Aku tahu dia anak yang baik. Dari pertama kali aku melihatnya, sinar itu sudah terpancar dari auranya yang kuat. Dia hanya ingin membuat orang di sekelilingnya bahagia meskipun ia harus mengorbankan jiwanya.
_Mrs. Smitch _
3
Dya terbangun dari tidurnya. Matanya melirik kesamping, melongok keadaan pagi. Telinganya masing asing mendengar bahasa yang digunakan orang-orang di daerah itu. Bahasa yang berbeda dari bahasa yang diterapkan di keluarganya sejak kecil. Ia berdiri membuka jendela, hawa dingin sempat membuat bulu kuduknya berdiri akibat perubahan suhu yang tiba-tiba. Bunga-bunga di taman kecil depan rumah itu mulai mengembangkan kelopaknya.
Sudah 1 bulan dya bertempat tinggal di rumah orang tua asuhnya di London. Dan hari ini adalah hari pertama dia masuk kuliah. Dari lantai bawah tercium aroma roti yang baru keluar dari panggangan. Segera saja di turun menuju ruang makan yang terletak bersebelahan dengan dapur dimana aroma sedap itu berasal.
"Morning.." sapa mrs. Smitch ketika melihat dya menuruni anak tangga
"Morning too mrs. Smitch" balas dya singkat sambil mengusap matanya yang sedikit mengantuk
"are you still sleepy, darling ?" tegur mrs smitch dengan senyum khas-nya melihat kebiasaan dya di pagi hari
"no.. mrs smitch. I'm already wake." Ucap dya sambil menguap
"don't call me like that, darling. Don't say mrs smitch but mom. Yeah mom."
"I'm sorry. I think that's don't polite."
"absolutely not, aku sudah mengagapmu seperti anak kandungku sendiri. So, call me Mom darling." Dya hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala
"where is mr. smitch?" Tanya dya kemudian
"as usually, berangkat kerja."
"sepagi ini?"
"darling, how time is it? It is 9 o'clock. Waktunya perpustakaan kota buka." Balas mrs smitch sambil meletakkan sepiring roti panggang di depan dya
"what? 9 o'clock? Oh my God. I'm late." Ucapnya setengah teriak sambil berlari menuju kamar mandi
"carefull darling. Tidak usah terburu-buru." Tegur mrs smitch sambil menggeleng-gelengkan kepala
20 menit kemudian dya sudah selesai mandi dan berpakaian rapi. Ia tergesa-gesa menuruni anak tangga sampai menimbulkan bunyi. Ia mencomot roti di piring tadi, sambil meneguk segelas susu dalam satu kali tegukan.
"mrs smitch , oh no I mean Mom, I will go now." Ucapnya sambil berlari menuju pintu
"be careful darling. Don't forget back home before dinner."
"yes Mom." Teriak dya terakhir kali disertai bunyi bantingan pintu yang keras. Mrs. Smitch hanya tersenyum melihat tingkah laku anak asuhnya itu, mengingatkan akan putrinya yang sudah tiada 10 tahun yang lalu. Kalau saja putriku masih hidup, dia pasti sudah sebesar dya sekarang batin mrs smitch, tangannya menghapus setetes air mata yang jatuh di pipinya.
Dya sedang berdiri di halte bus. Ia tolehkan kepala ke kiri, tidak sabar menunggu bus datang. Seringkali ia melirik jam tangannya, seakan-akan benda itu adalah bom waktu yang akan membuat hari dya sial. Tak sengaja matanya melihat langit, berwarna biru terang, mengawali musim semi hari ini. Ia tersenyum...
Apa kabarmu Aga? Apakah kamu disana baik-baik saja?
Suara rem bus terdengar berhenti di depan dya, langsung saja penumpang yang sedari tadi menunggu berebut naik. Dya masih berdiri di depan pintu bus yang tebuka, tidak peduli tubuhnya di tubruk dari banyak sisi. Setelah penumpang lain berada dalam bus, barulah dya melangkah masuk. Meninggalkan pertanyaan yang mengawali musim semi ini. Pertanyaan yang dya tak mungkin dapat jawabannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REMEMBRANCE
Teen FictionAga dan Dya Mereka selalu menghabiskan waktu tapi tidak pada saat yg bersamaan. Mereka saling mengisi kekosongan tapi tidak pernah saling melengkapi. Mereka saling memberikan genggaman tapi tidak menerima kesempatan. Mereka saling memiliki rasa t...