Bisakah dipercaya?
.
Saat ini, keempat gadis itu berada di salon kecantikan milik keluarga Bina.
Dengan raut muka lelah, Valyn terpaksa mau di rias. Tentu Bina, Lia, dan Jihan sangat senang. Apalagi baju yang mereka pilih sangat pas di tubuh Valyn.
Terakhir, sang penata rias itu memakaikan sebuah jepit rambut ala korea berwarna putih ke rambut Valyn.
Penata rias itu tersenyum melihat hasilnya sebelum berpamitan pada empat gadis itu.
"Sumpah, lo Valyn bu bos gue bukan?" Tanya Lia heboh menatap penampilan Valyn dari atas hingga bawah.
"Lo kembarannya Valyn ya?" Tebak Jihan.
Bina meneliti wajah Valyn. "Val, pake softlens ya," bujuk Bina memelas.
"Nggak."
"Ayolah Val ...," bujuk Lia mendukung Bina.
"Gak bisa Bin," kali ini Valyn tidak bisa pasrah saja seperti sebelumnya.
"Kenapa?" tanya Jihan mengernyitkan dahi.
"Gue sering sakit mata." Batal sudah niatnya untuk jujur pada mereka, jika ia sudah memakai softlens pada mata kanannya.
"Yahh," Bina cemberut mengetahui hal itu.
Sorry, gue belum bisa jujur. Batin gadis itu menatap dirinya di pantulan cermin.
Setelah itu mereka berbincang-bincang, apalagi yang akan mereka lakukan di mall ini. Dengan Valyn yang lebih banyak diam tentunya.
Satu lagi tentang rahasia Valyn. Mengenai matanya. Yang bahkan, hanya satu dua orang yang tau.
••——♠——••
Empat gadis itu kini berjalan menuju tempat makan di mall tersebut.
Banyak yang memperhatikan empat gadis cantik itu. Sungguh, Valyn risih dibuatnya. Namun tidak dengan tiga temannya.
Memasuki sebuah cafe mewah ala anak muda, langsung saja disuguhi dengan suasana yang nyaman.
"Bin, sini baju gue," setelah duduk, Valyn meminta paper bag yang ditenteng Bina yang berisi baju Valyn saat berangkat.
"No!" Tolak Bina mentah-mentah.
"Cepet sini," Bujuk Valyn tanpa ekspresi.
"Nggak weh!" tolak Bina lagi diangguki Lia dan Jihan.
Valyn pasrah.
Setelah itu Bina memanggil pelayan. Memesan makan dan minum.
Beberapa menit setelah obrolan tidak berfaedah, Bina menatap intens Lia. Sontak membuat Lia mencurigai Bina. "Apa lo?"
"Ayo Li! Anterin ke toilet." Bujuk Bina.
"Lo mah, gak di sekolah, dimana-mana, pasti kalo mau ke toilet ngajak orang mulu." Keluh Lia namun tetap berdiri bersiap ke toilet.
"Hehe. Oh ya, baju sama tas Valyn bawa! Biar orangnya gak bisa kabur. Dan Jihan, lo juga nggak boleh kemana-mana."
Bina meresahkan.
"Awas kalo lo mau kabur!" ujar Jihan menatap tajam Valyn.
"Bajunya gak enak Ji," keluh Valyn balik menatap Jihan.
"Makanya di enak-enakin." Jawab Jihan enteng.
Ah, sudahlah.
Drrrtt drrrttt
Ponsel Jihan berdering. Gadis itu langsung mengangkatnya.
"Halo."
"..."
"Sekarang bu?"
"..."
"Oke."
Tut
Panggilan dimatikan. Jihan menatap Valyn. "Val, gue disuruh pulang sama ibu. Disuruh nganter ke pasar. Gue duluan nggak apa-apa ya?"
"Iya."
"Jangan kabur loh ya! Bilangin Bina sama Lia juga."
Setelah itu Jihan langsung berlari keluar cafe dan segera pulang menuju rumahnya.
Sekarang, Valyn harus apa? Mengingat Bina jika sudah memasuki toilet, pasti lamanya seperti menunggu Upin Ipin masuk SMP.
"Eh, cecan bro,"
"Samperin yu hayu!"
Samar-samar Valyn mendengar suara-suara itu. Ah, bau-baunya seperti para buaya yang sedang mencari mangsa. Kepalanya yang menunduk menatap ponsel kini mendongak ketika seseorang duduk di depannya tanpa izin.
"Permisi! Gabung ya,"
Valyn menatap mereka bertiga dengan datar. Tak menyangka akan bertemu mereka di saat-saat seperti ini.
"Loh, lo kembaran ratunya Rainzors ya?" tanya lelaki yang duduk tepat didepannya. Dia Avan—leader Vander. Masih ingat bukan?
Disebelah Avan ada Ziel dan Bagas yang juga terkejut melihat siapa yang mereka dekati.
Valyn bersiap beranjak ingin pindah meja. Tapi sebelum pergi Avan mencekal tangan Valyn untuk kembali duduk.
Avan menatap Valyn sangat intens. Mulutnya seperti ingin mengatakan sesuatu, namun tak jadi-jadi.
Valyn menatap datar Avan, "Apa?"
"Lo ... beneran An?"
An adalah sebutan Valyn yang dikenal di dunia geng motor. Hanya anggota Rainzors yang memanggilnya dengan sebutan An, itupun tak semuanya. Karena itulah, Avan jadi ikut memanggilnya An.
Valyn mengangkat sebelah alisnya. Menatap Avan yang sedikit tersenyum miring.
"Cih, berubah ya, gayanya. Mau ... jadi kupu-kupu malam?" Lirihnya dengan tersenyum miring.
Valyn diam. Mengangkat sebelah alisnya. Belum sempat gadis itu menyahut, Ziel tiba-tiba berbisik lirih kepada Avan.
"Eh Van, anggota kita ada yang digebukin anak Traix." Lirih Ziel namun masih didengar Valyn.
Seketika senyum di wajah Avan langsung hilang menjadi ekspresi marah. "Cabut!" titahnya pada Ziel dan Bagas.
Sebelum pergi, Avan menatap Valyn dengan tatapan yang sulit diartikan.
Identitas anggota Rainzors sebenarnya tertutup. Hanya sebatas wajah yang orang-orang tau. Tentang identitas lengkapnya, mungkin hanya beberapa orang yang kenal dekat dengan mereka yang tau.
.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Ice (On Going)
Teen FictionTentang Miss ice, segala lukanya, dan rahasianya. • Update 2 minggu sekali •