#02 Emosional

11 0 0
                                    


  Tepat didepan rumah Arkan, Gita melihat banyak orang datang melayat,  tentu saja sedang berduka, dia juga melihata ada Bapaknya disana.

Gita sedikit mengendap ngendap untuk mendekati Bapak. Dia sekarang berada di teras rumah Arkan- berbincang dengan Bapak-Bapak  lainya.

“Bapak” panggilnya pelan

“loh, udah pulang Git ?” bapak menengok kearah Gita, kemudian menghentikan perbincanganya.

“udah pak, Ibu mana?” tanya Gita, Sebenarnya dia menanyakan hal itu  basa-basi saja

“Ibumu ada didalam Jangan masuk dulu lagi banyak orang, sumpek..”
bapak melirik sebentar ke arah pintu masuk utama rumah Arkan dan tentu saja banyak orang di dalam sana.

“emm Kalo Arkan?” tanya Gita sembari mengecilkan volume suaranya.

“Arkan belum pulang, lagi di jemput sama om nya” bapaknya tersenyum tipis sembari mengusap sorai lembut sang anak.

“Oh yaudah, aku ganti baju dulu” Gita meninggalkan bapak untuk berganti baju. Namun setelah beberapa langkah Gita kembali berbalik arah karena dia merasa melupakan sesuatu.

“Pak, kunci rumah mana?” Karena ibu dan bapaknya sekarang berada disini sudah dipastikan bahwa rumah dikunci.

Gita adalah anak tunggal, dan dirumahnya hanya ada keluarga inti saja. Walaupun orang bilang anak tunggal sering kali dimanja mungkin benar, namun dia juga juga dihantui rasa kesepiaan apalagi jika Ibu, bapaknya pergi bekerja.

“oh iyah, ini ”bapak mengasongkan kunci pintu rumah itu kepada Gita.
Tidak ada lagi percakapan diantara mereka karena sepertinya bapak sedang sibuk mengurus pemakaman mamanya Arkan, terlihat dari caranya yang langsung menghampiri bapak-bapak lainya setelah memberikan kunci tersebut.

Rumah Gita dan rumah Arkan tidak terlalu jauh hanya dipisahkan oleh 2 rumah di sebelahnya, itulah yang membuat keluarga Gita dan Arkan menjadi lebih akrab. Arkan juga sama sama anak tuggal  sehingga untuk mengusir kebosanan mereka jadi lebih sering bermain bersama.

Kemudian saat berada di perjalanan menuju rumah sekitar 10 meter dari jarak pandang terlihat seseorang sedang berdiri dengan motor disebelahnya yang sudah tak asing lagi. Gita menghampiri orang itu sedikit terburu-buru karena dia tau orang tersebut mencari dirinya.

“loh kok balik lagi?” dia tidak tau kenapa Ardhan kembali lagi setelah tadi mengantarnya pulang.

“Ini Git, kebab nya masih di sini” Ardhan memperlihatkan keresek yang dijinjing nya dan sudah dipastikan isinya adalah kebab, lalu dia mengasongkanya kepada Gita

“eh iyah makasih yah, maaf kamu jadi bolak balik”

“gapapa kok hehe” hening beberapa saat, hingga Ardhan kembali berbicara

“rame banget itu, rumahnya siapa?” Tanyanya, setelah melihat rumah Arkan yang penuh dengan orang melayat

“itu rumahnya Arkan. Tapi Arkan nya belum pulang, kasian deh” jelasnya, sembari menghela nafas pelan

“oh gitu yah“ angguknya kepada Gita seakan paham situasi apa yang terjadi disana

Hening beberapa saat, Ardhan terlihat sedang memikirkan sesuatu ada hal yang harus dia sampaikan namun sedikit kelu untuk dikeluarkan hingga akhirnya dia memberanikan diri untuk mengeluarkan nya.

“eum tau ga” tanya nya sembari tersenyum tipis

“apa” jawab Gita

“luka karena kepergian seseorang itu pasti meninggalkan trauma apalagi orang tua. Kalo pun dia udah mulai terbiasa bukan berarti lupa sama kenyataanya. oleh karena itu ada baiknya buat kamu ngasih dukungan moral sama Arkan, minimal dia ga terlalu ngerasa sendirian”Ardhan tersenyum hangat bibirnya melengkung sempurna dan mata nya memperlihatkan lekukan yang tidak terlalu tajam.

Perihal Dia Antara MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang