sebenernya males buat a.n. jadi, yaudah, gausah a.n. ya. happy reading!
Shania masuk ke dalam rumahnya dengan tenang. Padahal, sekarang sudah jam 8 malam. Tadi, saat pulang dari café, sebenarnya Shania tidak tau dimana dia berada. Namun, karna dia gengsi takut dibilang tolol, dia memilih bus sesuka hatinya. Beberapa orang yang dia tanya, tidak ada yang tau daerah rumahnya.
Shania melihat di ruang keluarganya, adiknya sedang dimarahi habis-habissan. Paling, adiknya itu ikut trek-trekan mobil atau balap mobil liar lagi. Shania sudah biasa mendengar makian dari Papanya. Gadis itu melangkahkan kakinya menuju tangga dengan tenang.
"Shania. Duduk kamu di sini. Papa mau bicara,"
Shania mengerang gemas. Padahal, sudah dia buat gerak-geriknya tak bersuara. Namun, tetap saja Papanya tau kalau dia sudah pulang. Akhirnya, dengan langkah malas, dirinya duduk di sofa depan Papanya dan bersebelahan dengan Calvin.
"Darimana saja kamu? Jam segini baru pulang."
Shania menselonjorkan kakinya di meja yang ada di hadapan Papanya, gadis itu melihat kukunya yang lentik nan cantik. "Abis berkelana, Pa."
"Papa dapet telfon dari Bu Helma, katanya kamu bolos lagi?"
Shania mengangguk. "Bosen Pa, sekolah belajar mulu. Sekali-kali harus bolos, Pa."
"Shania! Kamu kira Papa tidak membayar uang sekolah? Keringat Papa kamu buang sia-sia dengan membolos?"
"Iya, Pa. Kenapa? Papa ada masalah dengan itu?"
"Shania!"
"Kalian berdua harus Papa hukum. Tidak ada mobil untuk satu semester ini. Mana kunci mobil kalian?" ujar Papanya sembari berkacak pinggang di hadapan kedua anaknya
"Kunci mobil pajero Shania udah Shania umpetin, Pa. Dan, ga akan Shania kasih ke Papa dengan suka rela. Jadi, Papa harus cari sendiri di mana kunci mobil itu."
"Kunci mobil sport Calvin juga udah Calvin umpetin. Dan, Calvin lupa taro di mana. Papa cari sendiri aja, oke?"
"Shania! Calvin! Kalian bisa ga, sih, sehari aja nurut sama Papa!"
"Enggak, Pa! Sebelum Papa berhenti membawa cewek ke rumah, Shania akan terus menentang Papa!" ucap gadis itu sembari berjalan menuju tangga yang diikuti oleh Calvin di belakangnya.
Gadis itu menutup pintu kamarnya dengan kencang. Shania langsung merebahkan tubuhnya di atas kasurnya. Setelah menghidupkan pendingin ruangan, Shania mengambil salah satu bingkai foto yang ada di meja riasnya.
Mamanya. Mama kandung Shania. Wanita yang selalu Shania kangenin selama kurang lebih lima belas tahun terakhir ini.
---
Shania melangkahkan kakinya kearah kelas 12 IPA-1. Dengan sepatu flatshoes berwarna hitam dan kaos kaki dengan warna shocking pink, gadis itu melangkahkan kakinya dengan indah.
"Shania! Gila lo, kemaren bolos ga ngajak-ngajak gue!" ujar seseorang di belakang Shania dengan keras
"Dheeva! Lo sih, gue cariin gatau kemana. Anyway, cowok lo ikut tawuran lagi tuh." ucap Shania sembari berjalan bersampingan dengan Nadheeva
"Ah, udahlah gausang ngomongin Andri. Capek gue sama dia. Hari ini mau ngebolos lagi ga? Kalau lo ada rencana buat bolos, ajak-ajak gue kek!"
"Lo tuh ga bakat bolos, Va. Muka lo tuh alim. Beda sama muka gue yang sinis dan jutek kelewat batas."
"Akhirnya, ngaku juga lo."
"Sialan!"
Setelah keduanya sampai di kelas, terlihatlah beberapa murid yang bergerombol menjadi lingkaran besar. Seperti biasa, pasti teman-teman sekelasnya itu lagi nge-gosip lagi.
"Iya, anak barunya kece gila!"
"Anjir gue tadi disenyumin sama dia dong!"
"Katanya kelas berapa?"
"Sedenger gue sih, kelas XII."
"Semoga jurusannya IPA terus sekelas sama kita!"
"Aamiin!"
Shania dan Nadheeva hanya bergidik jijik mendengar omongan teman-teman sekelasnya itu. Sedangkan yang cowok, asyik sendiri dengan obrolan mereka sendiri.
Karna memang dari awal mereka masuk duduknya diatur, semua anak murid di kelas ini duduknya tidak cewek-cewek. Melainkan cewek-cowok. Dan, karna Shania terkenal akan kebandelannya, jadilah dia duduk sendiri karna memang jumlah murid kelasnya ganjil.
Shania mempunyai banyak teman cowok. Dan, itu ditakuti oleh guru-guru sebagai cara atau strategi Shania untuk mencontek dan bekerja sama saat ulangan. Padahal, tanpa guru-guru itu tau, memang pada dasarnya Shania itu pintar.
Bel tanda masuk pun berbunyi. Shania masih dengan entengnya men-cat kuku-kuku lentiknya dengan kutek. Ditiupnya kuku-kuku yang sudah dioles dengan kutek agar cepat kering.
"Perhatian semuanya!" seru Bu Helma dari depan kelas
Semua murid yang ada di kelas itu langsung melihat kearah depan. Bukan karna suara Bu Helma sebagai wali kelasnya, tetapi melihat seseorang yang berdiri di sebelah Bu Helma.
"Shania! Dengarkan Ibu! Kemarikan kutekmu! Kamu ini, mau belajar atau pesta, sih?"
"Iya Bu, ini didengerin, kok. Ga, ah, Bu. Ibu kira saya beli kutek ini gapake uang, apa? Main ambil-ambil aja!"
"Shania!"
Gadis itu hanya menatap kuku lentiknya dengan senang karna berhasil mengkutek kukunya dengan rapih, tanpa memperdulikan omelan Bu Helma.
Bu Helma akhirnya menyerah. Dengan jengkel, beliau kembali melanjutkan kata-katanya yang tadi sempat tertunda karna Shania.
"Hari ini, kita kedatangan teman baru. Silahkan kamu perkenalkan dirimu." ujar Bu Helma kepada cowok di sampingnya
"Hai. Nama gue Rafel Gysca. Lo bisa panggil gue Rafel. Senang berkenalan sama kalian semua. Semoga kita bisa menjadi teman."
"Oke Rafel, kamu bisa duduk di bangku kosong yang ada di sebelah Shania. Shania, tolong acungkan tanganmu."
"Bentar Bu, masih dikutek nih."
"Shania!" omel Bu Helma geram. Dengan langkah pasti, guru itu menghampiri Shania dan mengambil 10 kutek yang dia bawa secara paksa
"Ih! Ibu! Jangan diambil dong, Bu! Itu kan mahal!" ujar Shania sembari mengejar Bu Helma yang mulai menghentakkan high heelsnya dengan keras dan cepat
"Kamu ngapain ngikutin Ibu? Balik ke kelas! Sekarang!" ujar Bu Helma sembari membalikkan badan membuat Shania terkaget-kaget
Shania mendengus kesal. Dengan malas, dia membalik tubuhnya dan kembali ke kelasnya. Saat dia mau menuju bangkunya, gadis itu langsung terkaget melihat siapa orang yang ada di bangku sebelahnya,
"Elo?!"
"Hei."
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Mask
Roman pour AdolescentsHidup Shania sudah hancur. Berawal dari kematian Ibunya, Papanya yang tidak berharap dia dilahirkan di muka bumi, hingga dibenci oleh Adiknya sendiri, Calvin. Shania yang hilang arah, akhirnya berubah menjadi bad girl. Menutup kenangan yang bisa mel...