Yang kuinginkan hanya satu, semua terulang menjadi lebih baik lagi --Samune Zimi
***
Lembayung senja tergurat jelas pun terasa hangat. Dua pasang kaki mungil menjejak tegap di puncak bukit mungil dekat taman bermain. Sedang ada sepasang tungkai lainnya berlari kecil, menghampiri dua orang yang tengah menunggunya.
"Maaf membuat kalian menunggu ..." gadis kecil kisaran delapan tahun itu merogoh kantung celana, mengeluarkan dua buah bingkisan mirip amplop kecil warna-warni beraksen ceria, "Ini, untuk kalian."
"Apa ini, Zimi?" kedua gadis kecil yang menunggu menatap heran amplop mungil di tangan masing-masing, bertanya dengan kompaknya.
"Buka saja," si gadis rambut pendek berwarna cokelat itu tersenyum miring.
Bingkisan disobek. Masing-masing dari mereka mengangkat hadiah pemberian Zimi setara dengan wajah. Sebuah gantungan bintang emas yang cantik. Secantik langit jingga sore ini. Miku--gadis berambut hijau toska--dan Luka--gadis berambut kepang merah jambu--menikung senyum senang.
Kompak, tiga gadis mungil tersebut mengangkat gantungan mereka setinggi mungkin. Cahaya jingga membias di sana. Terpancar indah dengan latar kanvas senja alam.
"Bintang," bisik ketiganya dengan wajah berbinar.
***
Gerimis turun siang ini. Cuaca panas berubah sejuk. Orang-orang berteduh sana-sini. Ada pula yang menerobos tirai tipis air dengan berlari. Namun yang dilakukan mereka--Zimi, Luka, Miku--ketika pulang sekolah dengan keadaan seperti ini selalu serupa, berbagi tempat dalam naungan payung besar Luka. Berjalan bersisian sembari mengobrol ringan.
"Kamu ingat gambar pelangi yang ibu guru tunjukkan di kelas tadi? Itu indaaah sekali," celoteh Luka.
"Um, aku ingat. Warnanya cantik sekali," Miku menimpali.
"Iya. Terus-eh?" seketika Luka menggeser posisi payung, lalu mendongak.
Miku dan Zimi ikut mendongak. Menatap langit yang seakan mengerling pada mereka. Harum berkas hujan memenuhi pembauan. Perlahan siluet warna-warni terbentuk, melengkung melintasi mega jingga.
"Pelangi," desis Zimi.
"Seperti di kelas," Miku ikut-ikutan berdecak kagum.
Cipratan air membuat mereka mengerjap kaget. Menyudahi kekaguman barusan. Sebuah mobil yang melintas sepertinya melewati lubang di jalan. Senyum ketiga sejoli ini berubah tawa hangat. Sehangat langit senja di bukit waktu itu.
***
Lidah Zimi menyentuh eskrim aroma mint yang baru saja dibelinya bersama Miku dan Luka. Ia asyik bergelut dengan eskrimnya, sementara dua temannya berbincang entah soal apa. Masih di waktu yang sama, senja.
"Itu tidak mungkin ahaha," Luka tertawa kecil, menepuk bahu Miku ringan.
Keseimbangan Miku sepertinya sedang tidak bagus. Eskrim miliknya lepas dan jatuh tercecer di trotoar. Raut Miku berubah seketika. Tawa di bibir sang gadis lenyap, berubah kesal.
"Mi ... ku?" Luka menggumam, menatap Miku yang terus menunduk.
Tanpa aba-aba, Miku balas mendorong Luka kencang hingga eskrim si bocah rambut merah jambu jatuh seperti miliknya.
"Apa-apaan kamu?! Aku 'kan nggak sengaja!" Luka membentak.
"Eskrimku jatuh gara-gara kamu!" Miku menyahut kesal.
"Aku nggak sengaja!" si Megurine kecil berteriak tak terima.
Aksi saling dorong terjadi sudah. Zimi, yang berdiri tepat di belakang dua gadis kecil ini, melongo bingung. Tak acuh pada eskrim meleleh di tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ReBoot - Vocaloid
Short StorySebuah Fanfic dari PV Vocaloid. Tentang pertemanan.