“Ini rumahku, ayo masuk.” Ajak Rudi kepadaku. Aku hanya membalas dengan senyuman karena memang itu yang biasa aku lakukan.
“Duduk dulu disini, aku mau mandi sebentar,” katanya.
“Kamu yakin mau mandi jam segini? Coba lihat jam deh,” sahutku kepadanya.
“Biar wangi, biar kamu betah malam ini,” godanya kepadaku sambil mengusap rambutku. Aku hanya tersenyum mendengar rayuan itu. Ia pun pergi ke kamar mandi meninggalkanku.
Kudapati Rudi yang hanya mengenakan boxer sehingga menampakkan tubuh shirtlessnya yang membuatku ingin mendapatkan Rudi seutuhnya. Tapi aku sadar, aku hanyalah seorang jalang dan tak akan pernah bisa mendapatkan cinta tulus darinya. Lagipula Rudi sudah beristri. Ah lupakan keinginanku ini.
“Hei, ayo ke kamar saja. Kamu tidur disini malam ini.” Ajak Rudi menarik tanganku dan membawaku ke kamarnya.
“Rudi, aku sedikit lelah sebaiknya jangan banyak ronde ya! Please!” rengekku dengan puppy eyes.
“Tenanglah. Sebenarnya aku tak ingin bercinta malam ini, aku hanya ingin ditemani tidur saja. Kamu boleh istirahat sekarang, aku akan membuatkanmu coklat panas biar rileks.” Pintanya.
“Tak usah, aku tahu kamu juga lelah seharian bekerja. Mending kamu-” ucapku terpotong karena Rudi lebih dulu mengecup bibirku.
“Sudah kamu diam saja, ini rumahku jadi ya suka-suka aku. Tunggu sebentar disini!”
“Terima kasih ya Rudi”
Selang beberapa menit, Rudi sudah siap dengan dua gelas coklat panas di tangannya. Ia meletakkan di meja dekat dengan kasur king size milik Rudi ini.
“Waahhh coklat panasnya udah ready, yeay!” teriakku spontan.
“Setelah minum ini langsung tidur, karena besok pagi aku harus anter kamu pulang sebelum ada orang melihat kita berdua, oke?” kata Rudi kepadaku.
“Sial! Cape ya main petak umpet gini terus, huft!” umpatku dengan pelan. Untung saja Rudi tidak mendengarnya.
Setelah menghabiskan coklat panas, aku merebahkan diri di kasur dan disusul oleh Rudi yang menyelimuti tubuh kita berdua. Tangan besar Rudi melingkar di perutku dan menenggelamkan wajahnya di leherku. Sungguh jantungku berdetak dua kali lipat dari biasanya. Aku merasakan setiap hembusan nafasnya, membuatku nyaman dan terlelap dalam pelukannya.
*** (pukul 03.42)***
*drrrrt drrrrrt*
“Siapa sih yang telfon jam segini, gatau orang masih ngantuk apa?” tanyaku pada diri sendiri dan meraih ponsel yang ada di meja dengan mata yang masih mengantuk.
Meita (angel) is calling…
“Mei ngapain ya calling jam segini?” tanyaku pada diri sendiri lagi.
“Hallo mei, ada apa ya?”
“Hallo Farayya, tolongin gue dong! Tadi mami bilang ada yang nyewa mei hari ini, tapi mei lupa kalo ada janji sama Ben. Lo bisa gantiin ga? Dibayar mahal loh, gue takut mami marah besar nantinya. Please yaaa!!”
(Ben adalah pacar mei)“Bukannya pagi ini kita libur ambil orderan ya?”
“Iya, tapi bos tua itu ingin sekali, makanya dia mau bayar lebih gede.”
“Tunggu ya, gue liat jadwal dulu. Nanti gue telfon lagi. Bye!” Dustaku padanya, sebenarnya aku mau ijin ke Rudi.
“Rudi bangun, hei ini udah pagi ayolahh bangun” teriakku sambil menarik selimut yang dikenakan olehnya dan menggoyangkan badannya.
“Hmmm…” sahutnya dengan suara berat khas bangun tidur.
“Rud, pagi ini aku mau di sewa bos besar, ayo anterin aku pulang.” Rengekku.
“Siapa bos besar itu? Berani bayar berapa dihari liburmu ini?” sahut Rudi dengan mata menatapku penuh Tanya.
“Aku tidak tahu, tapi ini mami yang suruh kerana-” ucapku terpotong
“Farayya hari ini dan seterusnya tidak akan menerima tamu lagi.” Ucapnya dengan lantang.
“Kenapa begitu Rudi? Ini pekerjaanku dan kamu tahu itu.” Tanyaku penuh dengan penasaran.
“Karena aku mulai menyukaimu Farayya, bahkan mencintaimu! Akan aku bayar kamu berapapun yang kamu mau, asalkan kamu berhenti menerima tamu! Aku mulai tidak suka ada laki-laki lain meniduri bahkan menyentuh wanitaku!”
“Gila kamu ya!” sahutku.
Aku berjalan menuju kamar mandi hanya sekedar untuk membasuh mukaku. Masih terlintas dipikiranku kata-kata Rudi yang membuatku sedikit frustasi. Bagaimana bisa dia menyukaiku sedangkan dia masih beristri? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Memang aku mencintai Rudi sejak dulu, tapi aku sadar aku hanyalah wanita jalang. Sudah ribuan lelaki menjamah tubuhku. Sudah hina diriku, di tambah lagi Rudi yang menyukaiku. Apakah aku akan menyandang status pelakor jika istri Rudi tahu semua ini? Entahlah, aku harus bersikap bagaimana di hadapan Rudi?
Setelah selesai dari kamar mandi, aku keluar dengan wajah yang basah. Aku akan pergi dari rumah Rudi. Aku mengambil tas kecilku, Rudi menahan tanganku.
“Farayya, kamu mau kemana?” Tanya Rudi.
“Bukan urusanmu! Lepasin tanganku Rud, aku harus kerja!” jawabku.
“Oke, kamu kerja. Tapi mulai sekarang kerjanya sama aku. Aku yang akan bayar kamu!” katanya.
“Gabisa begini Rud! Kamu itu masih punya istri, jangan sakitin istri kamu dong. Kamu juga harus tau kalo aku mencintai pekerjaanku. Mana bisa aku berhenti menerima tamu? Sedangkan pekerjaanku emang melayani tamu. Kamu kenal sama aku dimana? Di club mami kan? Berarti kamu juga tau kerjaku seperti apa! Sebelum kita deket emang aku udah kerja begini rud, aku ini jalang. Tubuhku hanya untuk dinikmati, bukan malah di cintai. Kalo kamu mencintaiku kamu akan merasakan sakit berkali-kali. Kamu salah orang Rud, maaf aku harus pergi. Cintailah istrimu, jangan mencintai jalang sepertiku!” ucapku dengan lantang.
Baru update teman-teman, maaf ya:)
Hope you like it:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan Panggilan (18+)
FantasyFarayya Edoward Prameswari, gadis berparas cantik yang harus terjun ke dunia menjijikan karena masalah ekonomi yang ditanggungnya. Pekerjaan melayani para laki-laki yang haus akan buaian dan kasih sayang, membuat Farayya harus mengenal dan menaruh r...