.
.
.
Point of View : Denki
..
.
..Happy Reading..
.
.Aku berjalan dengan tergesah menuju salah satu bangunan yang ada di ujung jalan. Hari ini aku sedikit terlambat karena harus memeriksa list stock inventory dan beberapa catatan keuangan lainnya.
Jujur saja, hidupku belakangan ini cukup melelahkan. Menjadi seorang pelajar sekaligus supervisor tidaklah mudah, tapi aku senang menjalaninya. Apalagi yang menjadi rekan kerjaku adalah teman-temanku sendiri.
Aku mempercepat langkah kakiku saat melihat Iwabe keluar dengan beberapa kantung sampah ditangannya. Pria dengan kupluk merah itu sebenarnya rajin dan penurut, hanya saja sedikit egois dan mudah tersinggung. Tapi selama yang aku perhatikan, Iwabe termasuk orang yang pekerja keras. Dia selalu datang lebih awal dan membereskan dapur serta membuang sampah, seperti sekarang.
"Iwabe-kun!" Aku berseru riang memanggilnya, pria berkulit kecoklatan itu menoleh padaku dan melambaikan tangannya.
"Yoo.. Denki! Tumben sekali kau baru datang."
Aku berhenti tepat didepannya, mengatur nafasku yang naik turun karena berlari. Meskipun aku pandai dalam pelajaran dan berbisnis, tapi kalau menyangkut soal kegiatan fisik, aku kalah telak. Padahal aku hanya berlari sekitar lima meter saja.
Iwabe terkekeh melihatku, sebelah tangannya terangkat menepuk pundakku pelan. "Kau terlalu bersemangat kawan, santai saja. Lagi pula cafe baru buka tiga puluh menit lagi."
Aku mengangguk membenarkan perkataan Iwabe, hanya saja aku khawatir akan satu hal. Maka dari itu, aku menganggap kedatanganku pada hari ini ku sebut sedikit terlambat.
"Apa yang lainnya sudah datang?" Aku bertanya pada Iwabe, sembari mengajaknya kembali masuk kedalam.
"Ya, semuanya sudah datang. Tapi.. sepertinya ada satu orang baru. Apa kau sudah tau?" Iwabe bersisik padaku diakhir kalimatnya. Aku melirik pria itu lewat ekor mata, melihat Iwabe yang tengah menatapi sudut ruangan. Dimana ada Kawaki yang sedang mengenalkan seseorang itu pada nomer-nomer meja disana.
Aku tersenyum saat mendapati salah satu teman spesialku yang baru bergabung hari ini. "Tentu saja aku tahu, Iwabe-kun. Boruto-kun mengirimkan lamarannya langsung padaku."
Kulihat Iwabe sedikit terkejut. Pria berkupluk itu hendak protes, tetapi tertahan karena suara khas milik Boruto mengalun lebih dulu untuk menyapaku. Kawaki yang sedang berdiri disampingnya pun ikut menoleh, menatap sebal pada Boruto yang sepertinya tidak bisa fokus saat diberi arahan.
"Hoi Denki! Kau sudah datang? Terimakasih ya karena sudah menerimaku disini, aku akan bekerja dengan baik!" Aku tersenyum menatap sosok bersemangat itu.
Suasana cafe terasa lebih hidup sekarang. Pria Uzumaki satu ini memang memiliki aura positif yang berlebihan. Selain wajahnya yang tampan dan imut, sikapnya yang mudah akrab pasti akan disukai oleh para pengunjung. Tidak ada alasan untuk menolak lamarannya.
Lain halnya dengan Kawaki, pria itu cenderung lebih dingin dan pendiam. Tapi cukup profesional saat bekerja, karena Kawaki bisa lebih menjaga sikapnya. Meskipun begitu, masih banyak sekali pengunjung yang berdatangan hanya untuk melihatnya.
Kedua orang kakak beradik itu adalah aset penting untuk Kaminarimon cafe. Karena jika orang-orang tahu mereka bekerja disini, mereka akan berdatangan dengan sendirinya. Dan aku bisa menekan biaya promosi hanya dengan kehadiran mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I get you?
FanfictionBoruto dan Sarada, Enam belas tahun sudah mereka bersama. Berhasil melewati pasang surutnya kehidupan remaja dalam lingkar pertemanan. Lantas adakah perasaan menggelitik yang hinggap di hati mereka, setelah sekian lama bersama? . . . . Ini adalah bu...