Terkadang lebih banyak diam lebih baik.
-Valyn••--🌷--••
"Valyn kan?"
Valyn mendongak, melihat siapa orang itu. Seorang lelaki dengan jaket denim dan celana jeans bewarna hitam menaikkan sebelah alisnya.
"Ngapain di RS?" Tanya lelaki yang kini duduk didepan Valyn.
"Kepo," jawab Valyn sambil memandangi ponselnya.
"Dih, lo masih inget gue kan?"
Valyn mengangguk. Lelaki didepannya adalah Thaka. Masih ingat kan?
Thaka diam memandangi Valyn yang memainkan ponselnya. Mereka saling diam. Tak ada yang mau membuka percakapan lebih dulu.
"Ini kan masih jam pelajaran, lo kok disini?" Tanya Thaka kemudian.
Valyn mengangkat bahunya. "Lo sendiri?"
"Gue dapat kabar adek gue pulang. Tapi di jalan, dia kecelakaan. Untung aja nggak parah."
Bermenit-menit kembali hening. Hanya suara semilir angin dan beberapa orang yang berlalu-lalang yang terdengar.
"Gue boleh tanya?" Tanya Thaka memecah keheningan yang membosankan.
Valyn mendongak. Seolah mengizinkan lelaki itu bertanya.
"Di sekolah lo kok jarang bersosialisasi sih? Lagian mumpung masih masa-masa sekolah, harusnya banyakin bergaul. Tentunya pergaulan yang baik."
"Nggak suka keramaian." Jawab gadis itu acuh.
"Why?"
"Bikin kepala mau pecah,"
Thaka menghembuskan napasnya pelan. "Tapi setidaknya lo bisa bersosialisasi sama beberapa orang,"
"Ini gue lagi bersosialisasi sama lo," balas Valyn menatap Thaka.
"Nggak gitu juga markonah!" decak Thaka mulai kesal dengan gadis dihadapannya.
Valyn tersenyum tipis tanpa Thaka sadari. "Thanks omongan lo. Gue duluan." Ujar Valyn yang kini berdiri dan meninggalkan kantin rumah sakit yang kian sepi.
••--🕊--••
Dubai, UEA.
Seorang lelaki yang umurnya hampir berkepala lima itu menatap sendu sebuah foto ditangannya. Ia rindu, sungguh rindu.
Merindukan keluarga lengkapnya.
Keluarganya saat ini memang hangat dan harmonis. Tapi tetap saja, kurang tanpa satu orang didalamnya. Seseorang yang bahkan ia tidak tau bagaimana keadaannya sekarang.
Ia sungguh merasa bersalah menjadi kepala keluarga yang tidak menjaga istri dan anak-anaknya dengan benar.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu menyadarkan lelaki itu dari lamunannya. "Masuk!"
Ceklek
Pintu terbuka, menampilkan seorang lelaki yang adalah anak sulungnya.
"Papa istirahat dulu. Biar aku yang selesaikan kerjaan papa," ujar lelaki yang masih menenteng tas sekolahnya itu. Ia baru pulang kuliah.
"Ini udah selesai. Kamu ikut papa makan juga. Oh ya, kuliah kamu udah selesai?"
"Udah. Makanya aku kesini, mau ngajak papa makan siang." Jawab lelaki yang masih berdiri didepan pintu itu.
Mereka keluar dari ruangan kerja itu. Mencari tempat makan terdekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Ice (On Going)
Teen FictionTentang Miss ice, segala lukanya, dan rahasianya. • Update 2 minggu sekali •