10. Lembar Kesepuluh

1K 149 6
                                    

Happy reading!!!



Suara dentuman musik bercampur dengan bau alkohol yang begitu menyeruak.

Sepertinya kalian sudah bisa menebak Darren berada dimana.

Ya, sebuah club milik salah satu teman kampusnya.

Darren sudah meneguk tiga botol wine tapi ia tak kunjung mabuk. Ia pun bingung sendiri, apa toleransi alkoholnya begitu tinggi sehingga sudah tiga botol wine itu tidak berpengaruh sama sekali padanya?

Padahal niat Darren adalah untuk menghilangkan penatnya sejenak.

"Kayaknya gue harus pesen yang lebih tinggi lagi deh kadar alkoholnya."

"Gila lo? Lo udah minum tiga botol bro!" Ujar Mario.

Darren memang tidak sendiri, ia pergi bersama sepupunya, Mario, dan juga Hans. Tapi hanya Darren saja yang minum, sedangkan Hans sudah jadi DJ dadakan disana, sementara Jonathan sudah bergabung dengan manusia lainnya di dance floor.

Tersisa Darren dan Mario saja yang duduk di sudut bar.

"Gue gak mabok anjir!"

"Harusnya lo bersyukur karena gak mabok! Jadi gue, Jo, sama Hans gak repot ngurus lo yang kalo udah mabok kayak orang gila!"

"Mana ada?!" Protes Darren tak terima.

"Gue punya buktinya. Mau liat?" Tawar Mario lalu menunjukkan sebuah video pada Darren.

Terlihat Darren yang sedang menari tidak jelas di pinggir jalan. Tak hanya itu, ia juga mengganggu pejalan kaki yang lewat. Bahkan seorang anak kecil sampai menangis karena diganggu olehnya.

Dikira gila oleh orang lain, tapi Darren malah berkata bahwa ia sedang melakukan pertunjukkan topeng monyet seraya memeragakannya. Aksi Darren tersebut berhasil memancing gelak tawa, tak hanya Hans, Mario dan Jonathan saja, tetapi setiap orang yang berlalu lalang.

Bahkan seorang kakek tua memberinya selembar uang berwarna biru yang diterima Darren dengan senang hati. Ia sampai salto beberapa kali yang membuat sahabat dan sepupunya tak tahan dibuatnya. Ketiganya sudah tertawa ngakak seraya memvideokan aksi Darren tersebut.

"Ini editan pasti!"

Mario menghapus air matanya karena terlalu banyak ketawa, "Beneran, sumpah! Kalo gak percaya, tanya aja Hans sama Jo."

Darren merengut. Benar-benar memalukan sekali ketika ia sedang mabok seperti itu.

Ia berharap semoga video itu tidak tersebar kemana-mana. Mau taro dimana muka Darren kalo sampe satu kampusnya tau?

"Pulang yuk, ah! Capek gue."

"Udah selesai nge-DJ nya lo?"

Hans mengangguk, "Seru anjir. Ntar gue mau nambahin DJ ah di kafe gue."

"Serah lo, dah."

"Jonathan mana?" Mereka bertiga kompak mencari keberadaan Jonathan diantara kerumunan itu.

"Bah! Sempet-sempetnya dia ngerdus sama perempuan!" Terlihat Jonathan yang sedang merangkul seorang perempuan seraya berbincang.

Darren dengan langkah besarnya buru-buru menyeret sepupunya itu.

"E-eh apaan nih?! Ganggu aja lo, supri!" Seru Jonathan tak terima.

"Heh, buaya mampang! Balik kandang buru!" Jonathan mendengus.

Padahal ia sedang mengeluarkan jurus buayanya buat dapetin gebetan baru. Udah lama jomblo, lama-lama Jonathan jadi bosen juga.

Kalo ada yang minat, silahkan DM ke orangnya langsung :)

Di dalam mobil, Darren hanya melamun saja daritadi. Sementara yang lain udah cosplay jadi boyband dadakan.

I just wanna be your boy~

I'll be your boy~

"Ini lagu cocok banget buat lo, Mar. Nyanyiin depan Mba gebetan!" Ujar Hans merujuk pada lagu berjudul 'Boy' milik salah satu boyband KoreaㅡTreasure.

"Pfftt. Gebetannya dah diambil orang duluanㅡHAHAHAHAH. Kalah cepet lo, Mar!" Ledek Jonathan.

"Sialan!" Mario mendengus.

"Loh, ditikung toh? Hahaha, kasian banget dah!"

"Gak usah ikut-ikutan juga lo, Hans!"

Lalu Hans fokus menyetir seraya sesekali ikut bernyanyi. Sedangkan Jonathan tak hentinya meledek Mario membuat sang empu tak terima.

"Gue gak pulang." Perkataan Darren menghentikan aksi mereka.

"Terus lo mau kemana?"

"Gue gak mau nampung lo ya!"

"Gak ada yang nyuruh lo nampung gue! Pesenin gue kamar hotel."

"Ngapain banget sih nginep di hotel? Gunanya rumah buat apaan, bego?" Misuh Hans.

"Lagi marahan lo sama Ansel?" Darren menggeleng.

"Lo nginep di apartment gue aja kalo mau." Tawar Mario. Emang cuma dia doang yang pengertian.

Darren tersenyum senang, "Oke, langsung kesana aja kalo gitu."

"Gak mau pulang dulu ambil baju?" Tanya Jonathan.

"Gak usah, pinjem baju Mario aja."

"Dih, udah dikasih tempat malah ngelunjak!" Protes Mario.

"Pelit lo! Untung gue kaya, ntar tinggal beli baju aja."

"Gue juga kaya ya anjir!" Saut Hans.

"Sombong sekali orang berdua ini!" Cibir Mario.

"Orang sombong giginya ompong!" Celetuk Jonathan.

"Korelasinya apa anjir?"

Jonathan mengidikkan bahu, "Gak tau." Balasnya tak acuh.

Akhirnya mereka mampir buat makan dulu di pinggir jalan.

Tadinya bapak Hans yang terhormat ngajakin makan di restaurant mewah, biar keren gitu katanya. Tapi berhubung tuan Darren maunya makan sate ayam langganannya, berujung mereka makan disana.

"Bang, sate ayamnya seratus tusuk!"

"Dikira Mba Susan kali ya." Saut Hans.

"Ih, anjir serem bego! Jangan ngomongin begituan ah!" Ujar Mario yang parnoan.

"Hati-hati Mar, ntar malem nongol di sebelah lo!" Goda Jonathan.

Mario lantas menarik tangan Darren, "Gue tidur bareng Darren, wle!"

"Dih, ogah!"

"Masih untung gue kasih nginep lo?!"

"Gue gak minta, lo yang nawarin!"

"Wah, ngajak ribut nih bocah!"

Kerusuhan itu terus berlangsung. Tanpa Mario dan Darren sadari, sate yang mereka pesan sudah datang, membuat Jonathan dan Hans langsung saja memulai makan seraya menonton adegan ribut itu.

"Bodo amat, kita gak temenan!"

"Emang lo temen gue?!"

"Udah, woy! Gue sama Hans udah kenyang banget ini."

"Lah, emang satenya udahㅡHAH KOSONG?!"

"Astagfirullahaladzim!" Saut Mario.

"Makanya jangan asik gelud terus!" Celetuk Hans.

"Gak mau tau, kalian berdua yang bayar!"

Berakhir Hans yang membayar. Katanya 'Jangankan sate, abang-abangnya gue beli sekalian.'

Suka-suka bapak Hans yang terhormat aja deh.

Diam-diam Jonathan menghubungi seseorang.

































To be continue

Jangan lupa vote ❤

Surat Untuk Abang || Jihoon & Junkyu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang