13. Pita suara
•••
BRAK BRAK BRAK!!!
Dentuman keras berkali-kali terdengar dari arah gerbang sekolah yang tertutup pagar menjulang.
Ada sedikit gambaran dari bekas pukulan itu, terlihat sesuatu yang mengerikan berada di balik pagar.
"Kalian harus ikuti apa yang gue ucapkan kalau gue bilang jalan berarti jalan, kalau gue bilang berhenti harus berhenti. Jangan ada yang menentang, yakin sama gue kita bakal selamat!" Semuanya mengangguk walau ada rasa ragu yang masih menghadang.
"Sekarang jalan, cepet waktunya gak banyak!!"
"Ayo kita ga bakal di panah percaya sama gue, kalau lo ga percaya gue bisa buktiin," Shaka segera berjalan melewati garis dan tidak ada serangan lagi.
Mereka yang melihat itu berdecak kagum bagaimana bisa dia menemukan caranya. Gibran akan melangkah namun Shaka menghentikan dengan berteriak.
"Berhenti jangan melangkah, ntar lo bakal dipanah. DIAM!" semuanya hanya diam menurut tidak ada bantahan.
Keadaan semakin kalang kabut saat Shaka yang masih tidak memperbolehkan untuk melangkahi garis dan pagar sekolah yang mulai runtuh akibat pukulan keras itu. Ada lubang di sela-sela pagar yang membuat Lea melihat dengan jelas ada makhluk yang menyeramkan hampir saja ia berteriak.
BRAKK!!
Dan benar saja pagar sekolah yang sudah tidak mampu menahan pun hancur berkeping-keping, semua bisa melihat sesuatu yang mengerikan berada di depan mata. lihatlah badan yang besar dan berotot dengan kepala yang memiliki beberapa bagian runcing, sampai-sampai membuat roboh pagar sekolah.
"LO MAU BUNUH KITA AR!!" Teriak Kenzo yang mulai tersulut emosi.
"SEKARANG LARI CEPAT! WOYY LARI!" Mereka yang mendengar itu segera berlari dengan kemampuan diri sendiri, ini yang dinamakan untuk bertahan hidup. Shaka berlari tidak lupa masih melihat lampu yang masih berwarna hijau, beberapa detik kemudian lampu berubah.
"SEMUANYA STOP. KALAU GA MAU MATI GUE BILANG STOP!" Semuanya berhenti.
"APA MAKSUD LO HAH?" tanya Kenzo yang ingin menoleh untuk melihat Shaka yang ada dibelakangnya.
"JANGAN NOLEH, TETAP DIAM JANGAN GERAK. KALAU MAU NGOMONG TERIAK AJA, PLEASE PERCAYA SAMA GUE." Shaka ingin berbicara namun dikagetkan dengan panah yang meluncur melewati dirinya, beberapa panah juga meluncur mengenai monster itu.
"DENGERIN APA YANG GUE OMONGIN, DI MENARA SANA ADA CAHAYA, SAAT CAHAYA BERWARNA MERAH SEMUANYA HARUS BERHENTI DAN JIKA CAHAYA BERUBAH WARNA JADI HIJAU LANGSUNG LARI MASUK KE DALAM SEKOLAH, DAN ASAL KALIAN TAU MOBIL REMOTE TADI UDAH GUE BUAT PERCOBAAN DAN BERHASIL, KALIAN NGERTI KAN?" Semuanya mengangguk.
"Maaf ya pita suara, kalau putus gue khilaf"
Warna cahaya yang masih berwarna merah membuat Rissa mengeluarkan banyak keringat dingin, monster itu tidak jauh dari tempatnya sekarang. Bahkan ingin rasanya ia berteriak tapi ia takutnya tuh makhluk malah mampir mendekatinya.
"LARII!!!" dengan sekuat tenaga mereka berusaha dengan cepat untuk memasuki pintu masuk utama. Pintu utama sudah dekat, Shaka yang sudah sampai segera membuka pintu, namun pintu tidak bisa dibuka seperti ada yang menahan di dalamnya.
"Anjing ini kenapa pintu gak bisa dibuka!!" dia kalang kabut, begitu semuanya sudah sampai didepan pintu juga berusaha untuk membuka
"Ini pintu kenapa malah macet," Tania tidak bisa menahan degup jantungnya, mungkin sama hal dengan lainnnya.
"Shit, ini gak bisa dibiarin," Gibran segera mendobrak dan benar saja pintu bahkan tidak bergerak sekalipun.
"Apa pintunya harus dihancurkan?"
Monster itu semakin dekat walau berjalannya agak perlahan karena banyak cairan hitam yang keluar dari dalam tubuhnya akibat panah yang sudah ada di badannya.
"Gila bau apa nih!! Huek"
"Cepat woy buka!!!" Tania mendobrak pintu dengan keras, tanpa diduga pintu terbuka dengan sendiri.
"Anjir kenapa gak dari tadi aja lo yang dobrak!" Mereka segera berlari untuk masuk ke dalam sekolah. Mereka berlari tanpa memedulikan lorong sekolah yang gelap, hanya mengandalkan pendengaran agar tetap bersama.
•••
To be continued
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
MONOPOLY [Hiatus]
FantasyMereka adalah orang yang terpilih menjadi pemain di permainan sebuah papan, bidak, dan dadu Mereka berenam yang tidak saling mengenal dipertemukan di dunia yang tidak nyata, dimana harus bekerja sama untuk mendapatkan kunci agar dapat keluar dari du...