baru mendudukkan diri di bangku halaman belakang rumah nenekku, kamu bersuara,
besok aku mau rumah yang seperti ini saja.
kalimatmu yang tiba-tiba sontak membuatku ingin melontarkan tanya.
memang kenapa?
sebenarnya, rumah bagaimanapun asal bersamamu juga tidak apa-apa.
demi tuhan, kamu ini selalu mengada-ada.
kenapa harus bersamaku?
memangnya kamu tidak mau?
setiap diberi tanya, kamu malah balik bertanya. selalu seperti itu.
bukan begitu, obrolanmu terlalu jauh.
loh, bukannya kita harus mempersiapkan semua hal matang-matang?
ya. kalau sudah seperti ini, aku mengaku kalah.
kalau kamu, mau rumah seperti apa?
suaramu bertanya sangat lembut, membuat aku menoleh bingung ke arahmu.
aku?
iya, kamu.
kalau aku, rumah bagaimanapun tidak masalah asal bisa menjadi tempat pulang dan melepas lelah dari apapun yang membuat diri jengah.
contohnya-aku menggantung kalimatku.
contohnya apa? tanyamu.
dengan tersenyum, aku menjawab pertanyaanmu.
contohnya kamu.