Bab 3 Perasaan Dokter Meisya

42 11 1
                                    

Semenjak pertemuannya dengan Pak Pratu Runi Andrianto Pratama, dr. Meisya selalu merasakan kegelisahan dalam hatinya, entah apa yang membikinnya jatuh hati pada sosok TNI gagah itu.

"Mei, apa yang kau pikirkan, dia sudah beristri!" Hardiknya dalam hati.

Jiwa ini penuh getaran aneh, senyum itu kian membikinku gila, tak ada yang bisa kugentorkan, sebab realitanya bayangan itu sudah kuat mengekor pada kehidupannya.

Seperti itu story whatsapp yang dibagikannya. Seperti popcorn meletus dipercakapannya. Banyak pertanyaan yang membanjirinya pula.

"Wow, siapa sih yang membikin galau dokter cantik?" Goda Mila pada sahabatnya.

"Ah, Mil. Kamu apaan sih, sekadar status kok."

"Ah, bohong luh! Akhir-akhir ini kamu juga sering melamun kuperhatikan."

"Itu hanya perasaan kamu saja, aku baik-baik saja."

Mila sahabat dr. Meisya juga berprofesi sebagai dokter, ia memiliki  sebuah klinik.

Hari itu, ia mengunjungi klinik Mila, senyuman hangat dihidangkan Mila untuknya. Gedung yang sangat bersih, pendingin ruangan (AC) setiap ruangan memeluk erat dinding, kursi bandara tertata rapi dengan diselang-seling tanda silang di kursi demi mengikuti protokol kesehatan.

"Bagus banget klinikmu, Mil."

"Biasa aja kok."

Mila memerhatikan Meisya melamun seraya matanya berkaca-kaca, entah cerita apa yang dihayati dalam benak kepalanya hingga ia pun dikerumuni kesedihan.

Sebelum air matanya menganak di pelupuk mata, Mila menghamburkan lamunannya yang tak kasat mata dilihat Mila.

"Hei dokter cantikku sedang ngelamunin apa?"

"Ah, kamu tuh Mil, selalu saja hobi menggodaku."

"Ih, mukanya langsung merah, hmmm, pasti lagi kasmaran ya?"

"Ah, kamu."

"Tebakanku benar kan?"

"Awas kamu Mil, jika terus meledekin aku."

"Ampun dokter cantikku."

Ia pun merebahkan raganya pada sofa, seketika angannya menjemput masa lalu yang mempertemukannya dengan Pak Pratu Runi Andrianto Pratama.

Sejak pertemuan itu, hatinya sangat tercambuk saat mengetahui bahwa sang pratu sudah memiliki induk nasi.

Ia pun mengurungkan niatnya untuk melupakan Runi, sebab ia tahu cinta yang terpendam di hatinya, itu adalah cinta yang salah.

Sepulang dari klinik dr. Mila, ia pun menghabiskan waktunya membaca di kamar. Akhirnya, tekadnya yang kuat memadamkan perasaan itu, ia mulai merasakan kelegahan dalam sukma, tanpa terusik dengan bayang-bayang cintanya yang dia tahu takkan terbalas.

Beberapa lelaki mendekatinya, namun tak ada rasa yang lebih mendebarkan seperti yang dirasakan untuk sang pratu.

Mimik yang ditampilkan di hari-hari sebelumnya kini telah menjelma merona, keikhlasan melepas dan menerima sebuah takdir kini telah dipoles bahagia.

"Aku harus bisa melupakan Pak Runi!"

Raja siang merayap lambat, tapi keganasan cahayanya ampuh melelehkan peluh sampai berlarian pada kulit.

Langkahnya berdepak cepat hingga ia menabrak seorang hingga nyaris terjatuh, beruntunglah dia mampu diselamatkan dengan tangan kekar orang itu.

"Aduh, maaf Pak!" Katanya tertunduk bersalah.

Senapan Yang Penuh Keajaiban (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang