Perpustakaan

325 74 25
                                    

Minggu, 12 September 2021

Perpustakaan pusat begitu ramai pengujung. Dari kalangan anak kecil, remaja, dewasa maupun tua berkumpul di sana.

Ricky memilah buku yang akan dipinjam. Sudah satu jam lamanya dia berada di perpustakaan.

"Rick, sudah ketemu bukunya?" tanya Fenly.

"Belum nih Fen," jawab Ricky.

Jarak mereka kurang lebih tiga meter. Di mana Fajri? Jika ada Ricky dan Fenly di situ pasti Fajri berada.

"Berisik banget sih," keluh Fajri tertidur di atas meja kayu. Kedua tangan dijadikan bantal untuk menaruh kepala.

Fenly menatap Fajri tajam. Helaan napas kasar sampai terdengar oleh Ricky.

"Sabar ya Fen," ledek Ricky tertawa kecil.

"Ya!"

Di tangan Fenly sudah terdapat tumpukan buku-buku tebal. Sahabat baiknya tak membantu sama sekali, mereka hanya melihat saja.

Fenly agak sedikit ribet saat menarik kursi dan tiba-tiba seseorang tidak sengaja menyenggol bahunya menyebabkan buku-buku berjatuhan di lantai.

Brukk!!

Fenly langsung merapikan buku di lantai. Tak sengaja tangannya bersentuhan dengan seorang gadis. Kedua tatapan saling beradu dalam seperkian detik, lalu kembali merapikan buku.

"Maaf ya, gue tadi nggak sengaja," ucap gadis itu pelan.

Dia memainkan jari-jarinya gugup. Gara-gara kecerobohannya gadis itu membuat buku milik lelaki asing terjatuh.

"Iya gapapa, lain kali hati-hati," jawab Fenly lembut.

"I-iya." Gadis berambut hitam panjang langsung pergi meninggalkan Fenly. Dia harus menghilangkan debaran di jantung. Suara dan tatapan lelaki asing membuat gadis itu terenyuh.

Fenly melihat gadis itu sejenak, lalu menarik bangku. Muncul semburat merah tipis di kedua pipi. Entah kenapa jantungnya berdebar kencang cuma mendengar suara gadis asing jadi candu.

"Tumben lo nggak ngegas," ledek Fajri memilih duduk di sebelah kanan Fenly.

Sejak kejadian buku jatuh, Fajri melihat dari awal hingga selesai. Fajri tahu bahwa sahabat kecilnya ini tengah kasmaran.

"Apasih lo?!" Ngegas Fenly.

"Wess... Fenly is back, hahaha ...," goda Fajri tertawa renyah.

Fenly tak memperdulikan godaan Fajri. Lebih baik dia membaca semua buku yang telah dipilih dengan tenang.

Fajri menatap rak-rak buku. Raut ekspresi kesedihan tersirat sekilas, lalu berubah cepat menjadi ekspresi seolah-olah tidak ada masalah.

"Si Aji ada masalah apa ya," gumam Ricky di balik rak buku.

__#_#__

Ricky berpisah dengan kedua sahabat kecilnya. Siang ini Ricky memiliki jadwal untuk membeli perlengkapan melukis.

Saat ini Ricky berada di kawasan Mall Jakarta Barat. Tempat yang menjual lengkap alat lukis dan menjadi langganannya.

"Selamat siang Kakak," sapa pegawai bernama Desi.

"Siang," balas Ricky tersenyum kecil

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Desi ramah.

"Hmm ... saya mau membeli kanvas dan alat lukis baru," jawab Ricky.

Desi pun mengantarkan Ricky ke stan barang yang ingin dibeli. Ricky sesekali melihat beberapa perlengkapan yang dipajang.

Sekitar lima menit, Ricky dan Desi sampai di stan dituju. Ricky memilih dua kanvas berukuran besar, tiga kanvas berukuran sedang dan kuas berbagai ukuran serta cat warna produk terbaru.

Setelah membayar dan keluar dari toko Ricky menitipkan barang belanjaan di tempat khusus penitipan menggunakan kartu. Ricky memilih untuk makan siang di salah satu restoran Australia.

"Sudah lama juga nggak makan kesini," gumam Ricky.

Tiba-tiba seorang pria berjas hitam dan wanita berhijab menghalangi jalan Ricky. "Permisi Kak," ucap wanita berhijab.

"Ah iya, ada apa?" tanya Ricky bingung.

"Kak, kami dari agent model majalah pakaian." jawab pria berjas.

"Terus? Ada hubungan apa dengan saya?" Ricky heran.

"Sebenarnya kedatangan kami ke sini untuk menawarkan Kakak sebagai model pengganti. Salah satu model pria kami tidak bisa datang diakibatkan mengalami kecelakaan." jawab wanita berhijab menjelaskan.

Ricky cengo. Tangan kanan menggaruk kepala tak terasa gatal. Dia bingung harus merespon apa.

"Kami minta tolong untuk Kakak menjadi model pengganti. Plis ya Kak," ucap gadis berhijab.

"Iya Kak. Acara kami sepuluh menit lagi akan di mulai," sahut pria berjas.

Keduanya menatap Ricky dengan memohon seperti anak kucing yang dibuang oleh pemiliknya. Ricky awalnya cuek lama kelamaan luluh. Dengan reflek Ricky menganggukan kepala kecil.

Senyum pria berjas dan wanita berhijab mengembang. Tangan Ricky langsung di tarik menuju ke acara peragaan busana.

.
.
.
.

___BERSAMBUNG___

Cerita 3 CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang