Hari demi hari berlalu. Knela tak kunjung sadarkan diri. Gadis itu masih bernapas, hanya saja terus memejamkan mata. Sudah berhari-hari Lukas tertidur di sisi ranjang gadis itu, dengan posisi duduk dan muka ditaruh di tepi ranjang Knela. Muka Lukas sudah tidak ada bentuknya. Kusut, lelah, sedih. Sedangkan Knela? Lukas justru jauh lebih tak mengerti. Wajah gadis itu kian kurus, dadanya memperlihatkan bahwa gadis itu menarik napas dan mengembuskannya, namun terlihat seperti mayat hidup.
Hingga akhirnya, hari berlalu kembali, setelah lima hari Knela enggan sadar, gadis itu membuka matanya.
Pagi itu, Knela menangkap seisi kamarnya dipenuhi remang. Dia merasakan badannya berbaring, penuh remuk. Napasnya setengah-setengah, tapi dia berusaha untuk tetap hidup. Dengan penuh kekuatan, dia secara total membuka mata. Dapat dirasakannya, sesuatu berat membebani tangannya, seolah-olah ada yang menggenggamnya erat dan tidak ingin lepas.
"Tuan Serigala?" panggil Knela, menyadari Lukaslah yang berada di sisi ranjangnya. Laki-laki itu sedang terlelap pagi itu dengan muka berantakan. Kantung mata hitamnya tebal, tanda bahwa sebelumnya penyihir itu tidak tidur dalam waktu lama.
Menyadari panggilan suara Knela, Lukas buru-buru bangun dengan penuh ketidakpercayaan. Laki-laki itu membuka mata, dengan berjengit sekaligus senang menyambut Knela pagi itu dengan senyuman.
"Knela, lama sekali kau tertidur." Suara Lukas serak, dalam, penuh perhatian. Tapi juga diiringi bermacam perasaan sedih. Laki-laki itu tak melepas sedikitpun genggaman tangannya. "Kenapa kau tak bilang? Kenapa tak memberitahuku bahwa kau kenapa-napa? Tidak lucu Knela, untuk mengesampingkan kesehatanmu sendiri."
Knela menggeleng lemah.
"Saya tidak ingin Anda khawatir, Tuan. Anda juga sudah terlalu banyak memberi kebaikan sehingga saya segan terus meminta." Itu kalimat terpanjang pembuka yang bisa Knela utarakan patah-patah setelah sekian lama dia tak sadarkan diri. Gadis itu menerbit senyum untuk Lukas, mencoba memberitahu bahwa semua baik-baik saja, padahal yang terjadi kenyataannya sebaliknya. "Tuan, ketika tidur tadi saya mimpi indah."
Lukas mengerjapkan mata. Mimpi indah? Mimpi? Hanya satu kata itu, membuat Lukas terpaku. Pasalnya, seperti yang dulu pernah terjadi, gadis itu pernah bermimpi orang tuanya meninggal dan itu benar. Lukas penasaran apa yang gadis itu mimpikan, yang Lukas sekaligus takutkan karena itu akan jadi kenyataan.
"Mimpi apa?"
"Saya kemarin bermimpi. Diajak bermain ke tempat hamparan bunga Calla Lily. Di sana, Tuan, ada orang tua saya, ada Philip, ada kembaran saya Kalea juga. Mereka tampak bahagia, Tuan. Mereka mengajak saya main begitu lama. Tapi suatu ketika saya sadar, tempat saya bukanlah di sana. Masih ada yang harus saya lakukan. Maka, Tuan. Sebisa mungkin, saya berbicara pada ruang hampa hamparan bunga itu untuk mengizinkan saya kembali. Jadi, Tuan." Knela balik meremat tangan kekar Lukas yang menggenggam tangannya. "Jadi saya kembali sekarang."
Knela dan Lukas terdiam cukup lama. Hanya saling berpandangan. Gadis itu berusaha untuk bernapas lebih banyak dengan tabung oksigen yang dikenakan, supaya nantinya bisa bicara panjang lebar lebih leluasa.
"Tuan, maafkan saya telah merepotkan Anda. Saya juga tak menyangka bahwa sepertinya, hidup saya akan jauh lebih singkat dari yang sebelumnya saya perkirakan memang pendek." Knela berbicara sejelas mungkin meski alat oksigen berada di area mulutnya.
"Sebenarnya, Tuan. Saat kita berada di restoran tepi pantai, napas saya sudah lebih bermasalah. Makanya saya keluar tiba-tiba dan meninggalkan Anda yang masih membaca masa lalu di dalam. Saya butuh udara segar lebih banyak. Kemudian kala saya sedang mengaca di kamar mandi akan rupa dan cantiknya gaun ungu lilac saya, saya merasakan badan saya kian tidak enak. Saya mulai mimisan. Makanya semenjak sebelum dansa dengan Anda, saya membawa sapu tangan. Bahkan hingga ke pasar malam sekalipun. Tuan, sepertinya saya tidak bisa bertahan lebih lama. Saya sedih sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and The Curse
Fantasy"Until one day I fell in love, and everything was so clear." -- Usai perang antara penyihir dan manusia berakhir, Lukas Alberta, sang pemimpin penyihir gantian dihadapkan permasalahan kutukan yang melibatkannya dengan gadis manusia bernama Dyacanela...