"Gila sih, gue semalem sampai nangis kejer nonton lo siaran langsung," ujar Zeze yang berjalan di samping ketiga temannya.
Flo tersenyum sambil mengangkat kedua bahunya sebentar. "Apalagi gue?"
"Gue nggak ngerti apa-apa, gue diem," sahut Arely yang memang bingung dengan arah pembicaraan.
"Itu lebih baik!" timpal Grace yang langsung mendapat serangan dari Arely, membuatnya terhuyung ke samping.
Ketiga teman dari Flo itu kini sedang berjalan menuju lapangan futsal di sekolahnya. Ya, mereka akan menjadi supporter dari tim yang diketuai oleh Eggy. Berbagai alat pendukung pun mereka bawa untuk memeriahkan pertandingan, seperti spanduk, terompet mainan, dan tak lupa cemilan yang kini sedang dibawa Zeze.
Mereka memasuki area pertandingan. "Beh, rame bangett!" ujar Arely tercengang melihat keramaian di lapangan futsal itu.
"Ya kalau sepi mah ruang mayat noh!" timpal Grace yang kini mendahului langkahnya menuju tempat duduk supporter yang berada di tengah, sedangkan teman-temannya menyusul di belakangnya.
Di lain sisi, para tim sedang mempersiapkan diri dan menyusun strategi.
"Sekolahan kita selain jadi sekolah swasta terbaik juga ikut program ya," ujar Rudi setelah meminum air dari botol mineral.
"Program apa?" tanya Tama tak mengerti.
"KB!" katanya dengan enteng. Sedangkan Tama dan Eggy kini sudah menatapnya malas.
"Itu singkatan nama sekolah kita, lol! Kenangi Bangsa!" sahut Eggy geram.
"Jahahahah, canda-candaa, biar nggak tegang kayak mau di sunat aja lo pada!" ujar Rudi menetralkan suasana.
Eggy memutar bola matanya dan mengusap pelipisnya, pertandingan belum dimulai saja temannya sudah bikin capek.
"Dah, waktunya serius! Nanti lagi bercandanya," ucap Eggy yang langsung mendapat respon baik dari timnya.
••O••
Sorakan demi sorakan turut memeriahkan area pertandingan saat tiap tim memasuki lapangan. Pertandingan berlangsung dengan baik, gemuruh tepukan pun meramaikan keunggulan score dari tim Eggy yang lebih unggul dari tim Aksa.
Sesekali Aksa melirik Flo yang sangat antusias sekali mendukung teman sekelasnya itu. Padahal upayanya tak kalah luar biasa dari Eggy, dia juga ada di tempat yang sama dengan Eggy. Namun, apa Flo benar-benar tak melihatnya? Padahal sudah terlalu jelas jika Aksa menyukainya lebih dari seorang kakak kepada adik kelasnya.
Kini, bola sedang berada dalam lindungan Eggy, ia menggiring bola itu mengarah kepada gawang lawannya. Namun, sebelum tendangan itu terjadi, Eggy merasakan dorongan kuat dari arah samping seperti ingin mengambil alih posisinya.
Dengan kekuatan yang sudah melemah, cowok yang memiliki nomor punggung kosong empat itu terjatuh tengkurap dengan tangan kiri yang tertindih tubuhnya sendiri serta keringat yang bercucuran. Membuat semua supporter berteriak histeris, termasuk Flo yang benar-benar paham akan kejadian yang baru saja terjadi.
Eggy menahan rasa sakit di lengannya, sebelumnya ia berniat menahan tubuhnya dengan tangannya. Namun, anggota tubuh yang harusnya ia jadikan tumpuan itu salah dalam menempatkan posisi.
Pertandingan itu berhenti seketika, apalagi saat Flo turun ke lapangan untuk melihat langsung kondisi temannya itu. Ia membantu membangunkan Eggy yang masih tengkurap. Ketika Flo sudah berhasil mendudukkan Eggy, cowok pemilik bau wangi dari rambut dan tubuhnya itu meringis kesakitan.
"Arrghh!"
Flo tertegun melihatnya. "Sial! Tangan lo patah, Gy!" ucapnya yang sedikit memahami medis.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLOGY
Teen FictionTentang meninggalkan dan ditinggalkan. Tentang pengorbanan dan keikhlasan untuk merelakan. ••0•• Sebelum itu, follow akun wp: an_riy Ig: al.vinnuri/by.an_riy