Di dalam perjalanan Kiyana terus gelisah, dari arah Bogor ke Jakarta cukup lumayan memakan waktu, apa lagi menggunakan sepeda motor. Galen membawa Kiyana ke klinik terdekat area puncak untuk mengatasi alerginya. Untung saja Galen menemukan klinik yang terdekat di daerah sana. Seorang dokter muda yang memakai hijab berwarna kuning memberikan Kiyana obat alergi dan juga salep kulit. Kiyana hendak meminum obat alerginya tapi Galen menahannya.
"Lo belum makan!"
"Gak pa-pa kali gue minum satu, gue nggak tahan."
Akhirnya Galen tidak bisa berbuat apa-apa, ia membiarkan Kiyana meminum obatnya.
"Arden sama Siril dimana?"
Kiyana tidak sadar jika ia dan Galen telah meninggalkannya di tempat makan.
"Kita balik lagi ke sana!"
"Kejauhan Len, lo nggak liat tubuh gue menggigil gini."
Galen menelisik keadaan Kiyana, apa yang dikatakan Kiyana benar, jika ia memang benar-benar kedinginan. Galen kembali memberikan jaket jeansnya untuk Kiyana pakai, dan ia hanya menggunakan kaos oblong berwarna hitam.
"Gue telepon aja, suruh mereka ke sini."
Kiyana mengeluarkan telepon genggam miliknya dari dalam sling beg, namun sangat disayangkan handphonenya mati. Sedangkan Galen ia memang tidak membawa handphone.
"Jadi sekarang gimana?"
Galen mengedikkan bahunya. "Ayo naik!"
"Kita mau kemana?"
"Yah, pulanglah Kiyana Siskova."
Kiyana pun menurut, ia naik ke atas motor setelah memakai jaket jeans milik Galen. Di dalam perjalanan Kiyana terus tersenyum cerah, sekian lama ia bisa kembali naik motor bersama dengan Galen, meskipun angin berhembus hingga terasa ke tulang-tulangnya, tapi bagi Kiyana itu tidak ada artinya, selain rasa bahagia yang sedang ia rasakan saat ini.
"Gue berharap nggak ada hari esok, agar malam ini tidak cepat berlalu," ucap Kiyana dibalik punggung Galen.
Semakin kencang Galen melajukan motornya, semakin kencang pula angin yang berhembus, Kiyana yang memeluk pinggang Galen erat, tiba-tiba saja mendengar bunyi sesuatu di sana.
Kriuk
Kriuk
Kriuk
"Perut lo bunyi," ujar Kiyana sambil terkekeh. "Gue juga laper," sambungnya.
Galen mengangguk paham, ia mencari warung angkringan disekitar jalan, ia hanya menemukan warung soto khas bogor yang ada di pinggir jalan. Akhirnya Galen menepikan motornya di bahu jalan dan mengajak Kiyana makan soto. Bagi Kiyana tidak peduli makan di warung angkringan atau pun, di resto berbintang asalkan makannya bersama dengan Galen. Galen sudah memesankan dua mangkuk soto, satu untuknya dan satu untuk Kiyana. Meskipun makan di pinggir jalan tapi rasa sotonya tidak kalah dengan soto yang ada di resto berbintang. Kiyana menuangkan dua sendok sambal pada mangkuknya, tapi ketika ia hendak menambahkan lagi satu sendok sambal Galen melarangnya.
"Jangan banyak-banyak nanti pedes," ujar Galen seraya mengambil alih sendok sambal dari tangan Kiyana.
Kiyana mengulum senyum, atas perhatian kecil yang diberikan Galen kepadanya, perhatian yang sangat sederhana tapi mampu membuat Kiyana seakan terbang ke planet saturnus.
"Gue seneng lo perhatian sama gue--"
"Gue nggak mau tanggung jawab lagi, kalau sampai perut lo mules, terus kita harus cari lagi klinik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Deskripsi (TAMAT)
Teen FictionBad girl julukan yang selalu disematkan untuk Kiyana Siskova atau yang akrab disapa Kiya. Sebuah karma membuat Kiyana menyadari kesalahan-kesalahan karena telah mempermainkan arti sebuah cinta. Galen Basil adalah pria pertama yang membuatnya merasak...