Cemas & Prasangka

22 1 0
                                    

Prangg!!

Gelas yang diambil Zahra terjatuh bersamaan dengan tubuh Zahra yang limbung dan tergeletak tak sadarkan diri. “mbak!!” pekik Zikri yang kebetulan ada di dekat meja makan. Ia pun langsung menggendong Zahra ke kamarnya. Arsya dan yang lain juga tampak panik melihat Zahra yang tiba – tiba pingsan.

“kak Zahra kenapa?” Tanya Arsya. Zikri menggeleng tanda tak tahu.

Zain membawa minyak kayu putih kemudian didekatkan pada hidung Zahra sebagai stimulus agar ia segera sadar. Semua orang bernafas lega ketika Zahra mulai membuka mata. “Alhamdulillah…” lirih bunda saat mata Zahra sempurna terbuka.

Zahra terbangun ketika melihat keluarganya tampak memandangnya cemas. Ia lalu tersenyum pada mereka,  “Zahra nggak papa kok, bunda..” ujar Zahra sambil mengusap lembut tangan sang bunda yang ada di pipinya.

Melihat kondisi Zahra yang tampak baik – baik saja, seluruh anggota keluarga pun keluar dari kamar Zahra, kecuali Arsya. Ia menangkap keanehan pada Zahra. Karena sejak bangun dari pingsan tadi, mata Zahra sesekali menengok ke atas seperti sedang mengawasi sesuatu. Dan seluruh keluarga tampaknya tidak menyadari hal itu.

“Sya? Kenapa nggak keluar?” Tanya Zahra agak ketus sehingga membuat Arsya sedikit terhenyak karena itu. 

“ee… itu, kak-”

“aku mau ganti baju. Kamu keluar, oke?” ujar Zahra sebelum Arsya menyelesaikan ucapannya.

“hmm??” Tanya Arsya dalam hati. Arsya masih terpaku di depan pintu, ia masih agak aneh dengan Zahra saat ini. Seperti ada yang berbeda, tapi entah apa itu.

“Sya! Keluar!!” bentakan Zahra sukses membuat Arsya terkejut dan langsung pergi dari kamar Zahra. Zahra membanting pintu sehingga membuat Zain keluar dari kamarnya. Bahkan Arsya sampai terkejut dengan kehadiran Zain di depannya tiba – tiba. “ya Allah, kak Zain….” Lirih Arsya sambil mengelus dadanya.

“ada apa, dek?” Tanya Zain pada Arsya.

“em- itu, kak. Kak Zahra kok tiba – tiba gitu ya?”

Dahi Zain mengernyit, “gitu? Gitu gimana maksudnya?” Tanya Zain bingung sambil melihat ke arah kamar Zahra.

“nggak tau, kak. Marah – marah nggak jelas gitu.” Jawab Arsya. Ia sendiri merasa bingung. “tap-” Arsya hendak melanjutkan ucapannya, namun urung ketika tiba - tiba ponselnya berdering, ada telepon dari rumah sakit.

Raut bingung di wajah Arsya berubah panik dan takut, dan Zain menyadari hal itu. “ada apa, dek?” Tanya Zain.

“kak, kondisi ayah memburuk.” Ujarnya lirih, suaranya bergetar, hatinya bergejolak. Rasa panik dan takut menyelimuti hatinya. “anterin ke rumah sakit, kak..” ujarnya lagi. Matanya mulai berkaca.

Zain mengangguk, ia lalu mengambil kunci motor Fikri dan langsung mengantar Arsya ke rumah sakit tempat ayahnya dirawat.

Sementara itu, baru saja Akmal selesai sholat isya’, ada panggilan mendadak ke pesantren. Dan ternyata ia mendapat tugas untuk ikut mendampingi para santri pergi ke pulau Sumatera selama seminggu untuk acara Safari Islami bersama kang Ahza dan kang Muna. Pada acara tersebut, peserta atau pun pendamping tidak diperbolehkan membawa ponsel kecuali ketua pengurus, yakni kang Muna.

Sebelum berangkat membawa tas besarnya, ia pun memberitahu Zahra lewat chat whatsapp kalau dia harus mendampingi para santri ke Sumatera malam ini. Namun karena waktunya sudah mepet, Akmal pun berangkat tanpa menunggu balasan dari Zahra. Apalagi kang Ahza juga sudah menantinya di halaman rumah.

🍀🍀

Sudah seminggu lebih pelajaran Alfiyah di kelas Zahra kembali dipegang oleh Ustadz Ahmad. Siang itu, Ustadz Ahmad menemui Akmal yang baru saja sampai di pesantren dan hendak pulang sambil menenteng tasnya. “Mal..”panggil Ustadz Ahmad.
Akmal menoleh dan tersenyum pada pakleknya sambil berjalan menghampiri beliau. Rupanya paklek Ahmad sengaja menjemput Akmal di pesantren karena ingin membicarakan sesuatu. Beliau lalu mengajak Akmal ke kantin madrasah setelah meletakkan ransel Akmal di motor.

Ikhlas atau Halal?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang