Part 20 Pertemuan Kembali dan Kehidupan Baru

469 25 3
                                    


Malam itu, Citra memutuskan untuk sedikit jujur dengan dirinya sendiri yang kesepian, karena itu Citra meminta Amira untuk menemaninya tidur di kamarnya sendiri. Tentu saja dengan senang hati Amira menerimanya. Keesokan harinya, Citra terlihat sedikit lebih ceria dibanding hari-hari sebelumnya. Citra kembali ke kegiatannya sehari-hari, membantu Kirana memasak di pagi hari, ikut sarapan sambil sedikit berbicara ketika yang lain bertanya.

Melihat perubahan itu, yang lain ikut terkejut. Tapi pada akhirnya mereka juga ikut senang. Citra memutuskan untuk tidak mengurung dirinya dalam kesedihan dan terus menjalani hidupnya sambil tetap berusaha untuk menemukan keberadaan Rian. Akan tetapi ada hal lain yang membuat keluarganya mengkhawatirkan Citra. Pagi itu sebelum berangkat sekolah, Citra kembali merasa mual dan memuntahkan hampir setengah sarapannya di kamar mandi.

Kirana menanyakan keadaan Citra dan menawarkan untuk pergi ke dokter. Namun Citra hanya menggeleng saja, mengatakan dirinya baik-baik saja. Mungkin apa yang dia rasakan hanya masuk angin biasa dan nantinya akan sembuh sendiri. Namun salah satu dari keluarganya, Amira menatapnya dengan tatapan yang sulit ditebak. Amira berdoa bahwa kemungkinan yang ada di dalam pikirannya tidak benar-benar terjadi pada Citra.

Di sekolah, ketika berada di tengah pelajaran, Citra tiba-tiba berlari keluar kelas sambil menutup kedua mulutnya, membuat seluruh teman kelasnya dan guru yang sedang mengajar memandang Citra dengan heran. Citra berlari ke kamar mandi, mencoba memuntahkan isi perutnya kembali. Perutnya sering terasa mual selama dua hari terakhir ini. Citra benar-benar tidak paham apa yang terjadi pada dirinya. Mungkin minyak kayu putih tidak cukup untuk meredakan rasa mualnya.

Akhirnya Citra pun memutuskan untuk berjalan menuju ke arah UKS. Jaraknya tidak terlalu jauh dari toilet. Citra akan memastikan untuk meminta maaf ke guru Bahasa Indonesia nya karena dia sudah meninggalkan kelas begitu saja tanpa izin. Sesampainya di UKS, Citra mencari guru yang menjaga UKS, ternyata kosong, mungkin gurunya sedang keluar karena suatu urusan. Di beberapa ranjang UKS ada beberapa ranjang yang tertutup tirai, menandakan bahwa ada anak lain yang berbaring di sana. Mungkin itu sebabnya UKS tidak dikunci.

Citra mendekati kotak obat dan P3K, membukanya dan mencari sebuah obat. Tangannya meraba-raba isi kotak itu, sesaat kemudian Citra mengambil obat yang dirasa obat mual. Selanjutnya Citra mengambil satu obat dari dalam wadahnya. Ketika tangannya hendak mengarahkan obat itu ke mulutnya, ada tangan lain yang menghentikannya.

Citra melihat pemilik tangan yang baru saja mencegahnya meminum obat dengan tanda tanya. Ternyata tidak lain adalah Amira. Tangan Amira yang tadinya menghentikan tangan Citra kali ini digunakan untuk mengambil obat itu dan membuangnya jauh-jauh entah kemana. Tangan satunya lagi meraih bungkus obat yang masih dipegang oleh Citra dan mengembalikan bungkus itu ke dalam kotak obat.

"Kak Mira? Kenapa kak?"

Amira memandang Citra dengan serius, lalu memandang jam yang tergantung di tengah UKS. Masih jam 10, harusnya masih buka. Tangan Amira sekarang menggandeng tangan Citra dan menyeretnya keluar dari UKS sambil berkata.

"Ikuti aku."

Citra menurut saja, mengikuti dan mengimbangi langkah Amira. Di tengah koridor, Citra sempat hampir terjatuh karena tubuhnya terlalu lemas untuk mengikuti langkah Amira yang ternyata lebih cepat dari langkah pada normalnya. Amira langsung berhenti dan memegangi Citra.

"Maaf, aku harusnya berjalan lebih pelan!"

Menyadari kesalahannya, kali ini Amira merangkulkan tangan kanan Citra di bahunya agar Citra bisa bertumpu ke Amira bila tubuhnya masih lemas. Citra menyadari bahwa Amira ternyata membawanya ke kantor guru, menemui guru penjaga UKS yang ternyata juga ada di sana. Citra hanya berdiri saja menunggu apa yang dilakukan Amira.

Jodohku Gadis Kecil dari Desa (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang