5. PASRAH

1.2K 49 1
                                    

"Sesak di dada ini akan meluap jika
tidak kuat lagi menahannya"
__________

o

o

o


"PAK MAMAT! JANGAN DITUTUP!" teriak Hana melihat gerbang akan di tutup.

Meskipun Candra memakai helm tapi tetap saja pekikan Hana mampu membuat telinganya berdengung.

"Rada pagian kalau ke sekolah mah atuh. Jang, neng," saran pak Mamat membukakan kembali gerbang.

"Iya pak, ini juga gara-gara laki satu ini yang bikin kesiangan, di sepatu aja kayak keong," cibir Hana. Pak Mamat menggeleng pelan, ada-ada saja.

Beda dengan pemuda tampan itu, karena dongkol tanpa merasa bahaya dirinya sontak menancap gas membuat Hana hampir terjengkang dan refleks memeluk Candra.

"LO GILA! PENGEN BANGET JADI DUDA!" pekik Hana membentak.

Candra memparkirkan terlebih dahulu motornya, membuka helm dari kepalanya dan menyugar rambut yang sedikit berantakan.

"Turun keburu guru masuk kelas," ujarnya.

Karena tinggi, Hana turun meloncat membuat Candra langsung berdelik tajam turun dari motor.

"LO! kalau rok lo nyangkut gimana? Nyium jalan tahu rasa!" geramnya.

Hana cengengesan, "Iya maaf, hese tuda," ungkapnya memelas.

"Tinggal bilang gendong ke gue."

"Padahal dia yang nyuruh turun, tanpa ngebantu pula malah nyalahin, huh dasar si batu," gerutunya pergi meninggalkan Candra yang masih bersandar pada jok motor.

"Udah gila makin gila gue, punya bini sama gilanya," akunya sendiri.

Hana mengintip sedikit di ambang pintu kelasnya, menghela napas tenang, aman guru belum datang.

"Assalamualaikum...masih aman kan?"

"Waalaikumsalam," serentak semua murid muslim.

"Aman friend, kenapa lo datangnya siang Han?" tanya Nadin.

"Biasa," ujarnya duduk di bangku depan Freya.

"Pasti urusan rumah tangga," tebak Freya berbisik.

"Dua jempol buat lo."

Belum sempat bertanya lagi, guru sudah lebih cepat masuk ke kelas. Oh what sekarang pelajaran ppkn, Hana malas belajar mapel satu itu, bikin puyeng baca ayat-ayat pasal.

Berbeda dengan kelas XII ipa 1, di mana guru sudah mulai mengajar sebelum Candra masuk ke kelas.

Shit!!

Itu pak kumis kenapa rajin amat argh, pikirnya kesal.

Tepat sekali mata Sakha melirik ke arah pintu, Candra mengkode anak dugong itu.

Tangan Candra memberi isyarat 'bantu gue masuk tapi pak kumis gak sadar', yang di beri kode melongo tidak mengerti.

Fu**k!

"Sakha, apa ada yang tidak dimengerti?
biar bapak jelaskan."

"E-eh enggak ko pak," kikuknya.

Farel menoel Sakha, "Kenapa lo?"

"Itu si bos, liat tuh," tunjuknya ke arah Candra.

Kesempatan, Candra memberi ulang kode ke Farel yang mungkin bisa lebih ngerti dari si Sakha-gong.

CANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang