Chapter 14: Osaka

8 0 0
                                    

Ting tong~

"Ohayou gozaimasu, Senpai. Ada apa?" sapaku setelah membuka pintu.

"Ohayou. Gomen Sami, nanti kamu berangkat sendiri dulu ya. Aku masih ada kerjaan di kantor. Kalau sudah selesai, aku akan menyusulmu," sahut senpai menjelaskan kedatangannya ke sini.

"Hai, aku mengerti Senpai," balasku singkat saja. Hari ini rencananya kami akan pergi dengan tim ke Osaka untuk memantau dan mengevaluasi perkembangan bisnis yang ada di sana. Timnya terdiri dari bagian keuangan, produksi, dan pemasaran. Sebenarnya bisa saja jika manager dari cabang itu yang datang ke Tokyo dan memaparkan presentasinya. Tapi, jika begitu, kami tidak bisa melihat pelayanan dan produksi mereka di sana.

"Eh, sepertinya ada yang pindahan ya," kataku ketika mendengar suara troli yang beradu dengan tangga, suara khas saat ada yang pindahan. Dulu, aku malas menggunakannya karena barang-barangku tidak banyak. Kami sontak mendongak ke arah tangga untuk melihat siapa yang akan pindah.

"Ohayou gozaimasu," sapa seorang pria yang kukenal sambil tersenyum. Dia mungkin menyadari kalau ada yang memerhatikannya.

"Ohayou gozaimasu," sapa senpai yang mendekat ke arahnya bersamaku.

"Hiroshi-san?" kataku berbarengan dengan senpai. Mendengar hal itu, senpai reflek memandangku yang tidak kupedulikan.

"Bukannya kamu tinggal dengan orangtuamu? Kenapa pindah ke sini?" tanyaku memburu.

"Ada sepupuku yang akan datang dari Singapura ke sini. Kalau datang, dia pasti menginap di rumahku, dan akhir-akhir ini aku lumayan sibuk, jadi aku ingin mencari tempat untuk sendirian. Dan kebetulan ada apartemen yang kosong di sini. Bagus sekali bukan? Sekarang kita menjadi tetangga Asami-san," kata Hiroshi-san dengan menggebu-gebu.

"Oh ya, ini siapa Asami-san?" tanyanya yang membuatku sadar kalau di sini bukan cuma ada aku dan dia.

"Ah, aku perkenalkan, Hiroshi-san ini Nishimura Senpai. Senpai ini Nakamura Hiroshi-san," kataku mengenalkan mereka berdua.

"Akiyama desu, saya tinggal di lantai tiga," kata senpai menyebutkan namanya. Lalu, Hiroshi-san juga melakukan hal yang sama. "Eh, Sami, aku duluan ya," kata senpai setelahnya, lalu naik ke lantai atas.

"Aku juga masih ada urusan. Jya, ne," kataku lalu berjalan ke apartemenku.

"Dari sekian banyak alternatif lain, kenapa dia harus pindah ke sini? Apa karena yang kubilang hari itu? Lalu dia pindah ke sini supaya bisa pergi-pulang denganku? Hah, ini hari Minggu dan masih pagi pula, tapi dia sudah membuatku kesal," omelku dalam hati saat berjalan. Setelah masuk ke apartemen, aku langsung berjalan ke dapur untuk minum air, supaya kekesalanku bisa cepat mereda.

"Abaikan saja dia Asami, semakin kamu kesal, dia akan semakin suka mengganggumu," kataku pada diriku sendiri untuk mengusir rasa kesalku, lalu berjalan masuk ke dalam kamar lagi.

Di dalam kamar, aku lanjut mengecek barang bawaanku yang ada di dalam koper dan tas jinjingku supaya tidak ada yang tertinggal, terutama barang penting, seperti laptop, tab, ponsel, dan dompetku. Jika pakaianku kurang, aku masih bisa membelinya di Osaka, meski itu lumayan boros, tapi jika laptopku yang tertinggal, aku harus pulang ke Tokyo untuk mengambilnya, karena ada banyak data penting di dalamnya yang tidak bisa digantikan.

Yosh, sudah lengkap semuanya. Aku juga sudah menyiapkan pakaian ganti untuk nanti. Rencananya hari ini aku akan memakai blus kerah v berwarna pink dengan celana panjang kain berwarna putih. Tak lupa mantel putih yang cocok dengan celanaku dan sehelai syal berwarna french pink dengan motif kotak-kotak. Syal ini kudapat dari pengirim misterius itu hari Selasa lalu dan menurutku cocok dengan pakaianku hari ini. Syalnya tidak terlalu tebal jadi, sesuai dengan hari ini yang tidak terlalu dingin.

Your Touch in My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang