22. Papa Mbak Syara

5.8K 273 35
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

I'm comeback setelah Minggu lalu nggak up.

Tugas negara lebih penting soalnya hehehehe...

Seperti biasa tinggalkan jejak kalian lewat vote dan komen sebanyak-banyaknya!

Enjoy your reading all❤️❤️❤️


Mobil Fortuner hitam terparkir di rumah bercat krem dan coklat itu. Edi turun dari jok penumpang. Ini kali pertama ia datang ke rumah menantunya sekaligus rumah anaknya.

"Permisi."ucapnya.

Tak sampai sepuluh detik seorang wanita berpakaian muslimah dengan niqab juga perut buncitnya datang membukakan pintu.

"Maaf--"tanya Aira.

"Saya Edi mertua suamimu."kenal Edi.

"Silakan masuk pak."titah Aira.

"Terima kasih."

Edi masuk sambil melihat sekeliling rumah yang sangat bersih juga rapi. Kesan islami juga sangat kentara disana. Apalagi ada wewangian khas orang Arab yang menyeruak indera penciumannya.

"Kamar bapak ada di sebelah sana. Semua sudah Mbak Ana siapkan. Bapak bisa istirahat."jelas Aira sopan.

Benar kata Syara,madunya itu orang baik dan sopan. Bahkan wanita itu sedari tadi tak pernah mengangkat pandangannya untuk sekedar menatap lawan bicaranya.

"Dimana cucuku?"tanya Edi.

"Kayla sudah pergi ke asrama dengan Nufa."

"Nufa?"

"Anak kami."jawab Aira.

Edi mengangguk mengerti.

"Saya permisi ke kamar saya. Jika bapak butuh sesuatu ada mbak Ana yang siap membantu. Maaf bukan maksud tidak sopan."

"Tidak masalah."

Edi paham. Setahu dia seorang muslim yang baik apalagi dia perempuan sangat harus menjaga diri terutama pada seorang laki-laki sekalipun dia adalah orang terdekat suaminya.

"Assalamualaikum."ucap Aira sebelum memutuskan pergi.

"Pantas saja,Wahyu berpaling. Dia jauh dari kata buruk. Hufft... sungguh malang kamu Syara."ucap Edi.

Hari semakin siang. Sudah terhitung tiga jam Edi tertidur di kamar tamu. Perutnya mulai lapar. Dan ia ingin makan tentunya.

Edi berjalan menuju dapur. Namun, langkahnya terhenti saat suara seseorang mengajari anak-anak membaca kitab mereka.

Disana,di sebuah mushola kecil tak jauh dari tempat ia tertidur. Istri kedua Wahyu sedang mengajari sepasang anak dengan sabar.

Tanpa terasa laparnya hilang digantikan dengan rasa tenang juga nyaman mendengar suara-suara merdu sepasang anak juga Aira. Hatinya tersentuh dengan lantunan ayat Al-Qur'an yang di bawakan Aira.

Ini kali pertama ia merasakan perasaan itu. Bukan kali pertama ia mendengar suara orang mengaji,tapi batu kali ini ia terbuai. Ia suka mendengarnya.

"Puji Tuhan..indah sekali lantunan ayat itu."pujinya tanpa sadar.

"Tuan,apa ada yang bisa saya bantu?"tanya Mbak Ana.

"Argh..itu saya lapar. Tolong buatkan makanan ringan."

Istri Kedua Suamiku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang