BAB 15 Party

31 16 41
                                    

Menyerah atau bertahan dengan cinta yang tak terbalas, Rasanya sangat menyakitkan ketika sebuah ketulusan dibalas dengan kebohongan, Apakah rasanya sama? seperti laki-laki yang telah dicampakkannya dulu. Ia dengan tanpa perasaan memutuskan secara sepihak. Gadis berambut panjang sepinggang menatap kosong ke arah papan tulis.  Pikirannya sedang berkelana entah kemana, bahkan suara Pak Amer yang memanggilnya pun tak ia dengar. Tina menyenggol lengan Kiyana pelan.

"Lo dipanggil Pak Amer disuruh nulis jawaban lo di sana," jelas Tina pelan.

Kiyana terlihat panik. "Mampus gue, gue belum ngisi."

"Kiyana, cepat tulis jawaban kamu dipapan tulis!" titah Pak Amer.

"Em, s-saya sebenarnya belum tau jawabannya Pak," jawab Kiyana.

Pak Amer menggeleng pelan. "Kapan kamu akan berubah Kiyana? Sebentar lagi kamu akan mengahadapi ujian nasional, persiapkan diri kamu mulai dari sekarang, jurusan apa yang akan kamu ambil? Ini juga berlaku untuk kalian semua!" Tunjuk Pak Amer kepada semua siswa yang ada di dalam kelas.

Pada Akhirnya, karena Kiyana tidak bisa menjawab soal dari Pak Amer, ia dihukum berdiri di dekat papan tulis, bersama dua teman laki-lakinya yang juga tidak bisa menjawab soal. Sebuah ketukan pintu terdengar dari luar, ternyata Galen dan juga Siril. Galen memapah Siril sampai ke tempat duduknya. Hatinya kembali terasa panas, badannya terasa dingin, melihat perhatian Galen terhadap Siril.

"Gue nggak bisa terus-terusan meratapi cinta yang bukan lagi milik gue!" batin Kiyana.

Kiyana berdiri sampai pelajaran Pak Amer selesai, kakinya sedikit kesemutan karena terlalu lama berdiri. Ketika Pak Amer melangkah keluar kelas, Kiyana menarik napas lega, akhirnya ia bisa mendudukan bokongnya diatas kursi.

"Gimana rasanya dua jam berdiri?" tanya Tina seraya tersenyum meledek.

"Pake nanya lagi lo, kaki gue kaya mau patah," jawab Kiyana kesal.

Tiba-tiba saja Ugie menghampiri Kiyana dan Tina, entah apa yang akan dilakukan pria berkaca mata minus itu. 

"Ugie punya sesuatu buat neng Tina," ujar Ugie seraya memberikan kotak yang dibungkus kertas kado bergambar hello kitty.

"Apa nih? Lo nggak ngasih gue bom kan? karena gue nolak cinta lo." 

"Bukan kok, nanti dibukanya di rumah aja ya, neng!"

"Heh, ini kan, udah lo kasih ke gue, jadi gue bebas dong mau buka dimana aja!"

Tanpa menunggu jawaban Ugie, Tina langsung membuka hadiah dari Ugie, yang isinya adalah cokelat silverquin lima biji.

"Ya udah makasih ya, tau aja lo gue lagi laper!"

Tina langsung memakan cokelat pemberian Ugie, melihat Tina memakan cokelatnya Ugie tersenyum simpul. Ia hendak kembali ke bangkunya sebelum jam pelajaran selanjutnya dimulai. Tetapi Kiyana menarik tangannya.

"Tunggu! gue mau tanya sesuatu sama lo."

"Nanya naon?" (tanya apa?).

"Menurut lo gue cantik nggak?"

Ugie mengangguk pelan. "Geulis pisan atuh euy." (cantik banget)

"Daripada lo terus-terusan ditolak sama Tina, mending lo pacaran sama gue-- mau nggak?"

"Kiya, lo yang bener aja ngajak si Ugie pacaran, dia tuh, fans fanatik gue!"    

"Bodo amat gue nggak peduli, mau dia fans fanatik lo ataupun fans musiman lo, gue nggak peduli!"

Deskripsi (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang