Bab 2 Kekagetan Bu Hesti

57 11 3
                                    

Seorang sanak mengabarkan bahwa anak Bu Hesti telah menikah dan kini ia baru saja dikaruniai anak.

Betapa socknya Bu Hesti mendengar kabar itu, jantungnya seolah berhenti berdetak.

"Bagaimana mungkin Runi menikah tanpa doa restu dari kami, aku mengenal baik anakku ini pasti ada yang enggak beres."

"Ada apa, Bu?"

"Ini Pak, kata sanak kita dia melihat Runi memapah seorang wanita muda hamil tua, katanya itu adalah istrinya, sulit untuk dipercaya."

"Ah, gak mungkin anak kita begitu, Bu."

"Sebelum itu terjadi, aku ingin menjodohkan dia dengan Sherly," desis Bu Hesti.

"Tapi, Bu. Sudah bukan zamannya menjodohkan anak, biarlah Runi menentukan masa depannya, dia ingin menikah dengan siapa."

"Ah, tidak! Pokoknya Runi harus menikah dengan  Sherly, dia seorang gadis terpandang dan  baik hati."

"Ah, jangan egois Bu, anak kita sudah dewasa, penalarannya sudah tinggi tak perlu dicarikan jodoh, takutnya batinnya tercambuk."

"Pokoknya keputusan ibu sudah bulat! Daripada harus menikah di negeri rantau sana, ibu gak rela!"

Ibu Hesti menelepon Runi untuk segera cuti, ia sangat menyayangi putra sulungnya itu, ia ingin putra kesayangannya segera menikah dan ada yang mengurusnya di tanah rantau, namun keinginan ibunya tak sejalan dengan keinginan Runi.

Runi masih ingin merasakan masa mudanya tanpa harus direpotkan dengan seorang istri yang manja yang akan menjadi beban pikirannya.

"Runi, apa benar kau sudah menikah?"

"Ibu tahu kabar itu darimana, Bu?" Tanya Runi memastikan sumber kabar itu beredar.

"Oh, jadi benar kamu sudah punya istri dan anak? Sungguh kamu durhaka Runi," hardik Bu Hesti seraya menangis.

"Hiks, hiks, hiks...."

"Tenang, Bu!"

"Kau sudah mengecewakan ibumu ini!" katanya tersedu-sedu.

"Kumohon dengarkan aku, Bu!"

"Cukup Runi, kau sudah merubuhkan kepercayaan ibu, bagaimana tidak ibu tak sedih karenamu, bahkan ibu baru tahu kalau sekarang kamu sudah punya anak. Tak sempat melihat momen sakralmu menikah, sungguh kau sudah sangat berubah di tanah rantau."

"Aku belum menikah, Bu."

"Jangan bohong! Bahkan sebuah foto bukti kuat bahwa wanita itu memang adalah istrimu."

"Kemarin aku cuma menolong wanita itu sebab ia sudah mau melahirkan dan tak berdaya terduduk di trotoar, seperti itulah kejadian yang sebenarnya Bu."

"Benarkah, Nak?"

"Iya, Bu."

"I'm glad to hear that."

"Ibu ingin kau segera melepas masa lajangmu!"

"Maafkan aku, Bu. Aku belum memikirkan menuju ke kehidupan itu."

"Ya, sudah, Nak. Aku akan mendoakan yang terbaik untukmu. Semoga kamu dapat capersit yang the best of the best."

"Terima kasih, Bu. Ibu jaga kesehatan ya, i love you mom," mengakhir panggilannya dengan ibunya.

Beberapa minggu usai menelepon Runi, ibunya selalu tertekan dengan ketakutannya. Ia pun kembali membujuk Runi agar mau berkenalan dengan Sherly.

Tak ingin membikin ibunya sedih dia akhirnya mau berkenalan dengan Sherly seorang gadis lebih muda darinya dua tahun.

Runi tak mengambil cuti seperti yang diinginkan ibunya, ia hanya meminta nomor ponsel Sherly untuk melakukan panggilan video.

Senapan Yang Penuh Keajaiban (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang