Permulaan - 1

1.4K 245 19
                                    

"Saya, Atalaric Abizar, mewakili redaksi dan kerabat yang bertugas mengucapkan terima kasih atas kebersamaan anda. Sampai jumpa."

Erik beranjak dari ruang studio rekaman saat program director memberikan tanda bahwa acara sudah selesai. Sebelum ia keluar, ia tak lupa mengucapkan terima kasih pada seluruh kru yang bertugas siang ini.

Sejujurnya, acara buletin siang ini bukan miliknya. Namun karena rekannya, Samuel, kini tengah dirawat di rumah sakit, Erik menyanggupi untuk mengisi acara siang ini menggantikan Samuel. Acara Erik sendiri merupakan berita malam yang ditayangkan setiap pukul sepuluh malam.

"Lo jadi ke Bali, Rik?" Tanya Khalil saat melihatnya datang.

Erik menghempaskan tubuh di kursinya. Dia melirik ke arah beberapa rekannya di bagian produksi yang tampak begitu serius. Seharusnya dia berganti pakaian terlebih dahulu setelah siaran, tapi kali ini Erik memilih untuk menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu.

Meskipun tak ditanggapi, Khalil kembali mendekatinya. "Lo jadi ngejar Abraham Rashad, Rik?" Ia menarik kursi yang ada disamping Erik sedangkan temannya tampak sibuk dengan mengeluarkan catatan-catatan penting atas investigasinya dalam mengejar salah satu anggota dewan yang selama setahun ini ia lakukan.

"Jadi, dong. Udah setahun gue ngelakuin ini."

Khalil berdercak dan menepuk punggung Erik pelan. "Good luck."

"Lo jadi ke DPR besok?"

"Jadi." Khalil menjawab singkat.

"Titip salam sama Hattaru Norman."

Spontan, Khalil tergelak. Pasalnya, lima bulan yang lalu, Erik berhasil membuat Hattaru Norman mati kutu dalam acara Ruang Temu--acara yang dibawanya. Hattaru sebagai Ketua Komisi IX diam seribu kata setelah Erik mengungkap kasus suap yang yang belum pernah diberitakan dimanapun. Sekalipun dipermalukan, tampaknya Hattaru Norman belum kapok diundang di acara Erik. Bulan lalu saat bertemu lagi di Ruang Temu, keduanya tampak lebih bersahabat dari acara sebelumnya.

Setelah memastikan bahwa dia telah mengumpulkan beberapa catatan terkait Abraham Rashad, Erik segera bersiap untuk mengganti pakaiannya. Besok pagi, dia akan terbang ke Bali untuk memastikan bahwa Abraham jadi melakukan transaksi di salah satu pub terkenal.

Erik memang selalu totalitas dalam melakukan pekerjaannya sebagai jurnalis.

***

"Good morning Ladies and Gentlement, this is your first officer, Aulia Pramoetya, speaking from flight deck. In a view moment we will beginning our descend for Ngurah Rai International Airport in Bali and expected to be at the gate at 8 am in local time. The current weather at Ngurah Rai is reported to be partly cloudy and with visibility of 5 km. On behalf of Captain of this flight, Captain Guttama Arsya and the entire of crew member, would like to say Thank You for choosing Airland Indonesia. We are looking forward to seeing you on board again in the near future. Have a nice day and welcome to Bali."

Erik membuka mata. Dia tertidur dengan cukup pulas selama penerbangan. Posisi duduknya yang berada di dekat jendela membuatnya melirik ke arah bawah. Bangunan-bangunan tampak sangat kecil dengan perpaduan sawah dan tegalan.

Dia menarik napas panjang. Kali ini, dia tidak boleh lagi gagal dalam membongkar kasus Abraham Rashad. Anggota dewan itu sudah lama diincarnya karena masuk dalam jajaran nama yang terkait dengan kasus pelecehan seksual satu tahun yang lalu. Dari informasi yang dia dapatkan, tua bangka itu juga bertindak sebagai pemilik bisnis dunia malam yang sangat kental dengan jual beli manusia. Erik benar-benar bergairah dalam membuat Pak Tua itu tak berkutik dalam acaranya dua minggu lagi.

Respair (Teaser Only)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang