Chapter 16: Genjitsu (Kenyataan)

2 1 0
                                    

"Kalian keluarganya Asami-san ya? Ah, watashi wa Maeda Riku desu (nama saya Maeda Riku). Saya tadi tidak sengaja melihatnya pingsan di jalan," terdengar suara seorang pria di dekatku.

"Hai, arigatou Maeda-san. Saya paman Asami, ini bibinya dan sepupunya," lalu terdengar suara oji-san membalas pria itu. Aku mencoba untuk membuka mataku dan seketika hanya cahaya putih yang terlihat selama beberapa saat. Aku mengerjapkan mataku supaya bisa melihat lebih jelas. Lalu, aku mengangkat tangan kananku yang terpasang selang infus.

"Nee-chan!" seru Yona lalu berjalan menghampiriku. Aku mencoba untuk duduk di atas tempat tidur dengan dibantu Yona. Dia memelukku saat sudah berada di samping tempat tidur dan terus-terus berkata 'syukurlah'.

"Oji-san, Ba-san, lalu, Maeda-san?" kataku setelah Yona melepas pelukannya. Sepertinya aku ada di rumah sakit karena pingsan tadi.

"Hai, aku kebetulan ada di sana tadi. Jya, karena sudah ada oji-san dan oba-san, aku pamit dulu. Shitsurei shimasu," katanya lalu hendak berjalan keluar.

"Arigatou Maeda-san," kataku sebelum dia berbalik badan yang hanya dibalas dengan senyum.

"Ah, akan kupanggilkan sensei[1]," kata Yona lalu berjalan keluar bersama Maeda-san.

"Bagaimana perasaanmu, Asami?" tanya oba-san.

"Rasanya kepalaku masih sedikit sakit. Tapi, aku baik-baik saja, Ba-san," kataku dengan senyum untuk menunjukkan kalau aku benar-benar baik-baik saja.

"Syukurlah, Asami. Ba-san sangat cemas ketika mendengarmu ada di rumah sakit tadi," balas ba-san dengan wajah lebih lega dari sebelumnya.

"Gomen ne, sudah membuat kalian khawatir padaku," kataku yang merasa bersalah karena sudah membuat mereka sangat cemas padahal aku hanya keponakan mereka.

"Jangan bicara begitu, kita kan keluarga, wajar kalau Ba-san cemas."

Tak lama, Yona masuk dengan membawa sensei dan seorang asisten. Sensei langsung memeriksaku dan mengajukan beberapa pertanyaan. Setelahnya, sensei keluar untuk berbicara dengan oji-san dan ba-san di ruangannya. Mungkin ada kondisi kesehatanku yang perlu dibicarakan lebih lanjut. Setelah kembali ke ruanganku, mereka bilang aku masih harus dirawat sampai besok pagi dan sebaiknya aku tinggal dengan oji-san dan ba-san untuk beberapa hari. Termasuk juga aku harus cuti besok untuk pemulihan diriku.

Begitu mengetahuinya, aku langsung mengirimkan pesan kepada senpai untuk ijin lagi. Rasanya tidak enak karena dalam sebulan ini aku sudah izin dua kali. Rekor izin terbanyakku selama bekerja. Karena itu, aku juga mengirimkan surat keterangan dokter yang tadi diberikan sebagai pendukung izinku kali ini.

"Sami, kamu kenal dengan Maeda-san? Tadi dia memanggilmu Asami-san kan," tanya ba-san dengan ekspresi penasaran yang juga mengisyaratkan sesuatu.

"Hai, aku pernah bertemu dengannya sekali di—" kataku terputus setelah sadar kalau aku akan membocorkan kejadian penculikanku yang ingin kurahasiakan.

"Di mana?"

"Di dekat kantor," kataku setelah berpikir sejenak. Semoga saja ba-san hanya menganggapku sedang mengingat-ingat.

"Ooh, bagaimana orangnya?" tanya ba-san lagi.

"Hm, menurutku dia keren dan baik," jawabku singkat dengan senyum sambil mengingat sosoknya.

"Oooh, sepertinya—"

"Ah! Apa dia sudah pergi?" kataku memotong perkataan ba-san dengan tiba-tiba setelah mengingat sesuatu yang penting.

Your Touch in My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang