Ia berteriak dengan sekencang kencangnya, meluapkan segala keluh kesah yang telah ia pendam selama ini.
Dengan senyuman kepedihan khas yang ia miliki, dapat terpampang jelas bahwa perempuan itu tengah mengalami kepedihan yang tiada Tara.
Sembari memandangi awan dan angin yang menghunus kulit pipinya, di tengah kelamnya suasana malam, ia menutup mata.
Dalam benaknya ia kemudian berkata "Tuhan aku sungguh menyesal".
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless
Short Story"Ini adalah kisah pilu tentang perjalanan seorang anak perempuan, yang entah kapan akan menemui akhir penderitaan"