KAMI BUTUH ULUR TANGAN

4 2 0
                                    

KAMI BUTUH ULUR TANGAN

Disebuah desa kecil nan kotor dipelosok kota. Hiduplah lebih dari 50 keluarga yang menurut beberapa orang, didesa itu banyak keluarga terlantar dan diberi predikat sebagai desa terkumuh. Yah aku sebagai anak dari desa itu juga merasa tersinggung. Desa itu bagi kami seperti surga bagi kami, karna hanya desa itulah yang bisa kami tinggali.

Tahun bertahun berlalu, usiaku waktu itu sekitar 20 tahun lebih 4 bulan, aku yang hanya tamat SD karena masalah ekonomi, harus berjuang mencari makan. " huh, sialan aku bosan dengan hidupku " Aku menyeru kesal ditempat pengepul sampah, didesaku. Aku pergi dengan membawa uang 50 ribu hasil penjualan sampah yang kukumpulkan dari rumah ke rumah tetanggaku. Sesaampai dirumah. Adiku yang berjumlah 2 orang itu terlihat terusik lapar. " ada apa " aku bertanya, candy adik pertamaku menjawab melas. " kami lapar kak " seketika aku terenyuh dan menangis di dalam hati, tak terbayang mengapa keluarga kami sangat miskin. Setelah berhenti sejenak aku memberi uang 50 ribuku kepada adiku untuk menjajakan makanan di warung.

Di ruang tengah, dengan berpakaian serba lusuh aku termenung sedih, karena tiap hari aku harus bertemu dengan masalah kemiskinan. Tak lama berselang aku pergi meninggalkan rumah pembawa sial itu yang terbuat dari kardus bekas berpondasi kaleng. Aku pergi ke balai desa untuk meminjam uang, begitulah kehidupanku, tak memikirkan malu hanyalah perut yang kami pikirkan.

Disana bukannya aku merasa senang, tapi malah dicaci maki, Yah begitulah, aku dengan muka merah padam pergi tak berucap bagai singa yang kehilangan rasa malunya. Berjalan kaki menyusuri jalan dengan pakaian lusuh, tertunduk sedih karna tak ada ulur tangan bagi keluargaku. Terik matahari membuat kepalaku terasa seperti botak, perutku yang dari tadi belumku masuki sesuatu, berteriak laksana sendok dan sendok beradu, ngilu sekali.

Begitulah kehidupanku Tak perlu kedudukan, hanya perut yang kami pikirkan. Tak ada rasa iba bagi kami dari para konglomerat yang bergelimpangan harta bahkan sampai korupsi karena tak puas. " pekok " aku berkata dalam hati bagi para koruptor, aku berjanji, jika aku jadi pemimpin bangsaku, aku pasti makmurkan para kaum rendahan, karna kasih sayang mereka begitu tulus dan tak mungkin berkhianat pada bangsa ini.

Pesan : Ingatlah banyak orang yang kekurangan, mari kita saling bantu, marj saling berbagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KAMI BUTUH ULUR TANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang