk kuliah kan, dia adalah orang kamu cintai, kamu sudah sering bilang ke ibu kan.” Ucap ibuku dengan senyuman yang sangat tulus.

“Siapa!? Siapa!? Damian itu bu….”

Aku benar benar bingung, perasaan campur aduk ini membuat hatiku terasa sangat sakit.

Tapi saat aku mendengar namanya, hatiku.

Bergejolak.

~Bersambung

•••

Siapa dia?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang