Pagi itu Baekhyun berangkat bersama dengan Chanyeol melakukan pertemuan bisnis di salah satu cafe bersama dengan Mr. Kim yang membuat Chanyeol mengurungkan niat meminta di wakilkan.
Mulai dari pertemuan hingga berakhirnya pembahasan Mr. Kim tidak berenti untuk melirik bahkan terang-terangan merayu Baekhyun, Baekhyun yang di perlakukan seperti itu tentu saja tidak nyaman. Beruntunglah suaminya ini ikut bersamanya jika tidak sudah tak terbayang di benaknya bagaiman nasib nya kini.
Chanyeol sadar bawah Baekhyun risih, tidak nyaman dan ingin semuanya berakhir dengan cepat. Maka dari itu sebisa mungkin Chanyeol tidak memberi celah Mr. Kim untuk membahas apapun diluar konteks bisnis.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Chanyeol saat keduanya sudah berada di mobil menuju kantor.
"Ya aku baik. Terima kasih karena sudah menggantikanku."
"Tak apa, aku tak tau jika pertemuanya dengan rekan pria. Maaf."
"Kenapa minta maaf, itu tak perlu."
Tak lama keduanya sudah berada di kantor, melakukan pekerjaan masing-masing. Sore itu, di saat semua karyawan sudah bersiap untuk pulang, Chanyeol mendapatkan tekanan kembali ia membutuhkan jalang untuk meluapkan segala emosinya.
Hampir satu bungkus rokok habis ia hisap tak mengurangi tekanan yang ia rasakan. Iya mencari kontak Jackson untuk meminta wanita tapi sayang Jackson sudah enggan berurusan dengannya. Chanyeol sempat bertanya mengapa ia enggan memberikan apa yang Chanyeol inginkan tapi Jackson dengan beribu alasannya tetap menolak dan memutuskan hubungan dengan Chanyeol.
Chanyeol yang tau bahwa ia tidak bisa lagi mendapatkan apa yang ia inginkan hanya bisa menghancurkan barang-barang yang ada di ruangannya untuk menyalurkan segala bentuk frustrasi yang ia alami hari ini.
Baekhyun keluar dari ruangannya, ingin pamit pada Chanyeol bahwa ia akan pulang. Namun pemandangan yang tidak mengenakan yang ia dapatkan. Ruangan Chanyeol begitu berantakan dengan bau asap rokok yang menyengat memenuhi seluruh ruangan.
Chanyeol terlihat membuka botol alkohol untuk ia teguk, melihat itu Baekhyun teringat tentang pesan Wendy dan Bang Chan kemarin. Tentang bagaimana ia berjanji akan membantu Chanyeol untuk sembuh.
Baekhyun masuk dengan tergesa-gesa mengambil botol yang siap diminum oleh Chanyeol.
"Yakkk!!!!" Teriak Chanyeol saat minumannya di rampas.
Baekhyun meletakan minuman itu jauh dari radar Chanyeol dan mengaktifkan penyejuk udara agar asap dan bau rokok dapat hilang dari ruangan itu. Baekhyun tidak peduli dengan teriakan Chanyeol yang memaki dirinya, ia masih sibuk memberesi ruangan suaminya itu.
"Kau tidak boleh minum. Kau membawa mobil bukan? jadi tetaplah sadar." Ucap Baekhyun tegas.
Untuk pertama kalinya Baekhyun mengeluarkan ketegasannya pada Chanyeol, tidak peduli dengan caci maki yang keluar dari mulut manis suaminya yang padahal kemarin terus menempel pada bibirnya. Setelah dirasa cukup Baekhyun mengambil barang-barang Chanyeol dan menariknya untuk keluar dari ruangannya dan menuju ke basement parkir mobilnya.
"Ayo ikut aku pulang." Ucap Baekhyun.
"Kau pulang saja sendiri, tidak usah mengajakku."
Tak peduli dengan jawaban Chanyeol, Baekhyun terus membawa dan menarik Chanyeol menuju mobilnya yang terparkir. Dengan terpaksa ia mengikuti Baekhyun melajukan mobilnya menuju kediamannya. Hanya keheningan yang ada dalam perjalanan pulang mereka berbanding terbalik saat keduanya berangkat tadi pagi.
Baekhyun terus bertanya dalam hati apa yang membuat mood Chanyeol berubah saat ini. Apa yang terjadi padanya, dengan tekad dan janjinya ia akan mencoba berbicara pelan-pelan pada Chanyeol. Setidaknya ia tau dan bisa sedikit membantu.
Setelah sampai Chanyeol langsung memasuki ruang kerjanya sedangkan Baekhyun menuju kamarnya membersihkan diri sebelum menghampiri Chanyeol. Dirasa sudah selesai dengan ritualnya Baekhyun perlahan memasuki ruangan Chanyeol. Terlihat dengan Jelas Chanyeol dengan wajah terpuruknya tengah duduk dilantai bersandarkan dinding sambil menghadap jendela besar yang menampilkan pemandangan malam taman rumah mereka.
