Part 26

195 38 140
                                    

Tatapan tak suka dan permusuhan tampak jelas saat Raina baru saja menginjakkan kaki di dalam kelas.

"ASTAGA RAINAAAA!!!" Pekikan keras itu tentu saja berasal dari Sarah dan Kara.

"Berisik!" Jawab Raina judes, tapi detik berikutnya gadis itu menampilkan senyum manis dan berlari memeluk kedua sahabatnya.

"Kangen," ucap Raina dengan nada manja.

"Lo kemana aja babi?"

"Ih Sarah mah gitu sama gue. Nggak lihat nih gue udah kece badai sekarang," jawab Raina yang langsung melepaskan pelukan mereka karena kesal.

"Lah kan emang babi. Lo kan kesayangan gue."

"Baby Sarah bukan babi. Gue kempesin juga lo lama-lama."

"Sama aja kali. Apa bedanya coba. Sama-sama di baca babi," ucap Sarah tak mau kalah.

"Beda tauk!" Jawab Raina ngegas. 

"Rai kok bisa sih lo jadi kayak cabe-cabean gini?" tanya Kara tiba-tiba dengan wajah dibuat syok.

Raina dengan cepat menatap Kara dengan mata memicing. "Hot dong gue," jawab Raina dengan menaik turunkan alisnya. Jangan lupakan cengiran menyebalkan nya juga.

"Iuhhh," respon mereka kompak.

"Wah wah wah ada yang lancar nih ngelonte nya," celetuk Ika yang tiba-tiba ikut nimbrung dalam pembicaraan mereka.

"Tiga Minggu nggak sekolah udah dapet berapa om-om Rai? Sampai bisa beli mobil segala."

"Nggak longgar tuh lobang di pakai terus? Upss maaf keceplosan," Kata Aya ikut menimpali.

Di luar dugaan Raina malah menjawab dengan santainya. "Emm berapa ya? Nggak tau. Saking banyaknya sampai lupa gue."

Mendengar jawaban Raina membuat seisi kelas terkejut bukan main. Gadis yang dulunya sangat polos dan jarang segali bergaya kini malah banyak tingkah.

"Oh..jadi ini kerja sampingan elo. Pantes aja di buang sama keluarga sendiri," ucap Ika dengan lancar.

Raina menggeram dalam hati. Ingin sekali dia mencabik-cabik wajah mantan sahabatnya itu. Tapi ia harus tenang, dirinya tak boleh terpancing emosi.

Raina berjalan mendekati Ika, lalu duduk diatas meja tepat di hadapan cewek itu. Kaki mulusnya yang hasil perawatan kebut-kebutan menyilang menunjukkan keangkuhannya. Tangan kirinya di simpan diatas meja, sedangkan tangan kanan ia gunakan untuk memainkan rambut indah miliknya.

"Yah itu emang kerja sampingan gue. Kenapa emang? Oh lo takut kalo nggak kebagian cowok karena pada antri ke gue. Tenang aja bakal gue sisain satu buat elo," ucap Raina tenang dengan senyum mengejek.

"Tapi inget! Cowok yang sama gue bukan cowok modal tampang tapi dompet pas-pasan. Minimal saldo ATM 10M lah kalo mau deket sama gue."

"Cuih! Palingan lo juga cewek 2 jutaan yang jual diri di club," ejek Ika dengan nada sinis.

"Aduh sayang. Kalo harga gue cuma 2 jutaan mana mungkin bisa beli sepatu mahal ini," ucap Raina dengan menendangkan kakinya ke udara, menunjukkan merek sepatu yang ia gunakan.

"Hasil jual diri aja bangga."

"Kenapa emang? Iri? Pengen ikutan? Tenang aja gue nge-recruitment anggota baru kok."

"Gue masih mampu ya beli sepatu kayak gitu tanpa jual diri," jawab Ika ngegas.

"Oh ya." Raina pun menjawabnya dengan muka tengil. "Gue kasih tahu ya. Sekarang kalo gue mau cowok tinggal nunjuk. Miko pacar lo, eh mantan maksudnya, Ando si kapten basket, atau Sammuel si super casanova, bisa gue dapetin sekali kedip," sombong Raina. Padahal dirinya juga tak yakin kalo cowok-cowok keren itu mau padanya. Yang penting pede dulu kan ya.

Tertanda RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang