Seperginya Bagas tadi Dito menatap Lera lamat, ia baru tau jika Lera mempunyai dosen muda seperti Bagas. Bahkan kelihatannya dosen itu seperti seumuran dengannya.
Lera menatap Dito aneh. "Kenapa?"
Pria itu berkedip dua kali. "Itu tadi beneran dosen kamu?" tanya Dito.
Lera mengangguk. "Beneran? Engga boong? Kok masih muda banget?" tanya Dito lagi, ia yakin tak yakin.
"Beneran, lagian ngapain Lera boong? Dia itu dosbing Lera, bisa dibilang dia itu dosen baru" ujar Lera.
Dito mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu duduk dipinggiran brankar Lera, tanpa menghiraukan Eva dan Farhan yang masih ada disitu. "Kamu nggak suka sama dia kan?"
Lera menyerngit. "Siapa?"
"Dosen kamu"
Kening Lera semakin berkerut. "Ya engga lah, Lera engga akan suka sama dosen Lera sendiri. Sekalipun dia bukan dosen Lera, Lera juga ngga akan suka" jelasnya.
Dito mengangguk kecil, mereka berdua saling menatap satu sama lain.
"Ekhem.. mon maap bapak Ardito dan ibu Alera terhormat. Disini masih ada human loh, humannya juga jomblo. Mohon jangan membuat saya iri" ucap Farhan.
Lera tersadar, buru-buru ia memutuskan kontak mata dengan Dito. Kenapa ia lupa jika temannya sedang disini?, Apa mungkin ini efek kepalanya yang terbentur aspal itu? Hingga otaknya sedikit geser.
"Kamu iri?" tanya Dito pada Farhan.
"Ya iya atuh pak, bapak itu natap Lera dengan penuh cinta. Sedangkan saya yang melihatnya secara langsung ini juga kepengen kaya gitu juga" ucap Farhan drama.
"Kenapa kamu engga sama Eva aja kaya gitu?"
Eva langsung melotot. "Dih, sama saya? Aduh pak, ketimbang saya kontak mata sama si penyet. Mending saya kontak mata sama anjing"
Farhan melirik Eva tajam. "Yaudah sono, liat-liatan ama anjing sono. Gue juga ngga mau kali natap mata lo yang minus itu" ucap Farhan tak mau kalah.
"Heh engga ya mata gue ngga minus!"
"Halah, duit dua rebu aja lo ngiranya dua puluh rebu kok!"
Mereka terus berdebat, sedangkan Lera hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Dito mendekatkan wajahnya pada Lera. "Yang.." panggil Dito sembari berbisik.
Lera menoleh, ia sedikit membelak ketika wajah Dito sangat dekat dengan wajahnya. "Eh"
"Aku kekantor bentar ya" ucap Dito lirih, kemudian ia mengecup bibir Lera sekilas. "Abis ini mama sama bunda kesini, aku ngga lama kok. Mungkin nanti sekitar dua jam-an aku pulang"
Lera diam, kemudian mengangguk pelan. Ia ditinggal lagi, jika bukan karna tugasnya sebagai abdi negara. Dito akan meninggalkannya untuk pergi kekantor, berat memang. Dan rasa berat itu baru saja dimulai hari ini mungkin, padahal dulu Lera biasa saja jika Dito sering meninggalkannya demi tugas pria itu sebagai abdi negara.
Dito mengusap pipi Lera lembut dan tersenyum hangat. "Cuma bentar kok, nanti kalo rasa sakitnya kambuh. Langsung bilang ke bunda atau langsung pencet tombol merah nya aja ya" ujar Dito.
Lera kembali mengangguk pelan, kemudian ia tersenyum tipis. Dito membalasnya dengan senyuman manis, kemudian pria itu berbalik melangkahkan kakinya. Tapi sebelum itu, Lera menarik pelan pergelangan tangan Dito.
Pria itu menyerngit, Dito kembali mendekat pada Lera. "Kenapa hmm? Mau nitip sesuatu?"
Lera menggeleng, ia menarik tengkuk Dito dan mencium bibir nya cepat. Kemudian mendorong bahu Dito pelan. "Udah sana" ucap Lera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Polgan [TAMAT]
General FictionMARI HALUU(๑¯◡¯๑) ~~~~ Follow my account Okay! [CERITA INI HANYA UNTUK UMUR DELAPAN BELAS KEATAS] Karna akan mengandung unsur kata-kata yang kurang pantas diucapkan dibawah umur Pernah nggak ditilang sama polisi ganteng, masih muda, murah senyum, ng...