Baekhyun berjalan menghampiri Chanyeol duduk di sampingnya sambil ikut melihat arah pandang suaminya itu. Keheningan terjadi beberapa saat hingga dirinya mulai membuka suara, membuyarkan segala lamunan Chanyeol.
"Kau ada masalah? Kau bisa ceritakan padaku." Ucap Baekhyun, namun hanya keheningan yang menjawabnya.
Perlahan Baekhyun menghembuskan nafasnya memberanikan diri untuk mengutarakan segala perasaan yang ia rasakan selama ini. Tidak ada salahnya untuk saling terbuka mungkin dengan begitu Chanyeol juga bisa terbuka padanya.
"Aku tau kau tidak pernah menganggapku dan pernikahan ini. Tapi bisakah kau menghargai aku sedikit saja. Jujur saja aku sedih ketika kamu dalam keadaan susah justru lebih menginginkan wanita lain dibanding aku istrimu."
Mendengar itu Chanyoel menolehkan wajahnya menghadap Baekhyun, jelas ia bisa melihat ada guratan kecewa di diri Baekhyun saat mengatakan kalimat tadi.
"Aku tau semuanya, Wendy eonni sudah menceritakannya padaku. Bisakah kau berbagi bebanmu padaku jika kau tidak menganggapku sebagai istrimu kau bisa melihatku sebagai seorang teman."
Perlahan Baekhyun menggenggam tangan Chanyeol dan mengelusnya memberikan sedikit sentuhan agar ia bisa diterima oleh Chanyeol.
"Kau sudah tau bukan tentang kondisiku. Jadi ku rasa kau juga tau alasan aku membutuhkan jalang. Jadi mau apa lagi? masih mau membantuku? untuk apa?" Tanya Chanyeol balik.
"Aku ingin kau kembali menjadi Chanyeol yang dulu, Chanyeol yang seperti eomma dan eonni katakan padaku."
"Chanyeol yang dulu sudah mati bertahun-tahun lalu. Jadi harapanmu hanya akan menjadi sebuah harapan saja."
"Kau bisa berubah. Pelan-pelan saja aku percaya kau bisa."
"Aku hanya membutuhkan jalang bukan pengobatan yang berujung kegagalan."
Mendengar itu Baekhyun benar-benar dibuat pusing ia sadar bahwa suaminya ini benar-benar orang yang keras kepala, tapi ia juga tidak bisa melihat Chanyeol terus melampiaskan segalanya kedunia malam. Ada ketidakrelaan saat membayangkan kembali suaminya bergumul dengan wanita lain, ia tidak bisa benar-benar tidak bisa.
"Aku akan menjadi jalangmu jika itu maumu." Ucap Baekhyun final ia berpikir akan merubah Chanyeol perlahan meski cara itu yang harus ia tempuh meski ada kegugupan yang mengikutinya.
"Tidak perlu, aku akan cari orang lain yang bisa memberikan jalang padaku." Balas Chanyeol.
Ia hanya tidak ingin menyakiti Baekhyun dengan permainannya, Baekhyun terlalu lembut untuk bisa ia kasari dan ia juga tidak setega itu pada istrinya.
"Aku melarangmu, aku istrimu kau bisa melakukannya padaku tanpa mengeluarkan uang pula."
"Apa kau berpikir saat mengatakan itu? apa kau tidak menyesal mengatakan itu padaku?"
Baekhyun bangkit dan duduk diatas paha Chanyeol ia mengalungkan tangannya dileher Chanyeol mengunci pandangannya tepat dimanik mata suaminya. Keadaan itu sukses membuat debaran jantung Chanyeol meningkat. Tanpa aba-aba Baekhyun langsung mencium bibirnya, Chanyeol akui Baekhyun tidak ahli dalam hal itu ia masih membiarkan Baekhyun menciumnya dengan tidak beraturan.
Perlahan ia membuat jarak dan memandangi wajah Baekhyun, terlihat jelas jejak air mata diwajah cantiknya. Ia tidak mengerti apa yang terjadi pada Baekhyun.
"Kenapa menangis?" Tanya Chanyeol.
"Aku hanya ingin berguna untukmu, meski harus menjadi pemuas nafsumu biarkan aku masuk kedalam hidupmu menjadi bagian dari dirimu."
"Jangan menyesali apa yang sudah kau katakan Baekhyun. Karena aku tidak akan berenti."
Setelah mengatakan itu Chanyeol langsung memimpin permainan, mengajarkan Baekhyun bagaimana ciuman yang benar. Chanyeol menciumnya menuntun tanpa penekanan benar-benar membuat Baekhyun nyaman. Nyaman? astaga jangan biarkan Baekhyun lupa akan misinya.
TBC.
Selamat membaca jangan lupa VOTE & KOMEN ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hot Bastard [CHANBAEK] [GS] ✔
FanfictionEND Complete Story Cerita mengandung unsur ⚠️🔞 harap bijak dalam memilih bacaan. Dijodohkan dengan pria gila yang hypersex, bertahan meski dengan keterpaksaan. Hingga berakhir menjadi pemuas nafsu suami sekaligus menjadi atasannya. Akankah ia bisa...