Bagian sepuluh

2.2K 196 44
                                    

Sorry for typo(s)

"Mark Lee!"

Jaemin menendang tong sampah di pinggirnya. Pria itu menahan amarah sampai keubun-ubun. Jaemin merasa sangat terkhianati bagaimana bisa Mark mengambil keputusan tanpa pendapat darinya dulu. Tadi pagi semua berjalan seperti biasa sampai boss mereka datang mengatakan jika Jaemin dan Mark akan menentap di Amerika selama beberapa bulan demi kelancaran acara galeri. Dulu mereka pernah membahas ini, Mark sudah menolak dan Jaemin merasa bahagia akan hal itu namun kenapa tiba-tiba keputusan Mark bisa berubah. Sungguh Jaemin tak habis pikir padalah dia sudah merencanakan tour di galeri seni negara ini.


°•°•°•°•°

LilBuna
Present

Fanfiction

Baby

Mark Lee
Haechan Lee
Jeno Lee

°•°

Genre : Angst, Romance, family
Chapter : Multichapter
Rate : M

Happy Reading

°•°•°•°•°

Lain kali jika Mark memutuskan secara semena-semena dia akan mengundurkan diri. Jaemin sudah siap menjadi penggangguran.

"Pelankan suaramu Na, kamu merusak gendang telingaku,"

Merasa tak terima Jaemin membalas sesinis mungkin, "Dari pada membuat mental orang lain tertekan?"

"Kamu menyindirku?"

"Memang siapa lagi, adakah orang lain selian dirimu tuan alis camar!" Jaemin mendengus melempar snack chikinya kearah Mark tepat mengenai kepala. Jaemin berseru senang kayaknya pemain berhasil mencetak gol pertama. "Tapi Mark Kenapa kamu tiba - tiba membuat keputusan macam begitu?"

Mark menyandarkan punggungnya ke kursi menatap lukisan cantik berambut pink dan bayi kecil di pangkuanya. Jaemin yang melihat melolot, berlari mendekat. Matanya berbinar melihat betapa cantiknya lukisan itu.

"Wah Mark! Itu lukisan yang gila dari mana kamu mendapatkan ide cemerlang seperti ini, oh lihat!" Jaemin memajukan wajahnya, sehingga hanya berjarak beberapa senti saja dari lukisan itu. "Dia pria manis sekali! Bayi ini lucu sekali,"

Mark menatap Jaemin sebentar lalu tersenyum begitu lebarnya, "Kamu tahu Na, mereka adalah museku. Aku ingin mengenalkan pada dunia namun mereka bukan miliku,"

Mendadak ada keterdiaman di antara mereka, Jaemin mengerti sekarang. Dimalam itu saat Mark mabuk, Pria itu berbicara banyak hal tentang pria manis yang begitu dia cinta. Mark terus berceloteh tentang kenangan indahnya, bahkan Jaemin sampai menangis. Bagaimana bisa Mark mencintai pria itu sebegitu dalamnya, menerima dalam keadaan apapun.

"Kamu akan menangis lagi seperti malam itu Mark, jujur aku tidak berhak mengatakan ini tapi kamu harus melupakannya. Kamu sudah terlalu jatuh, kamu harus mencoba bangkit. Dia punya keluarga,"

"Kamu benar Na, dan semua keresahanku terjawab di saat dia mengatakan ingin mengakhiri segalanya. Yang kucinta sudah memutuskan memilih keluarganya bukan benalu sepertiku, bagaimana bisa dia menggantungkan perasaanku berbulan - bulan. Kupikir aku punya kesempatan namun ternyata tidak, cintaku terlihat begitu semu di matanya, semua yang kulakukan, ketulusaku hanya angin belaka," Jaemin mendekat memeluk Mark, mengelus punggung Mark pelan. Menenangkan Pria dominan itu, memberikan bahu untuk bersandar. "Bagaimana bisa aku sebodoh ini."

"Kamu memang bodoh Mark,"

"Na,"

"Hm?"

"Maaf telah menyeretmu dalam keputusan sepihakku."

"Aku mengerti, aku akan menemanimu jadi jangan khawatir."

Mark membalas pelukan Jaemin untuk sekarang pelukan dari seseorang sangat berarti untuknya.

©Lilbuna

"Haechan lebih baik kamu melakukan diet," Jeno bersuara melepaskan jas kerja miliknya. Pria itu berdehem sebentar lalu mendekati Haechan yang terlampui sibuk berkutat dengan pekerjaan dapur. "Kamu tahu aku malu memperkenalkan dirimu kepada teman - temanku."

Haechan menghentikan kegiatan, setelah dua bulan dia melahirkan. Jeno berubah drastis seperti saat mereka berpacaran mengatur ini itu, selalu mengatakan hal-hal negatif tentang tubuhnya, sampai menyakiti hati.

"Aku seperti ini karena melahirkan anakmu Jen,"

"Kamu tahu Haechan? teman-teman kantorku setelah melahirkan tetap memiliki tubuh yang bagus," Jeno menyanggah lagi, menutup mata melihat wajah Haechan yang berubah sendu. "Jangan menangis, kamu masih pria! Ini yang tidak kusuka darimu kamu gampang menangis karena hal-hal kecil!"

"Jen aku -"

"Ah malas sekali berbicara denganmu. Seharusnya kamu dulu belajar giat agar bisa menempuh pendidikan tinggi dan mendapat pekerjaan yang layak,"

"Maafkan aku,"

"Sudahlah aku lelah dan jangan biarkan anakmu itu mengganggu tidurku."

Setelah kepergian Jeno, Haechan memeluk lutut menangis meratapi nasipnya yang buruk. Tiba-tiba dia teringat Mark yang begitu tulus mencintainya. Bagaimana bisa takdir sebercanda ini, dia sudah menyia-nyiakan Mark. Menyakiti pria itu setelah apa yang dia lakukan untuknya.

Mengambil ponsel Haechan menghubungi Mark,

'Halo ini siapa? Mark sedang mandi? Aku istrinya bisa tinggalkan pesan saja?'

Tut...

"A-Apa tidak mungkin Mark Hyung,"




Penyesalan itu memang selalu menyesakan bukan?

[THE END]

Terimakasih ❤

©LilBuna









Baby [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang