08. 11:11 p.m

36 13 0
                                    

10:58 p.m

Tepat pukul sebelas malam, Luke mematikan lampu belajarnya selesai merapikan buku-bukunya. Tenang, Luke nggak seambis itu kok, justru karena dia memulai belajarnya sudah larut malam sekitar pukul sepuluh malam. Maka, ini waktu yang ideal untuk dia menyudahi kegiatan belajarnya.

Setelah memulangkan Yara pukul sembilan malam tepat, Luke segera pulang ke rumah dan memberikan kado yang dipilih Yara ke mamanya. Begitu Luke mengatakan bahwa kado tersebut dipilih langsung oleh Yara, mamanya langsung heboh sendiri.

Selesai membersihkan diri dan bersiap menuju ranjangnya, ponsel Luke berbunyi. Ketika ia melihat siapa yang menelfon, Luke langsung saja menggeser dan menerima sambungan telfon tersebut.

"Halo? Lo dimana? Gue otw, diem aja disitu."

Tepat setelah berkata demikian, Luke segera meraih jaket denimnya, tak lupa hoodie juga turut ditentengnya.

Sampai ketika ia menengok ke arah jam tangannya yang saat ini menunjukkan pukul sebelas malam lebih sebelas menit, dia baru menemukan seseorang yang menelfonnya tengah duduk di ayunan sendirian di tengah malam.

Tetapi, bukannya menghampiri, Luke lantas berlari ke arah minimarket yang buka 24 jam di ujung jalan.

Sekitar lima menit berlalu, ia berhasil mendapatkan barang yang dicari, kemudian mulai kembali.

"Kayak setan," ucap Luke menyodorkan sebotol air mineral yang tadi dibelinya.

Yara mendongak begitu Luke sudah sampai. Kemudian ia memberikan senyumannya yang cerah berbeda dengan kondisi mukanya yang memiliki arti berbeda.

Luke dapat melihat bahwa Yara baru saja menangis, bahkan sisa-sisa air matanya masih ada di beberapa sudut matanya. Hidung gadis itu juga memerah dan berair. Serta rambut yang tadi Luke lihat ketika mengantarkan Yara masih lurus dan rapi sekarang sudah acak-acakan. Tadinya, Luke mau bertanya apa yang terjadi dengan Yara. Bahkan semua rasa penasarannya sudah sangat menggebu-gebu ingin tahu apa yang terjadi.

Karena, ketika tadi mengantarkan Yara pulang, mereka masih saja usil satu sama lain.

Tetapi, Luke menahannya. Karena tak semua harus kita tahu. Dan tak semua sanggup di suarakan.

"Makasih ye tumpangannya, walaupun lama balikin anak orangnya."

"Ya maaf Yar, kan udah gue ijinin mertua gue juga."

"Mertua, siapa mertua?"

"Emak lo."

"Emang sinting Luke nggak ada kapoknya, dih. Oh iya kartu kesempatan lo sisa... em, gue itung dulu. Pesenin lo soto ayam, beliin cilok, nemenin lo basket—"

"Eh kenapa nemenin basket di hitung, kan kewajiban istri."

"Pala lo gue gaplok juga. Trus, tadi nemenin lo beliin kado tante, nemenin beli boba."

"Yaallah dihitung juga, perhitungan banget lo astaga Yara. Kuburannya sempit tau rasa."

"Gapapa, biar lo nggak ada alasan buat silaturahmi ke kuburan gue."

"Anjrit lo."

Dengan hoodie yang tadi sempat ia bawa, Luke menyodorkannya pada Yara yang masih memakai seragam sekolah yang sama yang digunakan saat mereka tadi berkeliling mall bersama. Pikiran Luke makin kemana-mana.

Yara menerima hoodie tersebut.

Setelahnya, Luke jongkok di depan Yara. mensejajarkan wajahnya dengan wajah Yara. Mencoba mencari tahu apa yang terjadi tanpa bertanya dan menyinggung Yara.

[✔] Begin Again (Lucas Wong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang