To the Moon, the Sun Pleaded

1.3K 197 70
                                    

Kepada Bulan, Sang Matahari Memohon.

———

Nyanyian merdu menggema seisi ruangan yang berisikan sepasang insan manusia yang tengah menjalin kasih. Melodi-melodi indah yang terpancar dari lagu yang sedang dinyanyikan. Senar gitar kembali dipetik, sembari terus melantunkan nada.

"You are my sunshine. My only sunshine."

Suna tersenyum ke arah Osamu, tak mempedulikan benar salah chord yang tengah dimainkannya. Ia hanya berfokus pada kekasihnya, mataharinya.

"You make me happy. When skies are gray."

Senyuman singkat yang dibalas oleh empunya matahari. Osamu hanya tersenyum simpul tatkala suaranya diam. Sebab hanya telinga yang mendengarkan nyanyian sang kekasih, bulannya.

"You'll never know, dear. How much I love you

Please don't take my sunshine away"

Dawai berhenti dipetik, menandakan lagu yang telah usai. Osamu bertepuk tangan, merasa senang akan nyanyian dari pacarnya.

"Tapi aku tau seberapa besar kamu cinta aku." ucap Osamu menyambungkan dengan lirik lagu yang dinyanyikan Suna. "Emang seberapa?" sahut Suna. "Sebesar dunia?" jawabnya asal.

"Salah sih, udah dibilang kamu gatau." ujar Suna sembari meletakkan gitar di sisinya lalu mendekati Osamu. "Terus yang bener sebesar apa?" Suna melingkarkan tangannya pada pinggang Osamu, mencoba memeluk sang kekasih.

"Coba lihat ke langit." Osamu mendongak hingga Suna kembali berkata, "Cintaku ke kamu itu sebesar matahari, sama kaya di lagunya." Suna menyandarkan kepalanya pada pundak pacarnya. Sedangkan Osamu hanya tertegun, bingung sebab langit sudah malam.

"Mataharinya dimana? Perasaan udah malam." Suna kini mendongak ikut melihat langit lalu berucap, "Justru karena itu, mau mataharinya kelihatan atau ngga aku tetep cinta sama kamu."

"Halah gombal." Osamu menatap malas ke arah Suna. "Tapi kamu seneng kan digombalin?" cibir Suna membuat Osamu sedikit jengkel. Pasalnya memang iya, ia cukup menyukai gombalan-gombalan yang terlontar dari mulut kekasihnya, meski kadang ia malas mendengar. "Iya deh iya pacarku yang paling ganteng sejagat raya alam semesta."

Hening ditemani semilir angin kembali menyelimuti mereka berdua. Namun rasa canggung tak pernah ada, nyaman yang selalu menggantikan.

"Oiya, soal lirik yang terakhir." Osamu memalingkan kepalanya menghadap kepada Suna. "Hm? Yang 'Please don't take my sunshine away'?" Osamu mengangguk "Iya, yang itu."

"Aku bakal janji ga pernah ninggalin kamu, kamu ga mau kan mataharimu di ambil? Tapi kamu juga harus janji buat jangan pergi duluan. Aku masih suka melihat bulanku bersinar di langit malam ketimbang hanya bertaburan bintang."

Mata menatap mata, saling memancarkan cahayanya yang meliputi gelap. Bintang terpampang pada iris keduanya, menemani sang bulan dan matahari yang tengah berbagi kisah.

"Ga akan Sam, aku bakal terus sama kamu. Walau mungkin nanti kita bakal LDR-an sementara, tapi hatiku tetep ada disini, sebab kamulah rumahku. Tempatku berteduh. Matahariku, yang lindungi dari hujan dan lainnya. Aku akan terus cinta sama kamu."

Suna perlahan mendekat, menempelkan bibir pada bibir. Mengecap perlahan bibir sang mentari ditengah malam. Matanya mengatup, membawa rasa cinta terbang bersama angin malam. Ciuman lembut tanpa nafsu manusiawi, hanya ada cinta dan cinta.

———

"Barang-barangnya udah semua? Awas ada yang ketinggalan." ucap Osamu yang tengah bersender pada kusen pintu kamar Suna.

To the Moon, the Sun Pleaded [SunaOsa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang