Pulang. Tapi bukan ke rumah yang masih aku ingat. Tempat ini begitu asing, hanya saja entah kenapa aku menyukai rumah minimalis ini. Sejak dia mengajakku ke sini, aku begitu suka dengan warna catnya yang berwarna pastel. Dan juga pemilihan furniture nya yang juga sangat sederhana tapi cantik. Contohnya, sofa di ruang tamu ini yang didominasi dengan warna kuning pastel, memberikan kesan ceria.
"Ndis, kamu mau istirahat? "
Pertanyaannya membuat aku mengalihkan tatapan dari sofa. Dia membawakan ku satu gelas air mineral dan memberikannya kepada ku. Sedangkan aku yang tadi hanya duduk saja di sofa kini mulai merasa tak nyaman. Kalau di rumah sakit kemarin, setidaknya masih ada perawat dan juga dokter, waktuku dengan dirinya jadi tidak hanya berdua. Tapi sekarang..."Atau merasa pusing karena perjalanan tadi dari rumah sakit?"
Kembali aku menatapnya. Kali ini dia sudah duduk di sebelahku. Sepanjang g perjalanan tadi aku juga diam. Tidak tahu apalagi yang harus aku tanyakan karena terlalu banyak pertanyaan di benakku.
"Katanya, aku sudah mempunyai seorang anak. Bisakah kamu... "
Sebelum aku menyelesaikan kalimat ku, dia sudah menggelengkan kepala."Aku akan bawa kamu menemui Ica, kalau kondisi kamu udah stabil Ndis. Kasihan Ica kalau kamu bingung dan merasa tidak kenal."
Menghela nafas dan menggelengkan kepala. Itulah yang aku lakukan saat ini. Aku juga tidak tahu apa yang benar harus aku lakukan. Kenyataannya aku memang tidak mengingat semua yang terjadi dalam hidupku akhir-akhir ini. Kata dokter, amnesia ku memang hanya sementara, tapi itupun perlu waktu. Dan selama dalam waktu ini, aku masih bingung."Kalau.... Kamu bawa aku untuk melihat Hendra, boleh?"
Suaraku terdengar begitu lirih, karena aku juga tak yakin dia akan mengijinkan. Terbukti, sekarang dia mulai memasang wajah muram lagi."Untuk apa? Keluarganya yang justru mencelakaimu."
Untuk sesaat aku terdiam, tapi kemudian membelalakkan mata dan terkejut dengan ucapan pria di sampingku ini.
"Mamanya Hendra memang tidak menyukaiku, tapi tidak mungkin kalau mereka berniat jahat."
Suaraku sedikit meninggi, selama aku berhubungan dengan Hendra, Mamanya memang tidak terlalu senang denganku. Tapi buktinya aku bisa menikah dan...
"Oke. Aku akan bawa kamu melihatnya, tapi dari jarak jauh. Biar kamu tahu sejahat apa keluarga Hendra."
****
Sakit hati.Aku seperti ditusuk dari belakang berkali-kali tapi lukaku itu tidak mengeluarkan darah. Rasanya jauh lebih sakit daripada luka yang sebenarnya.
Dia menuruti ku untuk melihat Hendra. Ke rumah yang baru saja kami tempati, seingatku. Tapi pemandangan di depanku sungguh membuat aku ingin menangis.
Di sana, tepat di balik kaca mobil tempat aku duduk, Hendra tampak bermesraan dengan seorang wanita yang kata suamiku, adalah istri Hendra. Wanita itu sangat cantik, aku merasa rendah, diri. Pantas saja Hendra mau menceraikan ku, dan..."Wanita itu namanya Lia. Selingkuhan Hendra. Masih mau lanjut? "
Sinis sekali ucapannya. Dia duduk di sebelahku, di balik kemudi. Kepalaku kembali terasa begitu pusing. Ku pejamkan mata, mencoba untuk menenangkan diri dan menerima semuanya. Nyatanya, memang aku yang sudah lupa ingatan. Buruknya, orang yang aku ingat dan masih aku cintai sudah mencampakkan ku. Mungkinkah ini alasan kenapa aku diberi amnesia? Agar aku melupakan kejadian yang menyakitkan di masa itu?
Pijatan lembut tiba- tiba kurasakan di kepalaku. Saat aku membuka mata, dia tersenyum lembut.
"Pelan-pelan Ndis, semua ada waktunya. Mungkin, ini sangat berat untuk kamu. Hanya saja, aku di sini, siap, untuk menemani masa beratmu ini. Kita akan jalani bersama, aku tidak akan pernah membuat kamu merasakan kesakitan lagi."
Seperti sebuah janji yang tidak mungkin diingkari. Dia menghentikan pijatannya, di kepalaku. Lalu mulai menjalankan mobil yang terparkir di seberang rumah Hendra. Aku menangis dalam hatiku, rasanya begitu sulit untuk meninggalkan kenangan yang nyata aku ingat. Kenapa Hendra tidak ikut hilang saja dari ingatabku?
****
Akhirnya, aku memilih untuk tidur saat pulang. Malamnya, kami duduk bersama di atas sofa dengan televisi menyala di depan kami. Dia memang tidak memaksaku untuk menerima semua ini.
Aku memutuskan untuk mengenalnya mulai dari sekarang."Foto-foto cewek yang ada di atas, nakas itu foto siapa? "
Aku, memang melihat foto cewek cantik di atas nakas sebelah tempat tidurku. Dia, yang baru saja meletakkan susu hangat di atas meja kini menoleh ke arahku."Namanya Sinta."
Kuanggukan kepala menanggapi jawabannya.
"Adik kamu? "
Dia, menggelengkan kepala. "Ehmm, temen."
Tapi aku tidak yakin dengan jawabannya. Kenapa dia menjawab dengan ragu begitu?
"Mas... "
"Ya?"
Aku, menghela nafas lagi. Apakah aku, benar melakukan ini? Menerima, kenyataan yang baru untukku?
"Kamu kerja? "
"Yup."
Dia, menganggukkan kepala dengan mantap."Tapi, kenapa beberapa hari ini... "
Dia, kini mengulurkan, tangan kepadaku. Mengusap rambutku dengan begitu lembut.
"Aku, cuti. Kamu sebenarnya, sudah koma selama 1 bulan." Mataku kembali membelalak mendengar pengakuannya.
"1 bulan? Dan kamu tetap setia, menjagaku?"
Alis tebalnya, bertaut. Dia menganggukkan kepala.
"Meski kamu tak mengenalku, tapi setidaknya kamu mau menerimaku di sisimu sekarang kan? Aku temani kamu, untuk mencari kebahagiaan."
Bersambung
Hemmm siapa tim Anyu? Dan, siapa tim Ari? Suaminya Gendhis siapa hayo?
KAMU SEDANG MEMBACA
Repihan Hati
RomanceGendis Rahayu Putri terpaksa harus menerima kenyataan pahit ketika menemukan suaminya sudah menikah siri dengan sahabatnya sendiri. Dia memutuskan untuk berpisah dan berusaha menjadi single mom untuk buah hatinya yang baru saja berumur 5 tahun. Dal...