Prologue

3 0 0
                                    

Ia berteriak dengan sekencang kencangnya, meluapkan segala keluh kesah yang telah ia pendam selama ini.

Dengan senyuman kepedihan khas yang ia miliki, dapat terpampang jelas bahwa perempuan itu tengah mengalami kepedihan yang tiada Tara.

Sembari memandangi awan dan angin yang menghunus kulit pipinya, di tengah kelamnya suasana malam, ia menutup mata.

Dalam benaknya ia kemudian berkata "Tuhan aku sungguh menyesal".

EndlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang