Chapter 9: Curse

66 12 10
                                    

"GAWAT, pulaunya mulai retak!” seru Addison panik setelah Habibie berhasil menyegel dan melenyapkan serpihan asteroid emas. Addison memandang retakan di Mirror Island yang menjalar hampir seluruh pulau. “Apa kau bisa melakukan sesuatu dengan pulau ini? Kalau dibiarkan, pulaunya akan hancur,” kata Addison sambil memandang gadis di sebelahnya.
 
            Gadis itu menggeleng. “Aku tidak bisa lagi mempertahankan pulau ini karena kekuatanku sudah berkurang setelah mengeluarkan pecahan asteroid emas.”
 
           Addison memandang Mr. Navarro. “Apa Anda bisa melakukan sesuatu untuk memperbaiki pulau ini, Sir?”
 
            “Jika yang kaumaksud untuk memperbaiki pulau ini seperti semula, aku tidak bisa. Pulau ini diluar kemampuanku untuk memperbaiki dan membuatnya tetap utuh,” jawab Mr. Navarro.
 
            “Bagaimana nasib gadis ini kalau pulau tempat tinggalnya rusak, Sir?” tanya Addison lagi sembari menunjuk gadis berambut biru laut di sebelahnya.
 
            “Tinggal membawanya ke akademi,” jawab Mr. Navarro santai.
 
            Tiba-tiba Habibie bertepuk tangan. “Saya sangat setuju dengan usulan Anda, Sir!”
 
            Addison tidak berkata apa-apa, ia hanya memandang gadis di sampingnya. Apa itu berarti gadis ini akan menjadi siswa akademi seperti diriku? Ia tahu rasanya hidup sendirian di pulau ini. Rasa kesepian dan kesendirian. Mungkin memang yang terbaik adalah meninggalkan Mirror Island, terlebih pulaunya sudah tidak layak hunyi. “Apakah kau mau ikut bersama kami?” tanya Addison setelah cukup lama.
 
            Gadis yang ditanya hanya menggeleng. “Aku tidak bisa meninggalkan pulau ini.”
            “Kenapa tidak?” tanya Addison cepat.
 
            “Aku dilahirkan untuk menajaga pulau ini dan juga sebagai wadah untuk menyegel energi jahat asteroid emas. Aku terikat sampai kapan pun. Jika pulaunya hancur, maka aku akan ikut hancur bersamanya,” jawab gadis itu dengan wajah tanpa ekspresi. Sepertinya ia sudah bersiap sejak lama untuk kemungkinan seperti ini.
 
            “Bukankah tugas itu sudah selesai? Pecahan asteroid emasnya juga sudah dihancurkan. Jadi, buat apa lagi menjaga pulau ini?” tanya Addison yang tidak mengerti dengan jalan pikiran gadis itu.
 
            “Iya, sayang sekali kalau wajah seperti ini tidak ditunjukkan pada dunia dan hanya terkurung selamanya di satu tempat,” cerocos Habibie yang sejak tadi seperti cacing kepanasan, sementara Thann di sebelahnya hanya diam.
 
            Addison memandang gadis itu cukup lama sebelum berkata. “Aku sebelumnya juga terkurung di Mirror Island seperti dirimu, kemudian Mr. Navarro menemukanku dan membawaku ke Maple Academy. Akademi tempat yang menyenangkan, banyak teman, makanan, dan bisa juga perawatan. Ya, walaupun pelajarannya juga banyak, ada teman-teman yang aneh, dan guru yang cewek. Namun, secara keseluruhan akademi tempat yang menyenangkan.”
 
            Gadis itu tidak menjawab, ia hanya diam sambil memandang cermin yang retak di dekat kakinya. Selama ini yang ia tahu dan kenal hanyalah cermin dan imajinasi yang dipantulkan. Mendengar Maple Academy, itu sesuatu yang asing bagiya dan ia tidak tahu sama sekali tempat seperti apa.
 
            Addison berjalan satu langkah menghampiri gadis itu. Ia tersenyum ramah sembari mengulurkan tangan. “Perkenalkan, namaku Addison Spiegel Atum. Aku juga demigod seperti dirimu. Ayahku dewa Mesir Kuno dan ibuku seorang manusia.”
 
            Gadis itu tidak menjabat uluran tangan Addison, ia hanya memegang erat apel emas di tangannya. Baginya, ini hal paling aneh dan tidak masuk akal yang pernah didengarnya kalau ada orang yang mengajak keluar dari pulau ini.
 
            “Apakah kau belum punya nama?” tanya Addison lagi dengan tangan masih teracung di udara.
 
            Gadis itu mengangkat wajahnya dan memandang Addison. “Namaku Helena Oceania, ayahku manusia dan ibuku Dewi Aphrodit dari Yunani.”
 
            “Wah, pantas saja kecantikannya luar biasa, ternyata ibunya dewi kecantikan,” seru Habibie sambil memandang wajah gadis itu lagi. “ Dan apakah itu apel pertikaian dalam mitologi?” kata Habibie lagi dengan wajah terkesima saat memandang apel emas di tangan Helena.
 
            Helena hanya mengangguk.
 
            “Kenapa kau menyerang kami tadi?” tanya Thann yang sejak tadi diam saja. Ia lebih banyak memperhatikan dan mengamati situasi, terlebih dengan keadaan pulau ini yang retak di sana-sini dan sewaktu-waktu bisa hancur.
 
            Helena memandang Thann sesaat sebelum menghela napas panjang. “Itu karena aku mengira kalian adalah orang yang sebelumnya datang dan membocorkan segel energi jahat asteroid emas.”
 
            “Apa yang sebenarnya terjadi? Bisa kamu ceritakan secara lengkap?” tanya Mr. Navarro yang tiba-tiba sudah berada di hadapan gadis itu.
 
            Helena pun mulai menceritakannya. Ia lahir bertepatan dengan jatuhnya asteroid emas. Untuk menyelamatkan Mirror Island, asteroid itu disegel ke dalam tubuhnya sebelum menyentuh Bumi. Setelah itu, ia ditinggalkan oleh orang tuanya di sini untuk menyegel energi jahat dari asteroid. Namun, enam bulan yang lalu datang seseorang yang berniat membuka segel dan mengeluarkan serpihan itu. Orang itu berhasil ia kalahkan, tetapi segel di dalam tubuhnya berhasil dirusak sehingga pancaran gelombang energinya bocor. Makanya ketika Addison dan teman-temannya mengatakan mencari serpihan itu, Helena langsung menyerangnya.
 
            “Kau akan dalam bahaya jika terus di sini. Apalagi setelah mengeluarkan serpihan asteroid emas itu kekuatanmu jauh berkurang. Aku akan membawamu ke akademi untuk melindungimu. Tidak ada tempat yang paling aman selain di akademi sekarang ini.” Mr. Navarro memandang Helena serius setelah gadis itu selesai bercerita.
 
            Helena tidak menjawab, wajahnya bimbang dan terlihat memikirkan sesuatu.
 
            “Apakah kaki tangan orang itu, Sir?” tanya Thann.
 
            “Sepertinya begitu,” jawab kepala sekolah. “Ngomong-ngomong, makhluk rendahan es dan api itu juga kekuatanmu?” ucap Mr. Navarro lagi.
 
            Helena mengangguk. “Benar, tetapi Anda mengalahkannya dengan mudah.”
 
           “Kekuatan yang menarik. Aku semakin ingin membawamu ke akademi. Terutama untuk membayar kerusakan jubahku. Kau akan menjadi siswa bimbingan sekaligus asisten pribadiku sampai ajaran baru untuk membayar utangmu.” Tiba-tiba Mr. Navarro sudah memutuskan saja sembari menyunggingkan senyum ramah.
 
            Bahu Habibie langsung merosot. “Sepertinya di akademi akan sama berbahayanya dengan di sini jika Mr. Navarro sudah tertarik dengan bakat seseorang,” celetuk Habibie yang merasa dirinya juga korban dari ketertarikan Mr. Navarro.
 
            “Bukankah itu artinya kita akan sering bertemu dengannya?” balas Addison sambil menyikut perut Habibie.
 
            Habibie menjentikkan jarinya. “Kau benar juga! Kenapa aku tidak memikirkan sampai ke sana.” Habibie tertawa senang dengan naganya ikut menguik di bahunya.
 
             Mr. Navarro berjalan mendekat sambil merapalkan mantra sihir. Sebentuk cahaya jingga memenuhi tangannya dan sebuah buku hitam dengan ukiran jingga terbentang di tangannya. “Kamu cukup menuliskan namamu di sini.” Mr. Navarro menyerahkan pena Hello Kitty yang melayang beberapa senti di atas tanganya kepada Helena.
 
            Gadis itu bingung. “Ini untuk apa, Sir?”
 
            “Ini salah satu syarat untuk diterima di akademi. Tuliskan namamu dan lihat hasilnya, jika namanya menghilang, berarti kau tidak layak masuk. Jika namamu tetap ada, berarti kau diterima. Setelah itu diminta sedikit darahmu sebagai perjanjian." Addison menjelaskan dengan sigap.
 
            Helena memandang Addison dengan wajah bimbang. “Tapi saya tidak bisa meninggalkan pulau ini karena kutukan itu. Jika mencoba pergi, kutukannya akan membakar tubuh saya menjadi abu.”
 
            Addison berjalan mendekat dan berdiri di hadapan Helena, ia mengangkat tangan dan menjentikkan jarinya di kening gadis itu. Helena meringis kesakitan ketika keningnya disentil oleh Addison tiba-tiba. Beberapa detik kemudian seberkas cahaya biru dengan pola yang tidak asing tercetak di kening Helena. “Sakit?” tanya Addison sambil menurunkan tangannya.
            Helena mengangguk.
 
            “Berarti kutukannya sudah hilang. Bukan begitu, Sir?” tanya Addison sambil memutar kepalanya ke arah Mr. Navarro. Hal serupa yang dilakukan Mr. Navarro kepadanya dulu untuk melepaskan kutukan dari Mirror Island.
 
            “Betul.” Mr. Navarro mengangguk. “Tapi dari mana kau mempelajari sihir ciptaanku itu?” tanyanya lagi dengan wajah bingung.
 
            “Saya menirunya dari Anda, Sir. Bukan Anda saja yang bisa meniru bakat seseorang,” kata Addison seakan bangga pada dirinya sendiri.
 
            “Selamat datang di Maple Academy Dik Helena. Nama abang, Habibie Alfarabie,” ucap Habibie tiba-tiba dan berlari ke arah gadis itu. Dengan sigap, Mr. Navarro menarik jubah bagian belakang Habibie, sehingga ia tidak berhasil menggapai gadis itu.
 
            “Ia predator. Kau harus hati-hati dan menjauhinya,” pesan Mr. Navarro kepada Helena.
 
            Helena tersenyum untuk pertama kalinya dan menorehkan namanya dalam buku penerimaan siswa Maple Academy.

********

Sampai jumpa di chapter terakhir (chapter 10) cerita ini. Chapter 10 akan membahas sedikit tentang Wisteria Academy yang menjadi latar cerita di Maple Academy Year 3. Dan juga akan memunculkan sedikit 1 tokoh penting di Year 3.

Siapakah itu?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secret Mission to Mirror Island (HIDDEN YEAR 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang