Suasana damai dirumah seorang gadis yang sedang bersantai, menunggu waktu matahari berganti dengan bulan tiba.
Senyumnya murung ketika jouska mengatakan "dia akan meninggalkanmu."
Nami, gadis dengan rambut orange. Ditimpa keresahan dan kecemasan, pasalnya ia tak merasa enak sedari siang tadi."Aku sangat benci ketika hal-hal negatif itu muncul dikepala."
"Ayolah, semua akan baik-baik saja. Robin akan segera sembuh."
Teguhnya dalam hati, Nami bangkit bersiap-siap untuk membersihkan ruangannya yang sudah seperti kapal pecah lalu membersihkan dirinya.
Dering ponsel membuatnya bergejolak, terkejut.
"Ya, luffy. Kenapa?"
"Cepatlah kerumah Robin, nam. Dia-"
"Ah, okay. Setelah membereskan kekacauan rumah ini."
Sambungan telpon tersebut terputus secara terpihak, karna Nami sudah menduga apa yang akan Luffy bicarakan. Buru-buru ia menyelesaikan tujuannya.
20 menit kemudian.
Nami berjalan menuju rumah Robin, dengan langkah buru-buru. Pasalnya ia sudah terlambat, ditengah jalan ia berpapasan dengan Chopper yang sudah dibanjiri ingus.
"Choppa... hey, what happend?" Nami menghampirinya.
"Nami... *hiks, Loobing... *hiks cepatlah kerumah."
"Hey, semesta. Kau bercanda kan?" batin Nami berkata.
Tak lama kemudian Nami sampai dirumah Robin, satu langkah, dua langkah, dan ketiga. Tepat digerbang rumah Robin.
Semua orang disana histeris, menjerit dan menangis. Nami, segera berlari kedalam rumah. Melihat kondisi temannya, sungguh rapuh. Matanya tak lagi membuka dan melihat siapa yang datang.
Nami POV
"Kenapa... padahal aku belum cerita banyak tentang hari ini."
"Robin, kenapa? bukankah kau dan aku akan pergi ke sekolah bersama.
"bukankah kau ingin pergi dan menaklukan gunung tinggi itu?"
Kalau saja aku tahu waktu itu adalah akhir-akhir dari hidupmu, maka jika aku disuruh menemanimu seberapa lama pun tak apa.
Andai saja aku tahu, waktu itu. aku bisa menemanimu lebih lama, jika aku tahu waktu itu. Maka tak akan ku biarkan kau sendirian dan kesepian.
Andai aku diberitahu bahwa kemarin itu adalah hari terakhir aku berbicara langsung denganmu, maka akan ku ceritakan semuanya.
Reaweasly.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Karna kehilanganmu, aku ingin hidup." (ONE PIECE)
Fanfiction"Karna kehilanganmu, aku ingin hidup. " Oh sahabatku yang manis, andai saja kala itu aku tahu. Bahwa, masa-masa itu adalah masa terakhir kita bertemu. Waktu datang semakin menghempit, membunuh diri dengan kepedihan ini. Benar kata orang, setiap pen...