20 - Robek Pilu

502 111 12
                                    

"Ciah, si bucin marah!" Clafaro makin menjadi, diikuti Clafara. Kali ini mereka bertanya dengan suara keras. "Kali ini lo nggak dianggap sama siapa? Sama kakak kelas sok keren itu ya? Ah, kasian. Ututu, mau sampai kapan nangis mulu?"

Willa makin kesal. "Ih, sana, ah! Apaan, sih?!"

Clafaro merebut lagi ponsel Willa dengan gerakan cepat, membuat gadis yang mengenakan rok biru tua itu memberontak. Clafara kontan menarik Willa menjauh dari Clafaro. Mereka tampak bekerja sama dan menyiapkan strategi ini sejak lama.

Lelaki berkacamata bulat itu cepat-cepat mengetikkan suatu kalimat perpisahan dengan pacar kurang ajar Willa yang memperlakukannya lebih seperti babi. Eh salah, typo Astaghfirullah. Lebih tepatnya seperti babu.

"Balikin sini woi Kakak nggak jelas! Kakak nggak diuntung! Kakak terkutuk!" Willa mulai mencaci Clafaro. Ditambah lagi dengan umpatan yang menyebutkan nama-nama binatang di  kebun binatang. Kali ini disertakan bekantan dan orang utan.

Di belakangnya, Clafara tertawa puas sambil terus menarik Willa. Melihat aksi Willa yang semakin beringas, akhirnya Clafaro memblokir dan menghapus nomor pacar Willa itu.

Akhirnya, Clafara pun melepas tautan tangannya pada Willa, membuat gadis itu berlari sambil menangis ke arah ponselnya.

Si gadis pecinta ponsel kini menangisi ponselnya yang telah kehilangan nomor-nomor mantan. Dramatis dan menye-menye sekali.

"Lo ngirim apa?!" tanya Willa dengan berteriak.

Clafaro dan Clafara cepat-cepat berlindung dari balik sofa, menanti kemarahan Willa.

"Heh, lo ngirim apa ke Gardi?!"

"Minta putus, lah, apalagi?" ungkap Clafaro dengan tertawa.

Willa berteriak kesal, membuat Clafaro dan Clafara bersiap siaga menerima serangan.

Namun, sayang, bukan mereka yang diserang, melainkan buku-buku di rak besar ruang tengah. Willa berlari ke sana dengan tergesa dan meraih beberapa buku kesayangan dua orang itu. Si kembar langsung pindah posisi, melindungi buku tercinta mereka.

Satu rumah heboh. Tiga saudara ini saling berteriak, merebut buku sampai terkoyak, dan memancing perhatian tetangga. Untung ayah mereka sedang bekerja, kalau tidak, mungkin semuanya selesai dengan rotan. Hanya ibu mereka saja yang kewalahan melerai ketiga pertengkaran heboh anaknya, datang-datang dari acara arisan.

Ibu-ibu tetangga yang sedang arisan di rumah tetangga depan rumah Willa melirik sekilas dan mulai bergosip ria. "Si Bu Junia beruntung banget ya punya anak pecinta buku semua."

"Nurun dari suaminya itu Bun."

"Sampai saling berebut begitu. Anak saya, mah, beda. Mainin iPad terus seharian, nggak kayak si kembar sama Willa."

"Iya beruntung banget ya."

"Satu keluarga itu memang pecinta buku Bun, nggak heran saya."

Berutung apanya? Willa yang makin mengamuk itu sudah merobek dua novel kesayangan kakak kembarnya. Willa yang paling beda di keluarga, merobek buku tanpa hati pilu. Sedangkan kedua kakaknya, sudah berteriak ngilu saat novel mereka dirobek-robek. Uang tabungan mereka terlihat sia-sia ketika novel tak berdosa itu menjadi pelampiasan amarah.

"Duh, kayaknya itu bukan rebutan buku deh, Bu." Para ibu tetangga yang sedang arisan itu pun berdiri dan berjalan bersama ke rumah Willa.

"Ada apa ya Bu Junia?" Ibu-ibu itu pun bertanya beramai-ramai.

Sontak Willa menghentikan aksi merobek dua novel itu. Begitu juga dengan si kembar yang kontan melepas cengkeraman mereka pada adiknya.

Malu.

Bu Junia berkacak pinggang. "Baru diem. Kalian bersihin ini semua! Jangan sampai Ibu liat berantakan lagi habis pulang arisan. Nggak ada uang buat beli buku lagi! Untuk Willa, awas kamu, nanti Ibu bisa sita hapemu!"

Para ibu arisan itu pun kembali ke rumah depan dan melanjutkan acara. Si kembar yang mengenakan seragam putih abu itu menggeram kesal menatap adiknya.

"Beresin!" titah dua Clafar.

"Nggak mau!"

"Ya udah, nanti gue traktir makan bakso di warung Mas Ujang dua hari," ucap Clafaro asal.

"Ya, boleh." Willa tiba-tiba mau merapikan seluruh novel yang dia robek. Ketika tangannya meraih sebuah novel remaja berjudul "Dear Nathan" karya Eriaca Febriani, seketika dia tertarik.

Dua Clafar akhirnya pergi ke kamar masing-masing karena tak mau ikut membereskan novel-novel yang malah membuat hati mereka sakit. Jadi, hanya tinggal Willa yang sendirian duduk di ruang tengah. Tertarik dengan salah satu novel dan mulai membacanya sekilas.

Dia pun tenggelam dalam posisi membaca.

Ketika dia sudah membaca sampai di halaman yang sobek, Willa akhirnya meraih selotip dan memperbaikinya seperti bermain puzzle hingga kertas kembali utuh.

Willa merasa seperti menemukan cinta sejati  ketika kertas itu akhirnya bisa dia baca.

Willa jatuh cinta dengan buku pertama kali hingga candu.

Selamat tinggal ponsel.

= Because I'm Fake Nerd! =

Yeahaha, sorry kalau itu tadi ada typo yang sengaja dinyatain di atas. Awalnya emang typo beneran wkwk. Habis itu istigfar jangan lupa. Ingat, aku mainan doang di cerita ini, hoho. So, santuy nulisnya.

Oh ya, di cerita ini aku main metode flashback versi mulus lewat narasi, jadi nggak ada tulisan "Flashback on" atau sejenisnya. Nah, part ini sama part sebelumnya termasuk flashback di pikiran Willa.

Aku sengaja jelasin, siapa tau ada yang nggak paham, soalnya di Wattpad rata-rata pakai "Flashback on" like that. Sama-sama belajar OK.

Terima kasih dan jumpa lagi!

Because I'm a Fake Nerd! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang