Chapter - 11. Strange Sensation

462 56 10
                                    

HAPPY READING 📖

-------------------------------------

Bree mengernyit. Tumben saja rumah sebesar ini sepi. Biasanya suara Zeus yang menggelar terdengar memerintah atau memaki.

Ia berjalan ke ruang makan dan tak mendapati Zeus juga di sana. Bahunya terangkat tak peduli. Bukankah lebih baik? Jadi, ia tak perlu mengeluarkan tenaga untuk mendebatnya terus-menerus.

Ia mulai melahap makanan yang tersaji dengan perasaan sedikit lega. Ternyata, tanpa Zeus ia tidak perlu tergesa untuk menghabiskan makanan. Ia hanya perlu bersantai sedikit menikmati dan setelah Zeus datang, ia pergi. Sesimpel itu.

Ternyata tak sesuai dugaan. Makanannya sudah habis, namun Zeus juga masih belum datang. Ia mengerutkan dahi. Tidak biasanya Zeus melewatkan sarapan. Tapi, apa pedulinya? Setidaknya hari ini ia tidak diganggu.

Hari ini cukup santai dan tak menguras tenaga. Ketidakhadiran Zeus membuatnya benar-benar lega. Namun, ia penasaran. Zeus pergi ke mana? Seperti sekarang, bukannya membaca dengan tenang, ia malah terpikirkan Zeus. Astaga, kenapa ia mendadak gila? Ia menggelengkan kepala, mengusir pertanyaan tentang Zeus yang selalu melewati kepala.

Ia melepas tatapan dari bacaan, mendapati seseorang mengetuk pintu kamarnya hingga ia harus mengeluarkan suara.

"Masuk."

Pintu tersebut terdorong hingga tampak pelayan Zeus yang membawakan secangkir jus jeruk atas perintahnya.

"Letakkan saja di situ." Ia menunjuk meja nakas di sampingnya dengan dagu. Pikiran anehnya kembali terbesit. Ia mengubah nada suara agar tidak terdengar penasaran bahkan peduli. "Di mana Zeus?" tanyanya sembari tetap membaca agar terlihat congkak.

"Sejak kemarin siang dia tidak keluar dari kamar, Nyonya."

Bree mengernyit tipis. "Kenapa?"

"Saya kurang tahu alasannya. Namun, dia memang tidak keluar dari kamar dan sepertinya masih berada di sana."

Bree mengangguk, masa bodoh. "Oke, kau boleh pergi," katanya sembari membalik halaman meskipun fokusnya tidak lagi di bacaan. Apa Zeus tersakiti dengan kata-katanya kemarin? Apa ia memang sudah keterlaluan? Tapi mengapa selalu ia yang menjadi pelaku? Kenapa bukan Zeus yang merasa bersalah karena memperlakukannya seperti tahanan?

Ia berdecak. Zeus sepertinya sedang memainkan drama sebagai korban agar ia merasa bersalah dan meminta maaf. Cih, sekecil permintaan maaf yang Zeus harapkan, tidak akan ia berikan karena ia merasa ia benar telah melakukannya.

***

Ini sudah sehari berlalu. Menurut kata pelayan, Zeus belum keluar kamar. Mendadak ia khawatir. Bagaimana terjadi sesuatu di dalam? Sialan! Zeus memang berniat mempermalukannya agar ia mnyerah dan melontarkan kata maaf. Taktiknya benar-benar hebat membuatnya penasaran sekaligus cemas.

Ia berdiri sejenak di depan pintu kamar Zeus, kemudian tanpa ragu lagi membukanya. Tangannya bersedekap setelah memasuki kamar Zeus. Ia mengedarkan tatapan kemudian menyipit, mendapati Zeus berbaring memunggunginya dengan selimut sampai ke leher.

"Bangun, pemalas! Mau sampai kapan berbaring di sana?" Bree menaikkan sedikit dagunya, bersikap lebih congkak dari sebelumnya. Tak ada tanggapan, ia mengeraskan suara. "Kau mau bersikap seperti korban dengan membuatku merasa bersalah dan akhirnya kau menang?"

Tak ada tanggapan lagi. Kesal karena perkiraannya benar, ia melangkah maju mendekati Zeus kemudian menyingkap selimutnya. "Bangun! Kau mau mogok makan dan akhirnya menuduhku karena menyakitimu, hah? Kau mau menjadikanku pelaku?"

Ugly Kidnapper ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang