Warning!
Cerita ini beralur maju mundur. Perhatikan tanda (***) sebagai alur mundur atau cerita masa lalu saat Mark dan Haechan masih kuliah.
Happy Reading!
Johnny dan Ten duduk di atas sofa di dalam penginapan dengan jarak yang berdekatan namun fokus pada ponsel masing-masing. Keduanya tidak bisa menahan senyuman ketika Haechan mengirim fotonya bersama Jeno dan mengatakan bahwa dia tidak iri dengan perjalanan dadakan Johnny dengan Ten ke Pulau Jeju.Dan saat beberapa pesan masuk secara bersamaan dari Haechan, Ten terperanjat dan langsung menolehkan wajahnya kepada Johnny yang sudah melebarkan mata. "John... I-ini... Ini benar-benar Haechan dan Mark, kan?" teriak Ten antara kaget dan semangat.
Dengan satu gerakan, dia meluncur mendekati pria yang lebih tinggi dan memperlihatkan layar ponselnya yang menunjukkan foto manis Haechan dan Mark di atas kasur dengan jarak berdekatan. Shit! Mereka berdua sama-sama melihat kamera dengan senyuman lebar menghiasi wajah masing-masing.
"Iya, Ten... Itu Haechan dan Mark kalau mata mu sedikit bermasalah. Dan ngomong-ngomong, aku juga bisa melihatnya dari ponsel ku sendiri." Sedikit meledek, Johnny menjauhkan ponsel yang Ten sodorkan dan membuat pria itu meringis malu. Namun setelahnya, senyuman manis nan lebar kembali terpasang di wajah menggemaskan Ten.
Sedangkan di lain sisi, Johnny hanya terdiam dengan mata tertuju pada layar ponselnya. Merasa senang sekaligus terharu saat melihat senyuman lebar Haechan di dalam fotonya bersama Mark. Dia hanya bisa bergumam akhirnya, semoga ini benar-benar akhirnya.
Menunggu Johnny yang tenggelam dalam pikirannya sejenak, tiba-tiba pekikan pun terdengar. "Oh Tuhan... Aku benar-benar senang. Mereka terlihat baik-baik saja, bukan?" tentu saja itu Ten. Dia bertanya dan Johnny hanya bisa mengangguk dengan Cuma-Cuma.
"Huh... Kupikir Mark akan bersikap dingin kepada Haechan, tapi lihatlah mereka... Bukankah ini pertama kalinya setelah hampir enam tahun mereka terlihat cerah dan bahagia? Sepertinya semua hal berjalan dengan lancar di sana."
"Kau tahu bahwa Mark tidak mungkin bersikap dingin pada Haechan."
Komentar singkat itu langsung Ten balas lirikan mata. "Tapi dia benar-benar bersikap dingin dan kejam saat Haechan mendatanginya di kantor tempo hari. Haechan sendiri yang mengatakannya pada ku dan dia jelas terlihat ketakutan. Apa-apaan anak itu mencoba bersikap kejam?!"
Mendengar balasan Ten, Johnny pun memutar bola mata. Sahabatnya ini benar-benar tidak tahu apapun. "Sepertinya hati mu selalu goyah, Tennie..." komentar Johnny membuat tanda tanya bagi Ten, dengan senang hati pria yang lebih tinggi memberi tahu.
"Kau selalu mendukung orang yang tersakiti dan memarahi yan menyakiti. Seperti seorang ibu yang selalu memarahi siapapun anaknya yang bertingkah."
"Saat Haechan berbuat salah, kau memarahi sekaligus menasehatinya habis-habisan. Dan sekarang saat Mark mencoba bersikap dingin pada Haechan untuk kebaikannya, kau malah menyindir. Huh, pantas saja selama ini kau tidak pernah berkencan, dan kau tidak mengerti apa-apa tentang jalannya suatu hubungan. Kau dan Haechan sama-sama payah."
Saat ini, ekspresi wajah Ten benar-benar menunjukkan ketidakpercayaan. Apa dia benar-benar tengah diremehkan oleh seorang Seo Johnny? Pria yang- "Wow, serius... Dari seseorang yang cintanya tidak terbalas, Seo?"
Johnny mengedikkan bahu atas sindiran telak itu, menerima kenyataan. "Ya, itulah aku. Tapi setidaknya, aku pernah berkencan walau sekali, Ten. Ah tidak, dua kali lebih tepatnya." Dan memperlihatkan kedua jarinya dengan rasa bangga kepada yang lebih kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
For Your Life [MARKHYUCK]
Fantasy"Apa mau mu, Mark Lee? Bukankah aku sudah membuat keputusan dengan jelas?!" Haechan membentak, merasa frustasi terhadap sikap Mark yang terlampau santai. "Aku adalah pria yang kejam, apa yang kau ingin dari pria seperti ku, hah? Apa sulitnya berhen...