Part 18

21 1 0
                                    

Part 18

Tina menghapus senyumnya setelah sampai di ruangannya bersama dengan Alfan yang saat ini sudah berada di kursinya. Tina tidak akan menyadari bagaimana Alfan diam-diam tersenyum melihat sikap Tina yang bisa diajak bekerja sama, jarang-jarang wanita itu mau melakukannya.

"Tina. Terima kasih ya, kamu sudah mau menolong saya dari Diandra, saya benar-benar kurang nyaman di dekat dia tadi." Alfan berujar ke arah Tina yang tampak diam dengan ekspresi yang masih kesal entah karena apa.

"Bukan masalah kok, Pak. Kan saya akan dibayar untuk itu, jadi Bapak tidak perlu berterima kasih." Tina menjawab seadanya.

"Baiklah."

"Tapi kenapa dia bisa kerja di sini, Pak? Bapak bilang kalau Bapak kurang nyaman di dekat wanita itu, tapi kenapa Bapak menerimanya kerja di sini?" tanya Tina serius, merasa penasaran dengan jawaban Alfan.

"Bukan saya, tapi Papa saya yang membantu Diandra kerja di sini." Alfan menjawab lesu, ia berniat memberitahukan ucapan Ratna tentang Tina tadi malam.

"Sebenarnya Diandra dan orang tuanya ke rumah saya tadi malam. Seperti yang kamu tahu, mulai kemarin mereka pindah ke kota ini. Mereka membahas hubungan kamu dengan Tante Ratna, bila kamu dan dia anak dan ibu kandung." Alfan berujar serius, nada ucapan terdengar merasa bersalah.

"Siapa yang memulai membahasnya, Pak?" Tina mendirikan tubuhnya, kakinya melangkah ke arah Alfan dan duduk di kursi yang berada di depannya.

"Mama kamu, Tante Ratna. Dia juga mengatakan kalau dia mau memperbaiki hubungan kalian, dia berniat meminta maaf ke kamu."

"Bapak tahu sendiri kan bagaimana Mama saya itu berpura-pura tidak mengenali saya di acara pertunangan Diandra kemarin? Bagaimana mungkin Mama saya mau memperbaiki hubungan ini, sedangkan dia sendiri yang merusaknya tanpa memikirkan perasaan saya dan Papa saya."

"Saya tahu. Itulah kenapa saya memilih untuk berhati-hati, saya yakin Mama kamu memiliki rencana yang kurang baik."

"Tapi rencana apa, Pak? Mama saya yang sudah membuang saya, untuk apa dia mengurusi hidup saya lagi?" Tina hampir menangis saat mengatakan itu, yang tentu saja Alfan sadari bagaimana perasaannya saat ini.

"Sudahlah! Jangan dipikirkan ya, saya yakin semua akan baik-baik saja. Karena saya akan selalu membela kamu dan melindungi kamu." Alfan menyunggingkan senyumnya, yang hanya bisa Tina diami tanpa bisa menjawabnya, hatinya merasa tak karuan saat melihat ke arah Alfan yang justru membuatnya merasa nyaman dan aman.

***

Jam istirahat, Tina dan Alfan berjalan ke arah luar ruangannya. Saat memasuki kawasan tempat karyawan, dimana banyak orang yang sedang bersiap-siap untuk makan siang, Diandra berteriak memanggil nama Alfan sembari melambaikan tangan, membuat semua orang yang berada di sana sempat keheranan melihatnya.

"Kak Alfan mau makan siang ya?" tanya Diandra saat sudah berada di depan Alfan dan Tina.

"Iya. Kenapa?"

"Kita makan siang sama-sama ya, Kak?" Diandra merengkuh lengan Alfan yang tampak lelah dengan sikapnya, bisa dilihat dari caranya memejamkan mata dan menghela nafas panjang.

"Aku akan makan siang dengan Tina." Alfan menjawab seadanya, tatapannya tampak tak berminat ke arah Diandra.

"Ya enggak apa-apa, kita makan siang sama-sama." Diandra menjawab seenaknya, membuat Tina yang melihatnya merasa semakin tak menyukainya.

"Tapi saya yang tidak mau makan siang sama kamu. Ayo, Pak!" Tina menyahut angkuh sembari menggandeng lengan Alfan begitu saja, meninggalkan Diandra yang tampak tak percaya dengan sikapnya.

Pura-pura Jadi Calon Istri Bos (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang