Part 14
Tina berjalan ke arah kantor, saat masih berada di halamannya, ia bertemu dengan teman-temannya, Ria dan Viona. Mereka melambaikan tangan sembari tersenyum ke arah Tina, mereka juga tampak tak sabar menanyakan sesuatu hal, bisa dilihat dari cara mereka kegirangan saat menatap satu sama lain.
"Ya ampun Tina kita itu kangen banget sama kamu. Gila, tiga hari kita enggak ketemu." Ria merangkul tubuh Tina diikuti Viona di sampingnya.
"Iya, aku juga kangen." Viona menyahut setuju, sedangkan Tina tersenyum melihat tingkah laku teman-temannya.
"Aku juga kangen sama kalian." Tina menarik tubuhnya, menatap bahagia ke arah kedua temannya.
"Padahal cuma tiga hari kamu pergi sama Pak Alfan, bagaimana nanti kalau kamu nikah sama dia? Yang ada kita enggak bisa ketemu lagi." Ria memanyunkan bibirnya yang diangguki setuju oleh Viona.
"Iya, Pak Alfan kan posesif. Dia pasti enggak bakal bolehin kamu kerja, apalagi cuma ketemu sama kita." Viona menimpali ucapan Ria, yang tentu saja membuat Tina tersenyum mendengar ucapan mereka.
"Kalian ini ngomong apa sih? Yang terjadi nanti kenapa harus dipikirkan sekarang?" Tina bertanya tak habis pikir, bibirnya tersenyum ke arah teman-temannya yang tampak tak setuju.
"Sebenarnya kita juga enggak mau mikir sampai situ, tapi kalau ingat calon suami kamu itu Pak Alfan, rasanya mustahil kamu boleh berteman lagi sama kita, Pak Alfan kan kaya gitu?" Viona menatap tak yakin ke arah Tina.
"Kaya gitu gimana?" tanya Tina sembari berjalan ke arah kantor diikuti Ria dan Viona yang turut berjalan di kedua sisinya.
"Ya Pak Alfan kan orang kaya, kesombongannya juga hampir melampaui batas kemampuan manusia pada umumnya, belum lagi sikap dingin dan sok sempurnanya, rasanya mustahil kalau dia tetap biarin kamu berteman sama kita."
"Pak Alfan enggak kaya gitu, dia orangnya baik kok." Tina mengelak halus karena pada kenyataannya, ia juga tidak akan menikah dengan bosnya.
"Dari sisi mananya dia baik? Mungkin baiknya cuma sama kamu aja." Viona menjawab tak terima.
"Iya, betul." Ria menimpali jawaban setuju yang lagi-lagi hanya Tina senyumi.
"Lagi-lagi kalian menggunjingi saya di belakang saya ya?" tanya seseorang dengan nada geram, membuat ketiga wanita itu terdiam tanpa mau lagi berjalan. Ekspresi ketiganya bahkan hampir sama, gelisah dan ketakutan.
"Pak Alfan ...?" Viona dan Ria menatap tak percaya saat menatap lelaki yang berdiri di belakang mereka.
"Kami minta maaf, Pak." Mereka seketika menunduk dan meminta maaf, namun sepertinya Alfan sudah siap-siap mengeluarkan kata-kata kasarnya.
"Sekali saya memaafkan kalian kemarin, tapi sekarang tidak ada kata maaf untuk kalian, kalian akan saya pecat." Alfan menatap serius ke arah dua wanita itu, di mana mereka tampak lebih ketakutan dari sebelumnya.
"Pak, tolong jangan pecat mereka!" Tina menatap serius ke arah Alfan, sebagai teman Ria dan Viona, tentu saja ia tahu bagaimana kehidupan mereka, hanya pekerjaan itu yang mereka harapkan untuk mencukupi biaya hidup dan kebutuhan mereka.
"Jangan bela mereka lagi kali ini!" Alfan menjawab tegas, yang tentu saja tak akan membuat Tina gentar.
"Kalau Bapak pecat mereka, saya akan mengundurkan diri dari sini." Tina menjawab tak kalah tegasnya, membuat Alfan terdiam dengan mata tajamnya.
"Ikut saya sekarang!" Alfan menarik lengan Tina ke arah ruangannya, ia berniat membicarakan semuanya termasuk ucapannya, meninggalkan Ria dan Viona yang tampak merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pura-pura Jadi Calon Istri Bos (TAMAT)
RomanceMenurut Tina, memiliki bos seperti Alfan itu menyebalkan. Sifat dan kepribadiannya yang aneh, sering kali membuat Tina ingin menyerah meski pada akhirnya ia tetap tidak bisa. Banyak hal yang mengharuskannya tetap bertahan, termasuk keinginannya untu...