#1; Fatal

13 4 6
                                    

Bismillahirrohmanirrohim

Halo epribadeh,, ini cerita baru beribu maaf Ayaa ucapkan jika banyak tipotipo. Harapn Ayaa semoga banyak peminatnya dan banyak yang vote. Dan yang paling penting.. semoga bermanfaat.

-----------

"LO KENAPA SIH DIS?! PROFESIONAL DIKIT BISA?!" bentak Vita pada gadis di depannya. Ia tak habis pikir dengan satu temannya ini. Jika membunuh orang tak berdosa, maka akan ia lakukan disini. sekarang.

Pasalnya mereka nyaris saja gagal pada babak ini. Jika dibiarkan terus begini, bisa-bisa mereka pulang hanya 'tangan kosong', padahal sekolah menaruh harapan besar pada mereka, belum lagi pihak-pihak yang berjasa pada mereka sampai mereka tiba di posisi ini.

Bisa ngerasain sih gimana bebannya. Beban harapan.

"Udah dong Vit, malu ihh diliatin orang" lerai Isna sembari mengusap bahu Vita perlahan, berharap dengan begitu Vita akan lunak kembali. Beruntung mereka berada jauh dari kerumunan, jika tidak mungkin mereka sudah digiring security keluar.' Macam domba' batin Isna ngeri, ditambah dengan tubuhnya yang gembul ini. Semakin berpikiran yang iya-iya.

"Toh kita juga tanding lagi kan" imbuhnya.

"Apa kata lo! Tanding lagi?? BAHKAN KITA BISA LANGSUNG MENANG IS!" Sungut Vita tak terima sambil melototkan matanya yang sudah besar. "Kalo gak gara-gara dia! ANJIR EMANG LO!" tunjuk Vita hendak berdiri lagi.

"Woi-woi!! Udaah elah santaai dong, selaw-selaw" sahut Isna sambil menghadanng Vita agar dia tak benar-benar lepas kendali. Yang hanya di balas decakan sebal dari Vita.

Sedangkan cewek yang sedari tadi menjadi sasaran kemarahan Vita hanya diam tak acuh, sambil membolak-balik botol akua yang bahkan tak menanggapi Vita. Walau benar disini..... dia salah.

"Maaf" hanya desahan yang gadis itu ucapkan. Kalyana Jihan Adista, yap, gadis dengan rambut curly tergerai dan tinggi putih semampai bak model itulah yang menjadi bahan amukan Vita, sang ketua tim.

"Cih" sahut Vita, sambil merotasikan matanya dan duduk kembali, sambil bersedekap dada.

"Udah Vit udah, lo juga Dis kenapa bisa gini sih, itu soal mudah tau! kelewat mudah malahan." desah Isna menengahi, tak urung ia juga merasakan sama halnya seperti dengan Vita.

K-E-C-E-W-A.

Kecewa karena di pertanyaan akhir Dista melewatkan kesempatan untuk segera mendekat ke microfon dan menjawab soal yang diberikan. Yang berujung scor mereka dengan sekolah lain seri, saingan terberat mereka. Sehingga dilakukan babak Final. Lagi.

"Kenapa Dis? Lo gak sakit kan?" tanya Isna mulai cemas sembari beranjak mendekati Dista dan menempelkan tangannya guna mengecek suhu tubuh Dista. Pasalnya, gadis cantik yang suka berceloteh itu diam semenjak soal terakhir tadi. Padahal ia tak pernah diam selama ini.

"Ck, apaan sih Is, gue gak sa-"

"Hmm.. pantes lumayan panas kok" Sahut Isna sambil menganggukan kepala layaknya dokter, sembari meletakkan tangannya pada pantatnya.

Sontak saja hal itu membuat kedua temannya melotot dan terkekeh geli.

"Eh Anjir" Sahut keduanya bebarengan. Seketika mereka diam dan saling pandang, lalu terkekeh pelan.

"Ciyeeee barengan..." Ledek Isna dan mereka bertiga pun tertawa bersama.

Setelah tawa mereka reda, Dista berjalan mendekat "Gue tau kata maaf aja gak bakalan cukup buat lo Vit, tapi gue tetep mau minta maaf. Maafin gue Vit" ujar Dista sembari mengulurkan tangannya. Meski Dista akui ia bisa saja melayangkan tinjunya daripada harus minta maaf pada Vita. Tapi ia sadar. Disini ia yang salah... sangat fatal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AdistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang