Part 13

1.4K 86 2
                                    

Satu minggu berlalu satu minggu ini juga Ayas tak kunjung menghubungi Rena apalagi menemuinya. Di kantor jika berpapasan pun hanya saling melirik.

Sebenarnya Ayas sudah menyuruh Syaki untuk mencari tahu siapa laki-laki yang bersama Rena waktu malam itu. Syaki mengatakan bahwa laki-laki itu adalah kekasih Rena dan Syaki juga mengatakan bahwa selama ini Rena sering keluar masuk clab malam.

Ayas bingung antara percaya atau tidak dengan semua yang Syaki katakan. Karna dirinya tau jika Rena itu adalah perempuan baik-baik. Tapi setalah melihat Rena bersama laki-laki kemarin malam itu rasa percaya dalam dirinya pun mulai menghilang.

"Argh" geram Ayas dengan menjambak rambutnya.

Saat ini Ayas sedang berada di ruangannya. Tapi pikirannya sedang berkelana kemana-mana, hati nya pun sedang tak tenang. Mengingat apa yang di katakan Syaki tentang kebenaran Rena, belum lagi pekerjaan kantor yang membuat kepala Ayas semakin runyam.

Sebenarnya Rena sudah beberapa kali menghubungi Ayas melalui WhatsApp dan telepon tapi Ayas tak kunjung membalasnya. Mungkin Ayas sudah terlalu kecewa terhadap Rena.

Sedangkan di bawah dasar sebuah gedung terlihat seorang wanita cantik dengan membawa rantang yang berisi makanan sedang berbicara dengan resepsionis disini.

"Permisi mba, saya mau bertanya, ruangannya pak Ayas ada di lantai berapa ya?" tanya Aira dengan senyuman ramahnya.

Ya seseorang yang membawa rantang itu adalah Aira. Hari ini Aira datang ke kantor Ayas untuk mengantarkan makan siang suaminya.

"Sebelumnya, apa mba sudah membuat janji dengan pak Ayas" bukannya menjawab tapi resepsionis tadi malam bertanya balik.

Aira pun menggeleng, karna dirinya juga tidak menghubungi Ayas terlebih dahulu.

"Maaf ya mba, pak Ayas sedang tidak bisa di ganggu, hanya orang-orang yang sudah membuat janji yang bisa bertemu dengan beliau" ucap resepsionis tadi.

Aira pun hanya mengangguk. Sebenarnya Aira juga bisa bilang bahwa dia adalah istri dari seorang Ayas. Tapi Aira tau kalo pernikahannya tidak di publik apalagi Ayas yang masih belum sepenuhnya menerima Aira.

Dari kejauhan seorang melihat dan memperhatikan Aira. Seseorang itu pun berjalan menghampiri Aira yang masih berdiri di depan resepsionis.

"Bu Aira" panggil seseorang itu.

"Mas Syaki" ya seseorang itu adalah Syaki.

"Ibu mau ketemu pak Ayas, ya" tanya Syaki.

"Iya, tapi gak di izinin masuk" jawab Aira.

"Ya udah, mau saya antar" tawar Syaki.

"Tapi, pak" ucap resepsionis tadi.

"Shutt, gajih kamu mau di potong bulan ini" tanya Syaki pada resepsionis tadi yang langsung di jawab dengan gelengan kepalanya.

"Makanya, diem" lanjut Syaki.

"Mari bu, saya antar" ucap Syaki mempersilahkan.

Aira pun berjalan masuk dan menaiki lift untuk sampai di ruangan Ayas dengan seorang Syaki yang mengantarnya.

"Zei, gue rindu teriakan lo saat manggil nama gue" batin Syaki dengan menatap Aira yang sedikit menunduk.

Begitulah Aira ia akan menunduk jika berduaan bersama laki-laki yang bukan mahramnya. walaupun dia sudah sedikit akrab dengan Syaki tapi tetap saja ia harus menjaga pandangannya.

Tidak butuh waktu lama mereka sudah sampai di lantai tempat ruangan Ayas. Mereka pun berjalan masuk saat di dekat depan pintu Syaki bertanya pada seseorang disana.

Lebih Dari Seorang UstadzahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang