08. Perjalanan Malam

27 17 2
                                    

"Sudah semua barang bawaannya, Al?" Isna bertanya untuk ke sekian kali. Kalau bisa protes, telinga Alka pasti sudah marah-marah sejak tadi.

"Udah, Yuk." Alka menjawab dengan raut kesal.

Lagipula, Alka hanya mau bepergian ke tempat Simbah tidak sampai seminggu. Ia tidak ingin merepotkan diri untuk memasukkan segala macam barang ke dalam tas ransel miliknya.

"Beneran satu tas itu cukup?" tanya Isna lagi yang membuat Alka memutar bola mata.

"Sangat cukup, Yuk. Ini aja isinya udah lengkap. Peralatan mandi, alat make up, baju ganti, camilan, dan barang-barang kecil lainnya udah ada di dalam semua."

Akhirnya Isna terdiam setelah Alka menjelaskan begitu.

Hari ini, Alka berencana ke rumah Simbah bersama seseorang, yaitu Kay. Setelah berpikir lumayan panjang, Alka pun setuju dengan penawaran Kay untuk pergi ke Banyuwangi bareng. Selain biar ada teman di perjalanan, Alka juga membutuhkan guide agar ia tidak salah jalan.

Setalah memastikan penampilannya pas di depan kaca, Alka bersiap untuk berangkat. Kali ini, gadis itu memakai celana kulot berwarna hitam, atasan lengan panjang berbahan Dante yang berwarna Mustard dipadukan dengan bergo dari salah satu brand lokal ternama dengan warna senada, dan tak lupa ia juga memakai Parka sepanjang lutut warna Beige, biar tidak kedinginan nanti.

"Aku ke depan dulu, Yuk. Kay udah nungguin. Bye, Ayuk! See you next week."

Alka mengucapkan itu sembari lari ke depan kos, menemui Kay.

"Kuatkan aku, Ya Allah!" Alka membatin.

Alka tertegun melihat penampilan sosok lelaki yang akan menemaninya dalam perjalanan panjang hari ini. Pasalnya, kadar ketampanan lelaki itu lebih terlihat dengan jelas. Padahal, lelaki itu hanya memakai celana Chinos berwarna Beige dilengkapi dengan atasan mengenakan hoodie warna hitam. Penampilannya sederhana, tetapi aura positif yang selalu terpancar membuat lelaki itu tampak menawan di mata Alka.

"Hai ... udah dari tadi?" tanya Alka pada Kay yang masih berdiri dengan menggendong tas ransel andalannya, sekadar untuk mengalihkan rasa kagum yang hampir mengakar di hatinya.

"Baru aja datang." Kay menjawab sambil senyum.

"Busnya biasanya jam berapa sampai sini?" tanya Alka.

"Hampir tiap jam ada yang lewat. Bus terakhir sekitar pukul 17.55," timpal Kay.

Alka dan Kay memutuskan untuk berangkat bakda Dhuhur. Biar bisa sampai lebih cepat. Sebab, jarak yang ditempuh lumayan jauh. Sehingga, harus bisa memilih waktu yang tepat.

Tepat pukul 12.35 WIB bus yang ditunggu pun tiba. Sebuah bus besar berkapasitas sekitar lebih dari tiga puluh orang itu berhenti tepat di depan kos Bunga Desa. Alka dan Kay segera menyeberang jalan lalu naik ke dalam bus.

Efek akhir pekan, penumpang bus terbilang padat. Alka dan Kay memilih kursi kosong yang berada di urutan nomor tiga dari belakang. Letaknya kira-kira di bagian tengah. Alka dan Kay duduk berdampingan dengan posisi Alka yang duduk di samping jendela. Dengan alasan, untuk memudahkan keduanya berkomunikasi. Selain itu, kursi penumpang yang lain hampir semua sudah terisi.

"Bismillah," ucap Alka dalam hati.

Alka membenarkan posisi duduk dan tas ranselnya ia letakkan di pangkuan. Kay pun melakukan hal yang sama.

Sebenarnya, Alka merasa agak canggung duduk berdekatan dengan lelaki di sampingnya. Biasanya, kalau pun pernah makan berdua, keduanya duduk berhadapan dan terhalang meja, tidak pernah sedekat sekarang.

IKHTARA (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang