KEZIA GRETHANIA SAGANTARA, seorang pianis muda yang cantik dan pintar. Berasal dari keluarga yang harmonis dan juga berada, membuatnya selama ini mengira hidupnya berjalan dengan baik, tanpa ada masalah apapun. Namun, ternyata apa yang Kezia kira se...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
••••
"Ih Tante, bolehin dong!" Aurel merengek sekaligus terus berusaha membujuk Maudy untuk mengizinkan Kezia ikut berlibur.
Hari sabtu ini, Maudy dan Kezia yang awalnya sedang menonton televisi bersama di ruang keluarga, dikejutkan dengan kehadiran Aurel bertamu pagi-pagi ke rumah mereka.
Sebenarnya Kezia tidak begitu terkejut mengenai hal itu. Ia masih ingat bahwa kemarin Aurel sudah mengatakan akan berkunjung ke rumahnya, untuk meminta izin kepada Maudy agar ia bisa ikut berlibur ke Puncak bersama Aurel dan teman yang lainnya. Tapi Kezia juga tidak menyangka jika Aurel bisa seniat itu untuk membujuk Mamanya, di saat Kezia sudah sangat malas karena jawabannya pasti akan selalu sama. Tidak boleh.
Pagi-pagi sekali Aurel sudah datang ke rumah Kezia. Berbagai jurus rayuan sudah digunakan oleh cewek itu. Sayangnya semua itu tidak ada yang mempan. Karena Maudy tetaplah Maudy. Wanita paruh baya itu masih kuat dengan keputusannya untuk tidak memberi izin putrinya berlibur ke Puncak selama 3 hari 2 malam.
Mendengar semua tolakan dari Maudy untuk Aurel, Kezia bersikap biasa-biasa saja. Ia sudah tahu jika nantinya pasti akan berakhir seperti ini. Karena itulah Kezia tidak ada niatan untuk ikut membujuk Mamanya itu. Baginya itu hanya membuang-buang waktu.
"Nggak boleh Aurel. Tante udah bilang dari tadi nggak boleh." Maudy yang sudah mulai lelah mengatakan itu kepada Aurel.
"Ih Tante! Kasihan aku dong Tante! Nggak pernah liburan bareng sama Kezia," keluh Aurel.
"Nanti ya kita liburan sama-sama. Tunggu liburan semester. Untuk sekarang jangan dulu," ucap Maudy penuh pengertian.
Mendengar tolakan halus dari Mamanya, Kezia tertawa kecil. Sementara Aurel langsung menunjukkan ekspresi cemberutnya.
"Lihat kan? Nggak bakal diizinin. Udah deh lo sama Jessie aja yang pergi," kata Kezia kemudian beranjak dari sofa.
"Mau kemana lo?"
"Ke kamar bentar."
Aurel mencibir dalam hati mendengar perkataan Kezia tadi. Ia kemudian menatap Maudy kembali setelah Kezia sudah menaiki tangga menuju kamar cewek itu di lantai dua.
"Tante, kasih izin dong!" Aurel masih berusaha membujuk Mama dari Kezia itu. Maudy langsung menghela nafas, merasa mulai lelah dengan Aurel. "Nggak boleh, Aurel. Kamu jangan bikin tante jadi marah deh," kata Maudy.
Aurel lagi-lagi memasang ekspresi cemberut.
Maudy kemudian beranjak dari sofa dan pergi jalan menuju arah ruang makan. Aurel yang melihat itu ikut beranjak dari kursinya dan mengekor Maudy dari belakang.
Tiba-tiba sebuah ide cemerlang melintas di kepalanya, membuat Aurel langsung tersenyum. Ia lantas duduk di kursi meja makan dan memperhatikan Maudy yang tengah memotong buah apel.