Ternyata

1K 42 0
                                    


"Hmm." jawab Antras.

"Eh, ayo kesana. Makan-makan sama yang lainnya. Abisnya kamu datangnya agak telat sih." kata Manda ngambek sambil memegang lengan Antras yang langsung ditepis oleh empunya tangan.

...

"Datang lu bos?" tanya Kornelius pada Antras. "Hmm. Gabut di rumah." jawab Antras.

Saat acara akan berakhir Antras merasa haus. Diapun mencari minum. "Eh, Antras nyari apa?" tanya Manda.

"Minuman yanga ga pakai es." jawab Antras.

"Sebentar aku minta ke pelayan ya." kata Manda.

"Nih!" kata Manda setelah mendapatkan minuman tanpa es.

Antras meminum minuman itu. Setelah meminumnya dia kemudian berlalu pergi dari sana. Dia ingin kekamar mandi. Karena merasa kebelet.

Setelah keluar dari kamar mandi. Di kamar yang sudah dia pesan dia merasa tubuhnya panas. Nafasnya ngos-ngos an seperti habis maraton saja.

"Sial!" teriaknya saat sadar apa yang terjadi. Dia berjalan keluar kamarnya. Menatap kanan kiri. Tiba-tiba dia melihat perempuan yang sedang bersenandung ria yang baru saja melewati kamarnya(sepertinya).

Dia mendekati perempuan itu kemudian menariknya menuju kamarnya. "Eh! Lepas! Kamu apa-apaan sih?!" berontak gadis kecil itu dengan suara halusnya. Antras mendorong perempuan itu ke ranjang kamar itu kemudian mengunci pintu kamar dan masih menggantung kuncinya di pintu.
Antras mendekati perempuan yang berusaha kabur.

"Mau kamu apa?" tanya perempuan itu takut. Tak menngindahkan peprtanyaan itu Antras mendorong perempuan itu kuat di atas ranjang kemudian menindihnya. Hingga terjadilah hal yang sangat dia benci.

...

Flash back off.

"...dan saat saya bangun perempuan itu tidak ada. Yang tau masalah saya hanyalah satu orang sahabat saya sampai akhirnya dia tau siapa perempuan itu yang memberi tahu saya kemarin." kata Antras menjelaskan panjang lebar.

"Lalu apa yang terjadi pada Intan sekarang?" tanya Yanda pada Antras.

"Di bully karena Manda menyebarkan berita bahwa Intan hamil di luar nikah bahkan sampai punya anak. Apalagi dengan bukti kuat berupa foto saat Intan hamil dan foto kebersamaan Intan dan Inras." kata Antras.

"Aku yakin pasti Intan di keluarkan dari sekolah Mas. Padahal dia baru akan naik kelas 12." kata Rose pada Yanda.

"Huft! Kita hanya perlu menyemangati Intan, Rose. Semoga dia bisa menerimanya." kata Yanda.

"Saya akan bertanggung jawab atas biaya hidup Inras. Mulai dari dia dalam kandungan sampai dia berkerja sendiri nanti." kata Antras.

"Kau pikir kami tidak bisa menghidupi Inras?!" tanya Yanda mulai emosi.

"Kau harusnya bertanggung jawab berupa pernikahan pada putriku. Dia sudah hancur sekarang. Tak ada laki-laki yang mau dengan perempuan beranak tanpa pernikahan." kata Rose menangis.

"Sa-saya. Akan saya bicarakan dengan papa saya." kata Antras. "Jadi bolehkah Inras saya bawa. Satu minggu saja. Intan boleh menjenguknya atau bahkan menginap." kata Antras.

"Em, kak Antras." mendengar suara panggilan membuat Antras sadar dari lamunan. Ternyata sedari Antras melamun saat mengobati luka di wajah Intan.

"Sorry." kata Antras. 'Baru kali ini gue minta maaf sama seseorang dan itu Intan?' batin Antras.

"Tangan kak Antras juga terluka, saya obatin boleh kak?" tanya Intan takut.

"Ga usah." tolak Antras. Membereskan alat-alat untuk mengobati Intan. Dia pun baru menyadari kalau tangan ya terluka.

"Tapi kak..."

"Gue cowok, luka kayak gini itu biasa." kata Antras mencoba sabar.

"Pulang gue anterin." kata Antras.

"Ga usah kak, saya mesen taksi online aja." tolak Intan halus.

"Lu pikir gue cowok apaan? Gue yang nyelamatin lu. Dan lu pikir nyelamatin orang itu cuma setengah-setengah." kata Antras agak sewot.

Intan tersenyum menatap Antras dia Pikir seorang Antras itu laki-laki kejam seperti yang di bicarakan banyak orang. Ternyata Antras adalah laki-laki baik.

"Ngapain lu senyum-senyum?" tanya Antras menatap bingung Intan.

"Gapapa kak, makasih udah nolongin saya." kata Intan halus.

"Ga usah kaku gitu bisa ga? Lu-gue aja." kata Antras melipat kedua tangannya dia dada.

"Aku-kamu aja gapapa kak? Sa-aku tidak terbiasa pakai lu-gue." kata Intan kaku saat menyebut lu-gue.

"Hmm. Buruan."

...

Antras berjalan menuju rumahnya. Rumah mewah elegan bercat putih. Dia berdiri di depan pintu tinggi itu. Ingin masuk namun segan saat mendengar orang tuanya lagi-lagi berselisih.

'Mas! Aku mau cerai! Aku udah capek mas! Kamu selalu nuntut banyak hal dari aku!'

'Ga bisa Nit! Aku cinta sama kamu! Aku sayang sama kamu! Kamu ga mikirin perasaan Antras?!'

'Antras udah dewasa! Dia pasti ngerti keadaan mas!'

'Tapi aku ga bisa pisah sama kamu Nit! Kamu ga cinta lagi sama aku?!'

'Hiks! Mas a-aku cinta sama kamu. Apalagi udah ada Antras di antara kita.'

'Aku ga akan nuntut apa-apa lagi sama kamu. Aku cuma minta kamu stop kerja berat-berat. Aku ga mau kehilangan keluarga lengkap kita.'

'Maaf, mas. Aku egois.'

'Iya, gapapa. Lain kali pikirin perasaan Antras ya?'

Cklek!

Antras membuka pintu rumahnya setelah perdebatan selesai. Terlihatlah ibunya menangis di pelukan ayah tirinya.

"Antras, kamu udah pulang sayang?" tanya ibunya.

"Hmm." jawaban singkat Antras berikan kepada ibunya. Antras berjalan mendekati orang tuanya. "Mah, Antras hamilin cewek." kata Antras to the point.

"Apa? Kamu kalau mau nge-prang mamah jangan sekarang. Mamah lagi pusing." kata Nita menatap putra sulungnya itu.

"Usianya satu tahun." kata Antras memberi informasi yang tidak di tanyakan oleh orang tuanya itu. Setelah mengatakan itu. Antras berlalu pergi keluar rumah.

"Antras, ke ruang kerja ayah!" perintah Wira pada anak tirinya itu.

Antras tak menghiraukan perintah ayah tirinya itu. Dia terus berjalan keluar rumah, menutup pintu dengan keras. Kemudian melajukan motornya dengan kecepatan tinggi menuju tempat ter-tentram baginya.

"Mas, maafin Antras belum bisa nerima kamu." kata Nita pada Wira. Dan hanya di jawab anggukan di sertai senyuman manis.

"Tapi, apa yang Antras bilang itu ga bener kan, Mas?" tanya Nita takut. Takut kalau putranya itu menjadi laki-laki brengsek, tak bertanggung jawab.

"Semoga. Lebih baik kita ke rumahnya Antras aja. Berkunjung sekaligus meminta kepastian." usul Wira, dan di balas anggukan oleh Nita.

●☆●

Hanya Aku Yang Tahu. [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang